April 03, 2019

[Book Review] Treat You Better - Hana Nabilah

Judul: Treat You Better
Penulis: Hana Nabilah
Genre: Novel Remaja (15+)
Halaman: 288 halaman
Tahun: Juni, 2018
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020461212
Harga: IDR. 56.800
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Andrea adalah ketua komdis yang disegani semua angkatan di bawahnya. Ekspresi serta tatapannya membuat para mahasiswa baru tidak ingin bersitatap dengannya. Menurut Andrea, merekas emua harus belajar disiplin, dimulai pada hari pertama ospek. Tapi entah kenapa dia malah memberikan kelonggaran kepada si genius Angkasa. Kesalahan yang membuat panitia lain mencibirnya, bahkan membuat dirinya tak lagi dihargai oleh para adik tingkat. Seakan-akan itu saja belum cukup, ia dikhianati oleh sang pacar yang tidak benar-benar mencintainya.

Angkasa adalah si mahasiswa baru pembenci organisasi yang membuat kesalahan fatal di hari pertama ospek jurusan. Pertama, dia tidak membawa perlengkapan. Kedua, dia tidak menyelesaikan tugas hukumannya. Ketiga, dia menjadi tahu latar belakang komdis yang telah membelanya, dan gara-gara itu, Andrea dipermalukan oleh teman-teman seangkatannya. Sejak itu, ia dikungkung rasa bersalah, terlebih setelah berkali-kali ia memergoki kakak tingkatnya itu menangis.

Mereka dua orang yang bertolak belakang. Tetapi, adakah hal lain yang bisa membuat dua orang dengan karakter seperti kutub berlawanan bisa menyatu, selain cinta?


Oke, langsung aja ya.... Dua hal yang menarik aku untuk baca buku ini adalah kover dan judulnya. Kovernya cantik, sementara judulnya mengingatkan aku sama lagunya Shawn Mendes.

Dari blurb-nya udah jelas banget, baik itu isi cerita maupun karakternya. So, dari situ aku udah bisa mengira-ngira jalan ceritanya gimana. Yup, seputar dunia kampus yang lebih menitikberatkan pada ospek dan organisasi. Hm, ini agak-agak beda loh dengan tema yang biasa diusung dalam cerita teenlit. Cukup menarik bagiku.

Kalau bicara sisi romance-nya, terus terang aku nggak ada feel di situ. Ya mau gimana lagi, si Angkasa kakunya kayak kanebo kering, sementara Andrea sewajarnya cewek lah. Interaksi mereka hanya sebatas kampus, entah itu tugas kampus, berbagi soal UTS, atau kegiatan organisasi kampus. Memang sih diselingi dengan cerita mengenai keluarga Andrea yang broken home, tapi ini nggak begitu pengaruh ke karakter. Di mataku sikap dan emosi Andrea kurang menunjukkan kalau dia korban broken home.

Untuk penulisannya aku lumayan suka. Okelah buat dibaca, nggak bertele-tele dan nggak bikin pusing. Benar-benar simpel seperti ceritanya. Yah, gimanapun ini cerita yang sederhana, tapi konsisten dengan topik yang diangkat. Bagiku buku ini cukup untuk mengisi waktu luang dan mengenang masa-masa ospek.

Q u o t e s :

Orang-orang harus belajar untuk tidak mengutarakan pendapat sebelum memahami situasi secara keseluruhan. Mereka hanya melihat segelintir hidupnya, lalu sekonyong-konyong mengeluarkan opini seakan-akan mengenalnya luar dalam. [Andrea] - h. 31
"Orang percaya dengan apa yang mereka mau percaya." [Angkasa] - h. 129
"Perceraian itu sebuah keputusan besar yang saya yakin nggak dilakukan kalau nggak terpaksa." [Angkasa] - h. 206

April 01, 2019

[Book Review] Nothing Hurts Like Love - Ria N. Badaria

Judul: Nothing Hurts Like Love
Penulis: Ria N. Badaria
Halaman: 304 halaman
Genre: Metropop (17+)
Tahun: Februari, 2019
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020622316, 9786020622323 (Digital)
Harga: IDR. 88.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Tersangka prostitusi online kelas atas, RF, kembali menyebut nama-nama artis yang masuk dalam jaringannya. Model dan
bintang iklan terkenal berinisial LA disebut-sebut sebagai salah satu artis yang terlibat.
-----------
Bagi ladya Arum, tidak ada yang lebih menyakitkan melebihi cinta. Ia pernah begitu bodoh menyerahkan cinta dan segala yang ia miliki pada bajingan pengecut yang tak bertanggung jawab. Ia rela meninggalkan keluarganya demi hidup bersama lelaki itu. Bahkan yang lebih tragis, kedua orangtuanya kecelakaan ketika hendak mencegahnya pergi.

