December 31, 2019

[Book Review] Troublemaker Couple - Pretty Angelia

Judul: Troublemaker Couple
Penulis: Pretty Angelia
Genre: Teenlit, Novel Remaja
Rilis: 25 November, 2019
Tebal: 260 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020632391
Harga: IDR. 73.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Lara dan Mahe panik!

Dua musuh bebuyutan sejak hari pertama di SMA itu kelabakan menerima kabar bahwa ayah Lara dan ibu Mahe berencana menikah. Mana mungkin Lara dan Mahe rela tinggal satu rumah.

Mau tak mau, mereka bersatu untuk menyusun rencana. Lara dan Mahe memutuskan untuk pura-pura  berpacaran. Mereka berharap, sandiwara akan membatalkan pernikahan dua orang tua itu.

Namun, jangan-jangan bukannya pernikahan yang batal, justru Lara dan Mahe yang jatuh cinta betulan.

*

Sebetulnya buku ini langsung kelar dalam sekali baca. Jumlah halamannya sebenernya lumayan, tapi nggak tahu kenapa berasa dikit, hehe.... Mungkin karena ceritanya yang menarik dan gaya menulisnya yang enak banget dinikmati kali ya?

Antara penasaran dan nggak penasaran, buku ini bikin aku ngerasain keduanya. Penasaran karena strategi apa yang akan disusun oleh Lara dan Mahe untuk membatalkan pernikahan kedua orangtua mereka, nggak penasaran karena udah tahu kalau ujung-ujungnya Lara dan Mahe bakalan saling jatuh cinta. Ceritanya simpel, mengalir gitu aja. Nggak ada twist atau sesuatu yang bikin aku berpikir keras, jadinya ya cuma menikmati aja.

Novel remaja selalu nggak pernah jauh-jauh dari dilema keluarga. Nah, apa yang dialami Lara dan Mahe ini sebenernya klise kok. Udah sering dan hampir selalu diangkat dalam setiap novel remaja. Menjadi korban broken home serta orangtua yang egois. Orangtua yang lebih memikirkan diri sendiri ketimbang ananknya, terutama bokapnya Lara nih, bikin geregetan banget.

Nyaris nggak ada interaksi manis yang terjadi antara Lara dan Mahe, mereka berdua kan kayak Tom & Jerry, musuh berat, nggak pernah bisa akur. Lucu aja sih ngebayangin dua orang yang udah jadi musuh bebuyutan harus pura-pura pacaran, pasti konyol banget kan.

Untuk jalan ceritanya sendiri aku cukup menikmatinya, cuma pas bagian ending-nya, aku rada-rada gimana gitu. Entahlah, buat aku rasanya kurang natural, seakan semuanya terjadi begitu mudahnya. Oh ya, aku suka sama kovernya. Judulnya juga catchy. Awalnya—pas belum baca blurb-nya—aku ngebayangin ada pasangan yang bikin trouble di mana-mana, eh ternyata yang trouble mereka sendiri toh.

Yah, mungkin ini adalah buku terakhir yang aku baca di tahun 2019. Niatnya sih mau nambah satu lagi—semoga kesampaian ya. Masalahnya aku pas lagi repot-repotnya, kena serangan acara Natal dan tahun baru. Agak sedih sih karena target baca tahun ini nggak terpenuhi. FYI tahun ini adalah tahun yang paling berat buat aku :( Tapi syukurlah, semua bisa terlewati dengan baik. *Lah, kok malah curcol gini sih?*

Sampai jumpa tahun depan....

Q u o t e s :

"Berhenti jadi anak manja. Nggak semua yang kamu mau, bakalan kamu dapatkan di dunia ini." [Papa Mahe] - h. 11
"Kalau lo pendem terus apa yang ada di hati lo, lama-lama lo bisa jadi Petasan Meledak!" [Mahe] - h. 104


December 21, 2019

[Book Review] Regretting You - Colleen Hoover

Judul: Regretting You
Penulis: Colleen Hoover
Genre: Romance
Rilis: 10 Desember, 2019
Tebal: 366 halaman
Bahasa: Inggris
Penerbit: Montlake
ISBN: 9781542016421
Harga: -
Rate: ★★★★☆


B l u r b :

Morgan Grant and her sixteen—year—old daughter, Clara, would like nothing more than to be nothing alike.

Morgan is determined to prevent her daughter from making the same mistakes she did. By getting pregnant and married way too young, Morgan put her own dreams on hold. Clara doesn't want to follow in her mother's footsteps. Her predictable mother doesn't have a spontaneous bone in her body.

With warring personalities and conflicting goals, Morgan and Clara find it increasingly difficult to coexist. The only person who can bring peace to the household is Chris—Morgan's husband, Clara's father, and the family anchor. But that peace is shattered when Chris is involved in a tragic and questionable accident. The heartbreaking and long-lasting consequences will reach far beyond just Morgan and Clara.

While struggling to rebuild everthing that crashed around them, Morgan finds comfort in the last person she expect to, and Clara turns to the one boy she's been forbidden to see. With each passing day, new secrets, resentment, and misunderstandings make mother and daughter fall further apart. So far apart, it might be impossible for them to ever fall back together.

*

Bagi fans-nya CoHo, pasti selalu menanti-nantikan buku terbarunya, kan? Termasuk aku, hehe. Aku selalu excited banget setiap kali author favoritku ini koar-koar akan meluncurkan buku baru. And this is it....

