November 16, 2019

[Book Review] Finally, The Netherlands! - Fitria Sawardi dan Irham Aladist

Judul: Finally, The Netherlands!
Penulis: Fitria Sawardi dan Irham Aladist
Genre: Fiksi (13+)
Rilis: 24 Juni, 2019
Tebal: 192 halaman
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Bahasa: Indonesia
ISBN: 9786232162228
Harga: IDR. 49.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆



B l u r b :

Aku menitipkan mimpi pada kincir angin, agar menerbangkan mimpi-mimpiku hingga langit ketujuh. Aku menggantungkan mimpi pada bintang, menghiasi langit harapan. Aku bermimpi, sebagai isyarat yang tajam, bahwa aku punya cita yang menantang.

Tentang seseorang dari kota kecil,
yang akhirnya mempertemukannya dengan aroma kesuksesan.

Tentang menuliskan mimpi di atas kertas,
yang niscaya menjadi coretan yang bermakna.

Tentang keyakinan,
bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan doa dan usaha hamba-Nya.

*

Mimpi, siapa pun pasti memiliki mimpi—setidaknya pernah bermimpi, kan? Namun bagaimana cara dan usaha kita untuk menggapainya, itulah yang membuat mimpi kita terasa sangat 'mahal'.

Dzaki, seorang pemuda dari kota kecil, merantau ke Malang untuk berkuliah. Lulus dengan nilai yang sangat baik tidak lantas membuatanya mudah mendapatkan pekerjaan. Mau pulang ke rumah orangtua malu, tapi hidup di perantauan juga tidak mudah. Hm, pernah kan ngerasain hal semacam ini? Fresh graduate yang belum punya kerjaan, sedangkan mau minta orangtua rasanya malu banget kan ya?

Segala usaha ditempuh Dzaki untuk sekadar bertahan hidup, termasuk bekerja di bidang yang sangat tidak sesuai dengan bidangnya. Tapi setelah dijalani, Dzaki merasa tersiksa. Terlebih lagi dia memiliki impian untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit kalau Dzaki berasal dari keluarga berada. Masalahnya, dia berasal dari keluarga yang bisa dibilang kekurangan. Jadi satu-satunya jalan untuk mewujudkan impiannya itu adalah dengan berburu beasiswa. Lantas, dengan nilai baik serta beberapa sertifikat yang dimilikinya, apakah semuanya berjalan dengan lancar?

Wohooo! Tidak semudah itu, Ferguso!
Perjalanan Dzaki untuk mendapatkan beasiswa tidaklah mulus, melainkan panjang, berliku, dan dibutukan kesabaran serta ketabahan yang ekstra.

Masalah utamanya terletak pada skor TOEFL Dzaki yang berada di bawah skor minimum. Dzaki sudah beberapa kali mengikuti test, tapi skornya tidak pernah melampaui standar minimum yang diminta. Karena hal itulah, Dzaki berkali-kali ditolak. Wah, nggak kebayang deh kecewa dan capeknya kayak apa. Kalau aku palingan udah nyerah aja deh, lelah dengan penolakan, Kakak....

Apa yang diceritakan di sini mengajarkan kalau tidak semua hal berjalan dengan mudah, termasuk meraih mimpi. Butuh perjuangan, kesabaran, juga jangan lupa berserah diri kepada-Nya. Ingatlah bahwa hasil yang didapat tidak pernah mengkhianati usaha yang telah dilakukan. 

Pengalamanku membaca buku ini adalah seperti membaca sebuah pengalaman nyata tentang perjuangan seseorang. Apa yang terjadi di dalam sini terasa dekat, bukan sesuatu yang didramatisir. Yah, jujur aku ngerasa agak bosan dengan kegagalan Dzaki, namun di sisi lain aku sadar, bila mungkin untuk meraih sesuatu yang tinggi, kita harus jatuh berkali-kali terlebih dahulu. 

Sebuah buku yang bisa dibilang tipis, akan tetapi memiliki banyak motivasi serta pelajaran yang bisa kita ambil untuk diterapkan. Banyak dari kita yang lupa akan mimpi kita. Mungkin keadaan yang tidak mendukung, mungkin juga ada faktor lain yang membuat kita membuang mimpi itu jauh-jauh. Tapi percayalah, nggak ada ruangan yang nggak berpintu, semua pasti ada jalan keluarnya.

Gaya penulisannya menurutku terkesan repetitif dan ini sedikit mengganggu kenyamananku dalam membaca. Kegagalan Dzaki benar-benar seperti hanya diulang-ulang, rata-rata dengan latar belakang masalah yang sama. Aku sama sekali nggak bisa merasakan emosi tokoh utamanya, alias si Dzaki ini. Kurang lebih rasanya kayak baca koran. Meski begitu tetap enak dibaca karena penulisannya yang rapi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku, ditambah lagi hal-hal yang diulas adalah seputar akademik, jadi untuk sebagian orang mungkin terasa nggak santuy. Tapi aku tetap bisa menikmati dan menangkap apa yang ingin penulis sampaikan.

Di halaman 120, seusai pelatihan TOEFL di Jakarta, bukannya langsung pulang ke Malang atau Madura, Dzaki malahan 'menyempatkan untuk mampir ke Malaysia'. Ew, di sini aku muterin mata nih. Katanya dia super hemat, bahkan nge-laundry pakaian aja sayang sama uangnya, eh, kok malah ke Malaysia? Tapi berhubung dia ke Malaysia untuk menemui keluarga besarnya yang rata-rata menjadi TKI di sana, jadi okelah, anggap aja untuk silaturahmi.

Bagi kamu yang membutuhkan motivasi karena berkali-kali gagal, mungkin bisa coba untuk baca buku ini. Bukan sebuah buku yang istimewa, namun cukup menampar kamu-kamu yang terlalu gampang menyerah. Oh ya, buku ini juga kaya akan pengetahuan seputar dunia akademik lho!

Q u o t e s :

Namun, mimpi ini tidak akan pernah menjadi kenyataan jika aku tidak pernah berbuat apa-apa. - h. 19 
Butuh proses yang panjang agar bisa mendapatkan hasil yang istimewa. - h. 21
Bertitel sarjana ternyata sangat memberatkan daripada yang tidak sarjana. Ada berbagai tanggung jawab, juga harapan-harapan besar yang menggantung di punggungku. - h. 28-29
Semangat itu datang dan pergi, bak air lautan yang pasang surut. - h. 36
"Kalau kamu menyerah, bagaimana bisa sukses?" [Pak Wahyudi] - h. 97
Bagaimana mungkin sebuah keinginan terwujud kalau tidak bermimpi dan berjuang? - h. 188
Aku tidak akan berhenti bermimpi selama masih hidup. - h. 188