Ladya melanjutkan hidup dalam dinginnya penyesalan tak berujung. Segala luka ia tutupi di balik penampilan tak bercela serta ambisi harta dan ketenaran.

Prasetya Pradana adalah sosok di balik kesuksesan Ladya Arum. Bertahun-tahun pria itu menopang Ladya sebagai manajer, meskipun diam-diam ia menyimpan cinta dan rasa sayang yang teramat dalam. Dan ketika Ladya diterpa gosip tak sedap, Pras rela melakukan apa pun. Tak peduli ia harus mengorbankan diri. Pras ingin Ladya percaya bahwa cinta tak pernah menyakiti dan ketulusan selalu mampu merekat semua luka.

K a r a k t e r :

Ladya Arum → Wanita 28 tahun. Merupakan model dan bintang iklan terkenal. Pernah dicampakkan oleh cinta membuatnya hidup hanya demi uang, tak peduli mengenai apa pun yang harus dikorbankannya.

Prasetya Pradana → Laki-laki 32 tahun yang merupakan manajer Ladya.

Utama Tandrawan → Laki-laki 33 tahun. Penerus perusahaan properti besar dan sukses di Indonesia. Dia pernah mencampakkan serta menghancurkan hidup wanita yang dicintainya, Ladya, demi menuruti kemauan ayahnya.

Haris (RIP) → Kakak Ladya yang merupakan sahabat Pras.

Raymon Fernando → Laki-laki kemayu yang membuat Ladya terjerumus ke dalam prostitusi, bisa dibilang mucikari lah ya.

Mirna Asisten Ladya. Menurutku si Mirna ini agak suka ikut campur urusan Ladya-Pras. Mungkin gara-gara dia suka sama Pras kali, ya?

Ferdi Atasan Pras di perusahaan manajemen tempat Ladya bernanung.

Budi → Sahabat Pras.

Laras   Istri Utama.


Seperti yang udah ditulis di blurb-nya, buku ini menceritakan mengenai sekelumit kehidupan Ladya, seorang model dan bintang iklan terkenal tanah air. Ladya memiliki luka masa lalu, itu yang membuatnya berambisi merengkuh segalanya agar tidak dihina, sekalipun untuk mencapainya, dia harus melegalkan segala cara—termasuk terjun ke dalam prostitusi kelas atas.

Jujur blurb-nya bikin aku tertarik, karena menawarkan cerita yang akan berkaitan dengan dunia prostitusi dan antek-anteknya, ekspetasiku dark romance lah. Tapi rupanya aku salah duga. Ceritanya lebih menekankan pada perasaan Pras pada Ladya dan kehidupan Ladya yang cenderung 'rusak'.

Setengah buku pertama diisi dengan pergulatan batin dua tokoh utama, yaitu Ladya dan Pras. Ladya dengan segala penyesalannya dan Pras dengan segala usahanya untuk melindungi Ladya. Ladya tidak percaya cinta, sementara Pras mati-matian menunjukkan jika cinta bisa mengubah apa pun, termasuk menyembuhkan luka. Nah, di sini aku ngerasa bosan karena ceritanya berasa nggak maju-maju. Diksi yang dipakai aku suka, menyentuh juga, tapi kalau konfliknya nggak kelihatan kan ya pasti bosan juga. Konfliknya batin mulu, nggak ada konflik eksternal yang menyemarakkan cerita. Baru setelah lewat halaman 160-an, konflik utamanya mulai muncul. Utama, si perusak hadir kembali dalam hidup Ladya. Pun dengan Laras, istri Utama, yang merecoki Ladya karena tidak terima suaminya ingin kembali pada Ladya.