Regretting You menceritakan mengenai 'drama' yang terjadi di sebuah keluarga, secara khususnya ibu dan anak, yaitu Morgan dan Clara. Morgan hamil Clara ketika dia masih berusia tujuh belas tahun. Morgan dan pacarnya, Chris, akhirnya menikah. Sampai anak mereka, Clara, berusia hampir tujuh belas tahun, hubungan Morgan dan Chris baik-baik saja. Semua berubah ketika sebuah kecelakaan terjadi. Kecelakaan itu menewaskan Chris dan Jenny, adik Morgan. Nah, pertanyaannya kok bisa Chris barengan sama Jenny? FYI, mereka itu bekerja di rumah sakit yang sama. Chris dokter dan Jenny suster. Are they have an affair? Yes! And is suck! Padahal Jenny sudah tunangan sama Jonah lho. Jonah ini sahabat baiknya Chris. Jonah dan Jenny juga pacaran waktu mereka masih remaja, cuma tiba-tiba aja Jonah pindah tempat tinggal.

Aku rasa cukup ya cuplikan ceritanya, kalau diterusin bisa jadi full spoiler doang isinya.

Seperti yang sudah-sudah, buku ini cukup menguras emosi dan rasa penasaran, ditambah geregetan setengah mati gara-gara adanya salah paham yang terjadi antara Clara dan ibunya. Diceritakan melalui dua sudut pandang bergantian, Morgan dan Clara, setiap kalimatnya nancep banget buat aku. Dari segi ceritanya sendiri cukup bikin aku nyesek, tapi nggak sampai nangis kayak kebanyakan buku sebelumnya kok. Emosiku berasa ditarik-ulur, naik-turun, diremas-dilempar, duh pokoknya kayak naik roller coaster. Aku bisa ikut merasakan betapa sakitnya Morgan saat tahu kalau suami dan adiknya ada affair, juga bisa merasakan terpukulnya Clara saat mengetahui kenyataan. Padahal Clara ini sangat mengidolakan ayahnya, juga menganggap Aunt Jenny sebagai teman baiknya.

And, if you guess there is something between Morgan and Jonah, you right. They have something, but not an affair. Just ... something unspoken. Meski akhirnya mereka bisa jujur terhadap perasaan masing-masing. Morgan, Jenny, Chris, dan Jonah ini kayak pasangan yang tertukar. Tapi keadaan pada saat itu membuat mereka tidak bisa berbuat banyak.

Buku ini nggak semenyakitkan IEWU, November 9, atau AYP. Tapi ngeselin dan bikin penasaran setengah mati. Dari awal sebetulnya ada beberapa clue, juga beberapa yang bikin aku curiga kalau Chris dan Jenny ada affair. Misalnya seperti kecocokan. Morgan dan Jonah setipe, mereka bisa saling memahami hanya dengan tatapan. Sedangkan Chris dan Jenny, mereka sama-sama 'liar'. Sayangnya sampai akhir aku nggak tahu cerita di balik affair-nya Chris dan Jenny. Padahal aku berharap ada side story mereka, penasaran aja kenapa dan sejak kapan mereka berselingkuh sampai tega mengkhianati Morgan. 

Ada beberapa hal yang dapat aku pelajari dari buku ini, salah satunya adalah kejujuran. Sekali kita tidak jujur pada diri sendiri, itu akan berbuntut panjang. Seperti Morgan yang dari remaja sebenarnya punya perasaan pada Jonah, namun karena pada saat itu dia adalah pacarnya Chris dan terlanjur mengandung anaknya Chris, dia memilih untuk ikut arus—menikah dan membangun rumah tangga dengan Chris. But that's not what she wanted. Begitu juga dengan yang lain. Coba aja dari awal mereka bisa jujur dan terbuka pada perasaan masing-masing, pastinya nggak bakal ada affair. Nggak ada juga yang tersakiti.

Q u o t e s :