Awal-awal aku juga agak terganggu dengan sikap Pras yang terkesan jadi bucin-nya Ladya. Tapi untungnya seiring berjalannya cerita Pras bisa tegas terhadap perasaan dan sikapnya.

Terus yang bikin aku geli banget adalah adegan papanya Utama nampar Utama. Hadeh.... Iya kalau Utama masih bocah atau ABG, lha ini udah 33 tahun. Kalo niat ya gelut aja sekalian, banci banget cuma nampar.

Aku ngerasa di sini kita diajak untuk memahami jika cinta itu memiliki banyak wajah. Ada senang, sedih, bahkan bisa mengubah seseorang. Tapi yang ditekankan adalah mengenai ketulusan Pras terhadap Ladya. Meski Ladya sudah rusak, tapi Pras tetap bertahan di sisinya, bahkan membuat Ladya membuka hatinya untuk Pras. Yah, bagiku Pras itu TGTBT aja sih.... Sedangkan Ladya, sebagai cewek yang pernah tersakiti, berubah sampai segitunya wajar, aku bisa menerima perubahannya. Cuma setidaknya di akhir cerita Ladya bisa mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk Pras, berkorban demi orang yang dicintainya.

Pas baca sampai pertengahan aku nggak yakin kalau bakal ngasih bintang tiga, tapi setelah baca sampai ending okelah. Sebab buku ini flat di awal, konfliknya baru berjubel di separo terakhir.

Am I recommending this book?
Yes, if you a huge fans of romance story.
Not, if you a huge fans of emotional story.

Q u o t e s :

Saat kau menghabiskan hampir seluruh waktu dalam hidupmu untuk mengurus dan menjaga seseorang, dengan sendirinya kau akan menganggap orang itu sebagai bagian dirimu yang tak bisa dilepaskan meski kau ingin melepaskannya. [Pras] - h. 43
Dia harus mendapatkan yang terbaik saat harus melakukan hal terburuk dalam hidupnya. - h. 49
“Kamu hanya perlu melupakan luka itu, Ladya. Berhenti menyakiti diri sendiri, karena yang akan berakhir terluka hanyalah dirimu juga, bukan orang lain.” [Pras] - h. 77
“Karena itu, berhentilah melangkah di jalan yang salah! Kembalilah. Kamu akan tersesat jika melangkah semakin jauh.” [Pras] - h. 77
“Aku memiliki perasaan yang paling kamu benci, untukmu. Aku mencintaimu walaupun tahu kamu tidak bisa menerimanya.” [Pras] - h. 138
“Karena itu, Ladya, lupakan semua yang sudah terjadi dan buatlah dirimu bahagia. Hiduplah bahagia, demi mereka yang menyayangimu.” [Pras] - h. 155
“Aku mencintaimu dan aku siap tersakiti karena perasaanku itu.” [Pras] - h. 157
“Tujuan terbaik manusia dalam hidupnya adalah meraih bahagia.” [Budi] - h. 169
“Hadapi pelaku kenanangan buruk itu agar tidak lagi mengusikmu.” [Pras] - h. 186
“Siapa pun dirimu, merengkuh cintamu adalah anugerah untukku.” [Pras] - h. 191
“Aku mungkin tidak bisa memberimu kehidupan mewah seperti yang kamu miliki, tapi tidak akan membiarkanmu kelelahan.” [Pras] - h. 223
“Bersandarlah padaku, Ladya. Aku akan berusaha menjadi sandaran yang kuat dan nyaman untukmu.” [Pras] - h. 223
“Apa istimewanya menawarkan hal-hal yang sudah dia miliki? Dia jelas tidak lagi menginginkan itu semua darimu. Kamu punya ketulusan cinta, kamu punya keinginan untuk membuatnya bahagia. Tawarkan itu padanya, karena itu yang dia butuhkan.” [Budi] - h. 227
“Jika nanti kamu lelah menghadapi semuanya, berjanjilah untuk melepaskannya. Aku ingin kamu berhenti berjuang jika itu terlalu melelahkan.” [Pras] - h. 235
“Cinta bisa berubah menjadi obesesi yang sangat mengerikan, setelah pergi dan melukaimu. Kamu harus pahami itu!” [Laras] - h. 264

[Book Review] Tujuh Hari untuk Keshia - Inggrid Sonya

Judul: Tujuh Hari untuk Keshia
Penulis: Inggrid Sonya
Genre: Teenlit
Halaman: 448 halaman
Tahun: Februari, 2019
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020489728
Harga: IDR. 94.800 (P. Jawa)
Rate: ★★★★½


B l u r b :

Sejak mantan pacarnya tahu-tahu saja kembali dan membawa seseorang anak perempuan bernama Keshia yang katanya adalah anaknya, Sadewa tahu bila hidupnya akan menjadi kacau.

Lalu, benar saja, Sadewa tidak pernah akur dengan Keshia. Jika di rumah, keduanya selalu saja bertengkar. Entah itu meributkan tagihan listrik, cicilan yang ditunggak berbulan-bulan, utang beras di warung, dapur berantakan, atau bahkan cuma karena remote tv yang hilang. Masalah sekecil apa pun sepertinya selalu dijadikan momok untuk keduanya adu mulut dan membuat rumah menjadi zona perang seketika.

Keduanya tidak pernah memedulikan satu sama lain. Sadewa tidak pernah peduli dengan kehidupan Keshia, baik di rumah ataupun di sekolahnya. Sadewa tidak peduli dengan kelakuan putri tomboinya itu yang selalu saja berpura-pura kuat dan menganggap bisa mengatasi segalanya sendirian. Sementara Keshia, sama halnya dengan Sadewa, dia tidak pernah peduli dengan kelakuan ayahnya yang masih saja bersikap layaknya ABG itu.

Bagi Sadewa, Keshia itu pengganggu ulung atau makhluk paling cerewet sedunia. Sedangkan bagi Keshia, Sadewa itu hanya seorang laki-laki 36 tahun yang hanya tahu bersenang-senang saja. Yang hanya tahu ngeband, mabuk-mabukan, atau main perempuan.

Sampai suatu ketika sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Sebuah kecelakaan yang membuat Sadewa mati-matian ingin memenuhi seluruh keinginan Keshia dan membuat Keshia ingin tetap bersama ayahnya sekalipun dia sangat membenci laki-laki itu. Sebuah kecelakaan yang memberikan keduanya pemahaman bila mungkin hanya kehilangan yang membuat mereka bisa berjalan beriringan tanpa lagi ada kebencian.

Kisah ini tentang waktu. Tentang kesempatan. Tentang kehilangan.

K a r a k t e r :

Keshia → Cewek 16 tahun yang bak Wonder Woman, kuat banget menghadapi hidup di usianya yang masih belia. Hobi memasak dan bikin kue.

River → Cowok yang diam-diam menyukai Keshia dan hanya memantaunya dari jauh. Keluarganya yang begitu bobrok membuat River kabur. Dia ini adalah arranger dan gitaris Seventy Six.

Sadewa → Ayah kandung Keshia. Vokalis Seventy Six yang kehidupannya morat-marit.

Diana → Mama kandung Keshia yang tidak pernah memedulikannya, menganggap adanya Keshia adalah sebuah kesalahan.

Citra → Sahabat Keshia.


Sudah banyak beredar mengenai ke-ngenes-an buku ini, mungkin itulah yang jadi daya tarikku buat beli. Dan setelah baca dan kelar, aku ngerasa nggak rugi buang duit hampir cepek buat adopsi buku ini.

Kayak yang udah ditulis di blurb-nya, buku ini menceritakan mengenai Keshia, anak usia 16 tahun dengan serenceng penderitaannya. Baru aja omanya meninggal, mamanya ngejual rumah dan menikah lagi, udah gitu si Keshia ditelantarin gitu aja di sebuah tempat asing alias rumah ayah kandungnya, Sadewa.

Tapi berhubung Keshia kuat, dia tetap tegak dalam menjalani hari-hari beratnya. Di sekolah dia di-bully sama Alena, si anak pemilik yayasan, di rumah dia harus berhadapan dengan Sadewa yang ngeselin banget. Belum lagi dia harus cari duit buat mencukupi kebutuhannya sendiri. Bagi anak seusianya, hidup macam itu bukan lagi berat namanya, tapi keterlaluan beratnya.