Until lately, it seems I've gone my whole life without experiencing this feeling, but now I have, it's as if part of me disappears when the feeling disappears. [Morgan]
"Never ask a drunk person to babysit a drunk person!" [Chris] 
It almost feels similar to breaking up with a guy and then not knowing how to navigate a friendship with him after the breakup. [Clara]
Sometimes you have to walk away from the fight in order to win it.
I don't think she was trying to be mean, but predictable is not something I wanted to hear. Because it's everything I know I am and everything I feared I would grow up to be. [Morgan]
"It means people who make mistakes usually learn from them. That doesn't make them hypocrites. It makes them experienced." [Jonah]
"Heartbreak builds character." [Clara]
It's unfair how one event ... one second ... can shake the world around you. Toss everything on its head. Ruin every happy moment that led up to that earth shattering second.
Maybe I should write down some if my favorite memories of her before I start to forget. [Clara]
For some reason, sadness in music eases the sadness in my soul. It’s like the worse the heartache in a song is, the better I feel. Dramatic songs are like a drug, I imagine. Really bad for you, but they make you feel good. [Clara]
I thought time would make it better, but so far, time has just allowed my feelings to build and build. [Clara]
I need to stop interacting with him anyway, because as good as it feels when I’m around him, it’s starting to hurt when I’m not. And I don’t need another painful thing added to my already existing pile of excruciating feelings. [Clara]
“Write it all down. Everything you want to remember about him. You’ll be surprised how soon you start to forget everything.” [Clara]
The day I found out I was pregnant, I stopped living life for myself. [Morgan]
“Right after something tragic happens, you feel like you’ve fallen off a cliff. But after the tragedy starts to sink in, you realize you didn’t fall off a cliff. You’re on an eternal roller coaster that just reached the bottom. Now it’s gonna be up and down and upside down for a long, long time. Maybe even forever.” [Jonah]
I’m getting pretty good at lying to her. It’s easier than telling her the truth. [Clara]
Every time I feel like one of my many wounds might be starting to heal, something happens to rip it open again. [Morgan]
“I broke up with her because when I went to sleep at night, I wasn’t thinking about her. And when I woke up in the morning, I wasn’t thinking about her. But I didn’t break up with her just so I could date you. I would have broken up with her whether you and I ended up together or not.” [Miller]
"Life doesn’t play favorites." [Miller]
"You were never in my shoes. You didn’t have to stand on the sidelines and watch the girl you were in love with build a life with your best friend." [Jonah]
“Jealousy can make a person do some shitty things, Morgan.” [Jonah]
It’s hard to admit something out loud to someone else that you’ve only just admitted to yourself. [Morgan]
Because if love isn’t real, then sex is just sex, no matter if it’s your first time or your fiftieth time or your last time. [Clara]
"I just realize some people are good at being parents and some people aren’t. I don’t take it personally." [Miller]
“I’m not asking you to fall in love with me, Morgan. You already love me. I’m just asking you to give that a chance.” [Jonah]
“I don’t want you to feel terrible. I get it. You’ve been through a lot, Clara. I don’t want you to stress out even more because of me or us. I just want to be part of everything that makes your life better.” [Miller]
“Your father was a great father to you. But as a husband, he made some shitty choices. No one can be the perfect everything.” [Morgan]
"Attraction isn’t something that only happens once, with one person. It’s part of what drives humans." [Morgan]
“Relationships are hard for that very reason. Your body and your heart don’t stop finding the beauty and the attraction in other people simply because you’ve made a commitment to one person. If you ever find yourself in a situation where you’re drawn to someone else, it’s up to you to remove yourself from that situation before it becomes too hard to fight.” [Morgan]
"The truth is always the best choice." [Clara]
"But you’re the first and only person in this world I’ve ever loved without some reasoning or justification behind it. I just love you because I can’t help it, and it feels good to love you." [Morgan]
"I’m confident that I’ll never spend a single second of my life regretting you." [Morgan]

December 14, 2019

[Book Review] April Fool - Cepi R. Dini

Judul: April Fool
Penulis: Cepi R. Dini
Genre: Teenlit (15+)
Rilis: November, 2019
Tebal: 268 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Penerbit Inari
ISBN: 9786026682536
Harga: IDR. 89.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Pas April Mop, gue berniat ngerjain temen kecil gue, Ervika. Gue menulis surat cinta dan meminta Gavin, sahabat gue buat ngasih pernyataan cinta gue ke Ervika. Entah gimana, surat itu malah sampai ke anak baru yang bernama Savika.

Cewek itu dengan malu-malu malah nyamperin gue dan bilang kalau dia mau jadi pacar gue.

GAVIN! BRENGSEK LO! TERUS GUE SEKARANG HARUS GIMANA?!

*

Kampret! Seriusan aku geregetan banget sama Abrar!!! Pengin nampol tapi ganteng, jadinya nggak jadi deh, hehe....

April Fool ini menceritakan mengenai Abrar yang 'terjepit' gara-gara ulah dua sahabatnya. Maksud hati pengin ngerjain Ervika, sahabatnya sejak kecil, tapi malahan dia yang dikerjain balik. Berawal dari surat yang sengaja dibikin nyasar oleh Ervika dan Gavin, Abrar akhirnya pacaran sama Savika. Hubungan mereka mungkin bakal baik-baik aja kalau aja Salma, sepupu Savika yang merupakan cewek tercakep di sekolah, tidak merecokinya. Secara Salma itu cinta pertama Abrar, cewek yang udah dikerjar oleh Abrar selama satu setengah tahun. Kesel kan ya, udah mulai bisa move on, gebetan malah ngedeket?!

Sebuah novel remaja yang ringan, tapi bikin geregetan setengah mampus. Gara-gara apalagi kalau bukan karena sikapnya Abrar. Sumpah, sebagai cowok dia itu naif banget. Pacarnya siapa, yang diprioritaskan siapa.... Duh, kalau tuh anak di depanku, udah aku bejek-bejek! 

Oh ya, tulisan dan tata bahasanya yang rapi bikin aku betah baca. Sempat geletakin beberapa kali gegara sibuk, tapi sekali ada waktu luang, langsung aku abisin. Aku nyaman banget dengan tulisannya. Kosa katanya nggak muluk-muluk, tapi ngalir. Dari segi ceritanya sendiri aku cukup menikmatinya. Tentang sebuah kesalahpahaman yang malah diteruskan, akhirnya malah merembet ke mana-mana—termasuk urusan hati, wkwkwkwk. Kehidupan para tokohnya juga nggak berlebihan, layaknya remaja pada umumnya, nggak aneh-aneh juga nggak terlalu drama. Untuk karakternya terbilang cukup kuat. Abrar, Gavin, Savika, Ervika, Salma, Irdham, bahkan si Om alias papanya Salma yang ngejengkelin dan sama sekali nggak bijaksana. Intinya penokohan dalam buku ini digarap dengan baik. Cuma aku agak eneg aja sama beberapa kalimat yang terkesan repetitif. Misalnya seperti cowok terpopuler, cewek tercantik, atau apalah.

Cewek cupu+kutu buku VS Cowok ganteng+populer emang rada-rada klise ya. Namun plot serta eksekusinya dikerjakan dengan bagus, jadi bisa dibilang minim sekali plothole-nya.

Q u o t e s :

Namun seperti kata pepatah, tidak ada kebohongan yang bisa ditutupi. Suatu saat pasti akan terungkap. - h. 41
"Cinta memang masalah hati, tapi menjalin hubungan perlu logika." [Ervika] - h. 114
Membenci orang itu buang-buang energi asal tahu saja. - h. 250

December 06, 2019

[Book Review] Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 - Cho Nam-joo

Judul: Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982
Penulis: Cho Nam-joo
Genre: Novel Terjemahan (17+)
Rilis: 18 November, 2019 (Terjemahan GPU)
Tebal: 192 halaman
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020636191
Harga: IDR. 58.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★★½


B l u r b :

Kim Ji-yeong adalah anak perempuan yang terlahir dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki, yang menjadi bulan-bulanan para guru pria di sekolah, dan yang disalahkan ayahnya ketika ia diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.

Kim Ji-yeong adalah mahasiswi yang tidak pernah direkomendasikan dosen untuk pekerjaan magang di perusahaan ternama, karyawan teladan yang tidak pernah mendapat promosi, dan istri yang melepaskan karier serta kebebasannya demi mengasuh anak.

Kim Ji-yeong mulai bertingkah aneh.

Kim Ji-yeong mulai mengalami depresi.

Kim Ji-yeong adalah sosok manusia yang memiliki jati dirinya sendiri.

Namun, Kim Ji-yeong adalah bagian dari semua perempuan di dunia.

Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 adalah novel sensasional dari Korea Selatan yang ramai dibicarakan di seluruh dunia. Kisah kehidupan seorang wanita muda yang terlahir di akhir abad ke-20 ini membangkitkan pertanyaan-pertanyaan tentang praktik misoginis dan penindasan institusional yang relevan bagi kita semua.

*



Tipis, tapi bacanya butuh konsentrasi yang cukup tinggi.
Menurutku novel ini mengacu pada sebuah paradigma, di mana perempuan adalah kaum yang dianggap tidak lebih penting daripada kaum laki-laki, alias nggak ada kesetaraan gender. Sebetulnya paradigma semacam ini sendiri sudah umum terjadi di negara-negara Asia Timur seperti Cina, Korea, dan Jepang. Namun di zaman sekarang, cara pikir yang seperti itu sudah cenderung ditinggalkan.

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, namun bukan berarti laki-laki jauh lebih hebat ketimbang perempuan. Kisah hidup Kim Ji-yeong ini menunjukkan seberapa keras pun perempuan berusaha, dia tidak akan 'dianggap' lebih baik daripada laki-laki. Kebanyakan para perempuan di sini berjuang dan berkorban demi kepentingan saudara laki-laki mereka.

Kim Ji-yeong, sejak lahir hingga dewasa, menikah dan punya anak tidak pernah mendapatkan perlakuan yang 'sesuai'. Tidak pernah memiliki kesempatan untuk bisa melakukan apa yang dia inginkan. Apa yang dilakukan selalu hanya karena 'dia harus melakukannya'. Miris ya? Seolah-olah Kim Ji-yeong ini tidak memiliki hak atas dirinya sendiri. Terlahir sebagai seorang perempuan seperti sebuah kutukan.

Hanya dengan membaca buku ini, aku sudah bisa merasakan seperti apa menjadi sosok Kim Ji-yeong. Semua usaha dan kerja kerasnya seakan sia-sia. Perempuan tidak pernah bisa lebih hebat daripada laki-laki. Padahal hidup sebagai perempuan itu berat loh, apalagi kalau sudah menikah dan punya anak. Mungkin bagi orang yang tidak mengalaminya, memandang sebuah pekerjaan rumah tangga itu sepele. Kenyataannya? Banyak loh yang nggak becus mengurusnya. Wajar kalau kehidupan serta pola pandang yang seperti ini membuat Kim Ji-yeong depresi.

Intinya buku ini bikin aku banyak-banyak bersyukur karena lahir di Indonesia, yang meski nggak ada Oppa-oppa tapi hidupku lebih seperti yang aku mau. Nggak ada kesenjangan gender, jadi aku bisa bebas melakukan apa yang aku mau. Bebas bermimpi dan meraihnya. Nggak ada keharusan harus mementingkan laki-laki, memandang laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Lagian kalau dipikir-pikir, laki-laki tanpa perempuan bisa apa? Wkwkwk.... Sama sih, perempuan tanpa laki-laki bisa apa? Initinya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing untuk saling menopang dan melengkapi. Jadi, nggak ada ceritanya laki-laki itu lebih hebat daripada perempuan atau perempuan lebih hebat daripada laki-laki.

*

Q u o t e s :

Masa itu adalah masa ketika anak laki-laki dianggap sebagai orang yang harus menjadi tulang punggung keluarga, dan anak laki-laki adalah inti dari kesuksesan dan kebahagiaan keluarga. Anak-anak perempuan pun dengan senang hati mendukung saudara laki-laki mereka. - h. 32-33
"Perusahaan akan merasa terbebani apabila seorang wanita terlalu pintar." - h. 95
"Pasangan kekasih pada masa-masa hendak berpisah pun bisa jatuh cinta dengan orang lain, bukan?" [Kim Ji-yeong] - h. 103
Karena sepercik api udah jatuh di atas debu kering. Masa-masa muda yang indah itu pun langsung terbakar habis. - h. 119
Dunia memang sudah banyak berubah, tetapi peraturan kecil, janji, dan kebiasaan di dalam dunia ini tidak banyak berubah. - h. 132
"Tapi alasan aku bekerja bukan karena kau memintaku bekerja. Aku bekerja karena aku suka bekerja. Aku menyukai pekerjaanku dan uang yang kudapatkan." [Kim Ji-yeong] - h. 137
Apabila kita tetap bekerja dan meninggalkan anak-anak di bawah pengawasan pengasuh anak, tidak berarti kita tidak menyayangi anak kita. Sama seperti apabila kita berhenti bekerja demi membesarkan anak, tidak berarti kita tidak memiliki semangat untuk bekerja. - h. 145
Karena apabila sesuatu sudah diberi harga, seseorang harus membayarnya. - h. 149
Sebaik apa pun orangnya, pekerja perempuan hanya akan menimbulkan banyak kesulitan apabila mereka tidak bisa mengurus masalah pengasuhan anak. - h. 175