Di sisi lain ada River, cowok yang lebih tua dua tahun darinya. Bersekolah di sekolah lain tapi diam-diam selalu memperhatikan Keshia. River ini sahabatan dekat sama kakak kelasnya Keshia, so dia bisa tahu update apa aja tentang Keshia. Keluarga River bobrok banget, bikin dia kabur dari rumah. River ini juga merupakan gitaris andalannya Seventy Six, band-nya Sadewa. Terus bisa dibilang, River ini juga 'anak' bagi Sadewa.

Keshia dengan kehidupannya, River dengan kehidupannya.
Mereka nyaris nggak bersentuhan sih, seperti memiliki cerita masing-masing. Akan tetapi dalam buku ini lebih menitikberatkan cerita Keshia dan Sadewa. Tinggal di tempat orang asing tentu aja nggak nyaman, belum lagi sifat Sadewa yang ngeselin banget. Keshia dan Sadewa bisa dibilang nggak pernah akur, cara manggilnya aja elo-gue. Tapi seiring berjalannya waktu mereka saling peduli meski caranya dengan sinis atau sindir-sindiran.

Buku ini terasa cukup dekat di aku, jadi feelnya ngena banget.
Mungkin pendekatan batin antara Keshia dan Sadewa terasa terlalu cepat, karena bagiku nggak mungkin dua orang yang sama sekali nggak pernah ketemu selama 16 tahun bisa dengan mudah tinggal bersama, terlebih mereka itu sebenarnya nggak nyaman satu dengan yang lain. 

Yang bikin aku mewek sampai nangis kejer di sini adalah perasaan Keshia mengenai jalan hidupnya, lalu mengenai Sadewa yang mati-matian berusaha jadi ayah yang 'layak' untuk Keshia, juga mengenai River yang diperlakukan seperti itu sama ayah kandungnya. Lebih-lebih di akhir cerita apa yang dilakukan Sadewa itu menohok banget, bikin ngilu hati sumpah. Coba deh kalian baca, pasti berasa ngilu. 

Sedikit banyak buku ini mengingatkanku pada banyak hal: orangtua, penyesalan, kesempatan, dan maaf. Kalau kalian cari cerita romance yang unyu-unyu, JANGAN baca buku ini, nggak bakalan ketemu kisah unyu-unyunya. Cocok dibaca buat penikmat buku dengan cerita yang stabby.

Selain mengandung cerita yang penuh makna, buku ini didukung dengan cara bercerita yang luwes, tulisan rapi, juga diksi yang jleb. Pas aja gitu antara show dan tell-nya. Twist yang ditawarkan juga bikin aku sempat speechless, ada unsur fantasinya dikit gitu.

Dua kata buat buku ini: JAHAT dan KEREN!
Duh, pokoknya buku ini benar-benar jahadddddd! Percaya deh, nyeseknya udah berasa di awal, terus kamu bakalan dibuat ketawa dikit, cengar-cengir, terus dibikin nangis sampe mata bengkak!

Oh ya, percayalah, takdir kadang memang sekejam itu!



Q u o t e s :

Puncak dari segala rasa sakit yang benar-benar sakit justru saat kita tidak bisa merasakan apa pun. Lumpuh. - h. 10

Mengandalkan diri sendiri adalah satu-satunya caranya untuk bertahan hidup. - h. 47

"Lo nggak akan bisa cari orang yang nggak mau ditemuin. Percuma." [Keshia] - h. 118

"Ya, awalnya gue berasa mirip Wonder Woman sih, tapi kalau dilaluin setiap hari kan capek juga...." [Keshia] - h. 204

Doa itu mungkin didengar Tuhan. Tapi, doa itu tidak menyembuhkan sakit di dada Saegal. Tidak menutup satu pun luka dalam dadanya. Sama sekali. - h. 317

"Lo terlalu keras sama diri lo sendiri! Itu yang buat semuanya jadi susah!" [Citra] - h. 358

Luka Keshia bukannya tidak akan sembuh, melainkan jiwanyalah yang tidak kembali. - h.431