November 16, 2019

[Book Review] Finally, The Netherlands! - Fitria Sawardi dan Irham Aladist

Judul: Finally, The Netherlands!
Penulis: Fitria Sawardi dan Irham Aladist
Genre: Fiksi (13+)
Rilis: 24 Juni, 2019
Tebal: 192 halaman
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Bahasa: Indonesia
ISBN: 9786232162228
Harga: IDR. 49.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆



B l u r b :

Aku menitipkan mimpi pada kincir angin, agar menerbangkan mimpi-mimpiku hingga langit ketujuh. Aku menggantungkan mimpi pada bintang, menghiasi langit harapan. Aku bermimpi, sebagai isyarat yang tajam, bahwa aku punya cita yang menantang.

Tentang seseorang dari kota kecil,
yang akhirnya mempertemukannya dengan aroma kesuksesan.

Tentang menuliskan mimpi di atas kertas,
yang niscaya menjadi coretan yang bermakna.

Tentang keyakinan,
bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan doa dan usaha hamba-Nya.

*

Mimpi, siapa pun pasti memiliki mimpi—setidaknya pernah bermimpi, kan? Namun bagaimana cara dan usaha kita untuk menggapainya, itulah yang membuat mimpi kita terasa sangat 'mahal'.

Dzaki, seorang pemuda dari kota kecil, merantau ke Malang untuk berkuliah. Lulus dengan nilai yang sangat baik tidak lantas membuatanya mudah mendapatkan pekerjaan. Mau pulang ke rumah orangtua malu, tapi hidup di perantauan juga tidak mudah. Hm, pernah kan ngerasain hal semacam ini? Fresh graduate yang belum punya kerjaan, sedangkan mau minta orangtua rasanya malu banget kan ya?

Segala usaha ditempuh Dzaki untuk sekadar bertahan hidup, termasuk bekerja di bidang yang sangat tidak sesuai dengan bidangnya. Tapi setelah dijalani, Dzaki merasa tersiksa. Terlebih lagi dia memiliki impian untuk melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Hal ini bukanlah sesuatu yang sulit kalau Dzaki berasal dari keluarga berada. Masalahnya, dia berasal dari keluarga yang bisa dibilang kekurangan. Jadi satu-satunya jalan untuk mewujudkan impiannya itu adalah dengan berburu beasiswa. Lantas, dengan nilai baik serta beberapa sertifikat yang dimilikinya, apakah semuanya berjalan dengan lancar?

Wohooo! Tidak semudah itu, Ferguso!
Perjalanan Dzaki untuk mendapatkan beasiswa tidaklah mulus, melainkan panjang, berliku, dan dibutukan kesabaran serta ketabahan yang ekstra.

Masalah utamanya terletak pada skor TOEFL Dzaki yang berada di bawah skor minimum. Dzaki sudah beberapa kali mengikuti test, tapi skornya tidak pernah melampaui standar minimum yang diminta. Karena hal itulah, Dzaki berkali-kali ditolak. Wah, nggak kebayang deh kecewa dan capeknya kayak apa. Kalau aku palingan udah nyerah aja deh, lelah dengan penolakan, Kakak....

Apa yang diceritakan di sini mengajarkan kalau tidak semua hal berjalan dengan mudah, termasuk meraih mimpi. Butuh perjuangan, kesabaran, juga jangan lupa berserah diri kepada-Nya. Ingatlah bahwa hasil yang didapat tidak pernah mengkhianati usaha yang telah dilakukan. 

Pengalamanku membaca buku ini adalah seperti membaca sebuah pengalaman nyata tentang perjuangan seseorang. Apa yang terjadi di dalam sini terasa dekat, bukan sesuatu yang didramatisir. Yah, jujur aku ngerasa agak bosan dengan kegagalan Dzaki, namun di sisi lain aku sadar, bila mungkin untuk meraih sesuatu yang tinggi, kita harus jatuh berkali-kali terlebih dahulu. 

Sebuah buku yang bisa dibilang tipis, akan tetapi memiliki banyak motivasi serta pelajaran yang bisa kita ambil untuk diterapkan. Banyak dari kita yang lupa akan mimpi kita. Mungkin keadaan yang tidak mendukung, mungkin juga ada faktor lain yang membuat kita membuang mimpi itu jauh-jauh. Tapi percayalah, nggak ada ruangan yang nggak berpintu, semua pasti ada jalan keluarnya.

Gaya penulisannya menurutku terkesan repetitif dan ini sedikit mengganggu kenyamananku dalam membaca. Kegagalan Dzaki benar-benar seperti hanya diulang-ulang, rata-rata dengan latar belakang masalah yang sama. Aku sama sekali nggak bisa merasakan emosi tokoh utamanya, alias si Dzaki ini. Kurang lebih rasanya kayak baca koran. Meski begitu tetap enak dibaca karena penulisannya yang rapi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku, ditambah lagi hal-hal yang diulas adalah seputar akademik, jadi untuk sebagian orang mungkin terasa nggak santuy. Tapi aku tetap bisa menikmati dan menangkap apa yang ingin penulis sampaikan.

Di halaman 120, seusai pelatihan TOEFL di Jakarta, bukannya langsung pulang ke Malang atau Madura, Dzaki malahan 'menyempatkan untuk mampir ke Malaysia'. Ew, di sini aku muterin mata nih. Katanya dia super hemat, bahkan nge-laundry pakaian aja sayang sama uangnya, eh, kok malah ke Malaysia? Tapi berhubung dia ke Malaysia untuk menemui keluarga besarnya yang rata-rata menjadi TKI di sana, jadi okelah, anggap aja untuk silaturahmi.

Bagi kamu yang membutuhkan motivasi karena berkali-kali gagal, mungkin bisa coba untuk baca buku ini. Bukan sebuah buku yang istimewa, namun cukup menampar kamu-kamu yang terlalu gampang menyerah. Oh ya, buku ini juga kaya akan pengetahuan seputar dunia akademik lho!

Q u o t e s :

Namun, mimpi ini tidak akan pernah menjadi kenyataan jika aku tidak pernah berbuat apa-apa. - h. 19 
Butuh proses yang panjang agar bisa mendapatkan hasil yang istimewa. - h. 21
Bertitel sarjana ternyata sangat memberatkan daripada yang tidak sarjana. Ada berbagai tanggung jawab, juga harapan-harapan besar yang menggantung di punggungku. - h. 28-29
Semangat itu datang dan pergi, bak air lautan yang pasang surut. - h. 36
"Kalau kamu menyerah, bagaimana bisa sukses?" [Pak Wahyudi] - h. 97
Bagaimana mungkin sebuah keinginan terwujud kalau tidak bermimpi dan berjuang? - h. 188
Aku tidak akan berhenti bermimpi selama masih hidup. - h. 188
 

September 30, 2019

[Book Review] Be My Sweet Darling - Queen Soraya

Judul: Be My Sweet Darling
Penulis: Queen Soraya
Genre: Teenlit
Rilis: Juni, 2009
Tebal: 242 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9789792245899
Harga: IDR. -
Rate: ★★☆☆☆


B l u r b :

Hal yang terjadi dalam hidup Marsha:
1. Ega, sang pacar, selingkuh. (Cih, Ega emang cowok paling bejat di dunia!)
2. Raya, sahabat karib Marsha, yang jadi selingkuhan Ega (Raya pengkhianat! Kenapa gue mesti punya sahabat sekejam ini?)
3. Ada cowok nyebelin di sekolah. Namanya Bima (Manusia paling nyebelin yang pantas dikasih julukan "idiot".).
4. Mama butuh uang. Terpaksa lantai atas rumah harus dikosin (Sejak Papa meninggal, keuangan jadi sulit. Gue harus berbesar hati menerima keputusan Mama.)
5. Ada anak kos baru (Hm... semoga dia membawa kebaikan di rumah ini. Yang paling penting sih, uang kosnya bisa digunain Mama buat bayar utang ke Ibu Rosa.).
6. Nama anak kos itu Bima (APA?!!! COWOK BRENGSEK ITU?!!! DAN SESUAI PERJANJIAN KONTRAK, GUE MESTI NYUCIIN BAJU SI IDIOT ITU???!!! O MY GOD!!!!)

*

Wah, baca novel ini aku jadi keinget pas masih sekolah dulu. Di mana novel-novel teenlit masih simpel dan beralur cepat. Halamannya nggak banyak, terus yang dibahas juga seputaran hate to love antara cewek biasa dengan cowok ganteng. Hehe.... Kesannya klasik banget ya?

Be My Sweet Darling ini menceritakan mengenai Marsha yang diselingkuhin sama pacarnya, Ega. Parahnya Ega ini selingkuhnya sama Raya, sahabat Marsha sendiri. Udah gitu kondisi keuangan yang amburadul membuat ibunya Marsha menjadikan lantai dua rumah mereka sebagai kos-kosan. Apesnya lagi, yang ngekos itu si Bima, cowok pindahan dari Surabaya yang ngeselin abis! Dari sini bisa ditebak dong, ke mana arah hubungan mereka.

Sewaktu kelarin novel ini, aku ngerasa adanya perbedaan yang sangat jauh dengan novel-novel teenlit terbitan sekarang. Kalau dulu kesannya simpel banget, sekarang lebih kompleks. Tema serta topiknya pun lebih beragam. Seneng juga sih dengan perubahan ini, tandanya kan penulis zaman sekarang wawasannya lebih luas, ide-idenya segar yang bikin nggak terasa monoton. Cuma yah, kadang-kadang itu loh, aku kurang sreg sama cinta-cintaannya yang berlebihan.

Oke, balik ke novel ini....
Berhubung ceritanya sangat-sangat sederhana, feel-nya pun nggak dapat di aku. Mungkin juga udah bukan umurnya lagi kali ya aku baca yang seperti ini, haha! Tapi aku tetap bisa menikmati kok. Oh ya, ada beberapa plothole juga sih, cuma karena alurnya cepat dan tahu lah, dunia remaja kadang agak-agak nggak masuk akal, jadinya nggak begitu kelihatan.

Bahasa yang digunakan juga masih belum sevariatif sekarang. Maklum, tahun-tahun segitu hp paling banter Blackberry, akses internet juga masih seret. Pokoknya sensasi baca novel ini tuh kayak balik ke masa lalu.


September 23, 2019

"KKN di Desa Penari", Kisah Nyata atau Fiksi?

VIRAL Kisah KKN di Desa Penari: Cerita Lengkap hingga Benarkah Berlokasi di Jawa Timur?

Kalau pada postingan sebelumnya aku bedah soal bukunya, sekarang aku mau sekadar sharing pendapatku mengenai keaslian cerita yang dialami Bima, dkk ini.

Mulanya, pas awal-awal baca, aku percaya kalau cerita ini adalah sebuah kisah nyata. Kenapa? Karena dari segi lokasi, juga mitos-mitosnya memang pernah aku dengar. Terlebih lagi aku juga pernah baca kisah nyata semacam ini. Sama-sama anak KKN juga, sama-sama ada hubungannya sama penari juga. Tapi nggak sampai meninggal seperti yang terjadi pada Bima dan Ayu. Kisah yang kubaca itu terjadi hanya karena 'kesembronoan', biasalah anak-anak kota suka misuh-misuh sembarangan. Dari segi lokasinya, beneran mirip.

Sewaktu di twitter nama desanya disamarkan, di bukunya nama desanya Banyu Seliro. Desa ini diceritakan sangat terpencil. Letaknya jauh di pelosok. Untuk menempuhnya saja kita harus melalui jalan setapak yang kanan-kirinya adalah hutan, jalanan tersebut juga tidak bisa dilalui oleh mobil. Hanya motor dan kendaraan roda dua lainnya yang bisa. Digambarkan jalan setapak tersebut medannya cukup berat, berkelok-kelok, serta naik-turun. Udah gitu di sana belum ada listrik. Waduh, kebayang kan betapa terbelakangnya desa tersebut?

Di desa itu orang-orangnya masih menganut kepercayaan leluhur. Jadi memang nggak ada surau/masjid atau tempat ibadah lainnya. Intinya mistisnya kental sekali.

Setelah dua kali membaca di twitter, sekali di blog, dan terakhir aku baca adalah bentuk novelnya, rasa percayaku pudar. Memang pas pertama kali baca, semuanya terasa mencekam, horornya terasa banget—apalagi ada embel-embel kalau itu kisah nyata. Hm, feel-nya cukup nampol. Tapi pas baca untuk yang kedua kali, ketiga kali, dan kesekian kalinya, semakin gamblang juga kalau cerita ini cuma setting-an belaka.
Kenapa aku bilang seperti itu? Karena waktu bedah bukunya kemarin, aku menemukan hal-hal manusiawi yang berada di luar nalar. Seperti jumlah peserta KKN, dosen pendamping yang dengan seenaknya absen, dlsb. Kalau memang semua ini kisah nyata, aku rasa plothole semacam itu nggak bakal ada deh.

Buku ini hype banget karena promosinya yang we-o-we. Mas SimpleMan mengatakan jika ini adalah sebuah kisah nyata, cuma yang bikin viral banget adalah embel-embel entot-mengentotnya. Sori kalau kasar, tapi memang seperti itulah kenyataannya. Jadi sebenarnya ini tuh kisah horor yang B aja, bagus dan mencekam sih, tapi coba aja nggak ada embel-embel skandal Bima dan Ayu di tempat wingit tersebut. Aku yakin cerita ini nggak akan seviral ini. Hehe. Ngaku aja deh kalau sebagian besar dari kalian baca cerita ini karena ada 'itu'-nya, kan? 
Aku akui Mas SimpleMan sangat pandai, karena tahu titik yang sangat vital untuk membuat tulisannya menjadi viral dalam sekejap.

Yah, kurang lebih seperti itulah pendapatku mengenai apakah "KKN di Desa Penari" adalah kisah nyata atau fiksi. Jawabanku adalah fiksi. Aku sama sekali nggak komenin soal mistis-mistisnya, yang aku anggap nggak masuk akal a.k.a plothole malah di bagian 'manusianya'. Tapi terlepas dari ini kisah nyata atau fiksi, buku ini punya sebuah pesan yang bagus kok. Intinya jangan sembrono di tempat orang, apalagi tempat yang wingit. Jaga sikap dan omongan di mana pun kalian berada.

[Book Review] KKN di Desa Penari - SimpleMan

Judul: KKN di Desa Penari
Penulis: SimpleMan
Genre: Horor
Rilis: September, 2019
Tebal: 256 halaman
Bahasa: Indonesia, Bahasa Daerah (Jawa)
Penerbit: Bukune
ISBN: 9786022203339
Harga: IDR. 77.000 (P. Jawa) Paperback
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Saat motor melaju kencang menembus hutan, Widya mendengar tabuhan gamelan. Suaranya mendayu-dayu dan terasa semakin dekat. Tiba-tiba Widya melihat sesosok manusia tengah menelungkup seakan memasang pose menari. Ia berlenggak-lenggok mengikuti irama musik gamelan yang ditabuh cepat.

Siapa yang menari di malam gulita seperti ini?

Tiga puluh menit berlalu, dan atap rumah terlihat samar-samar dengan cahaya yang meski tamaram bisa dilihat jelas oleh mata.
"Mbak... kita sudah sampai di desa."

Dari kisah yang menggemparkan dunia maya, KKN di Desa Penari kini diceritakan lewat lembar tulisan yang lebih rinci. Menuturkan kisah Widya, Nur, dan kawan kawan, serta bagian bagian yang belum pernah dibagikan di mana pun sebelumnya.

*

Siapa sih yang nggak tahu "KKN di Desa Penari" ini? Aku yakin kalian semua pengguna sosmed pasti tahu, minimal pernah baca judulnya lah.

Akhir bulan Agustus lalu cerita horor ini viral banget, yang bikin aku sebagai orang yang doyan sama hal-hal ginian auto kepo berat. Dimulai dari membaca postingan Mas SimpleMan di twitter, sampai akhirnya nemu ringkasan ceritanya di sebuah blog, lalu berujung aku beli bukunya ... aku akui dari segi ceritanya cukup lumayan. Buat yang tanya apakah ini betulan kisah nyata seperti promosinya? Well, aku bakalan bahas soal itu di postingan lain. Sekarang mari kita bedah buku ini sebagai 'novel horor', bukan sebagai perdebatan kisah nyata vs fiksi.

Aku rasa nggak perlu lagi ya menjabarkan seperti apa garis besar ceritanya, karena aku yakin 90% orang yang baca postinganku ini sudah pada tahu kisah Bima, Widya, Ayu, Nur, Anton, dan Wahyu. Sekali lagi aku tekankan, aku bakalan bedah buku ini sebagai NOVEL.

Pertama-tama aku mau komen soal fisiknya dulu. Aku nggak tahu Penerbit Bukune ini masuk golongan SP, indie, atau mayor, cuma yang pasti dari segi kover okelah—meski secara pribadi aku kurang sreg sama tipe doff-nya, buatku kurang cantik aja. Layout-nya tergolong boros: hurufnya gede-gede dan jaraknya lebar, pemborosan ini mah! Lalu dari segi harga, hm, wajar kok buat muterin mata. 77k untuk novel yang isinya sudah pernah dibaca rasa-rasanya agak gimana gitu. Waktu mutusin buat beli novel ini, aku mikirnya—bahkan berharap—ada sesuatu yang berbeda. Nyatanya? Yah, aku harus legowo sama risikonya. Haha. Untung aku belinya pas pre-sale, jadi dapat harga di bawah harga normal. Yang bikin sebel, nggak ada bookmark-nya! Tauk deh, ini ngirit apa pelit.

Buku

Isinya beda sama yang di twitter nggak?
SAMA! Masih diceritakan menggunakan POV Widya dan POV Nur kok. Yang bikin beda cuma gaya bahasanya, penulisannya juga lebih rapi. Kalau secara cerita, nggak ada yang berpengaruh membawa perubahan (cielah bahasanya). Inti dan rentetan kejadiannya tetap sama. Eh, ada yang dikurang-kurangin sama ditambah-tambahin dikit ding! Tapi seriusan itu semua sama sekali nggak berpengaruh.

Baiklah, mari kita menuju ke poin-poin yang menjadi plothole di sini. Berhubung ini novel horor, hal-hal mistis yang nggak bisa dinalar aku kasih pengecualian. Yang aku sebut janggal di sini adalah hal yang masih manusiawi kok.

1. KKN hanya terdiri dari 6 orang. Baca: ENAM ORANG!
Waktu baca di twitter disebutkan kalau yang KKN banyak, tapi berhubung untuk mempersingkat biar nggak ribet, jadilah cuma 6 orang yang terlibat itu aja yang disebut. Dari 6 orang itu masih dibagi menjadi 3 kelompok. Waduh? Seriusan KKN per kelompoknya cuma di handle sama 2 bijik manusia? Mana prokernya cukup berat, kan ini desa tertinggal. Sangat tertinggal malah, orang listrik aja belum masuk ke sana. Okelah dibantu warga, tapi tetap aja elah.

2. Jalanan masuk ke desa tidak bisa dilalui oleh mobil, jadi anak-anak KKN ini dijemput oleh warga dengan menggunakan motor. Baiklah. bisa diterima. Sekarang kita balik lagi ke jumlah peserta KKN. Peserta aslinya banyak alias lebih dari 6 orang, nah, kalau dijemput naik motor apa nggak mirip iring-iringan 17 Agustusan? Wkwkwk. Yah, intinya aku kurang bisa menerima keseluruhan jumlah peserta KKN yang unknown ini.

3. Warga nggak mandi setiap hari karena letak sungainya jauh [- h. 28]
Jadi rumah penduduk di sini nggak ada kamar mandinya. Pas si Wahyu tanya gimana kalau mau buang hajat, Pak Kumis, eh, Pak Prabu mengatakan kalau gali tanah terus habis itu dipendam. Orang-orang zaman dulu memang kayak gitu sih. Tapi hal yang mengganjal buat aku adalah pernyataan Pak Prabu, "Lagipula, warga juga nggak mandi setiap hari, jadi masalah itu sebenarnya sepele bagi kami."
Sebagai orang yang doyan banget mandi, aku auto tanya dong, "Seriusan itu nggak mandi setiap hari? Habis pacul-pacul di ladang, pulang, terus langsung bobok?" Sumpah demi kambing guling, ini joyok sekale, Kakak!

4. Di akhir POV Widya, dulu di twitter kan ada mobil yang jemput Bima dan Ayuyang entah gimana caranya bisa masuk ke desa yang nggak bisa dilalui mobilnah, di bukunya nggak ada. Scene mobil masuk desanya dihilangkan sodara-sodara.

5. Oh ya, aku masih meraba-raba alasan Ayu ngebet banget buat KKN di desa tersebut. Kalau cuma pengalaman bersama teman-teman yang tak terlupakan, ya memang akhirnya jadi kenyataan sih. Wkwkwk. Si Ayu ini sampai mohon-mohon, nangis-nangis sama Pak Prabu biar diizinkan KKN di situ. Ini Ayu, dkk kepepet atau gimana sih? Memang nggak ada tempat KKN lain gitu? NORMALNYA orang mikir, apalagi masa-masa mahasiswa, itu pasti mau yang enak dan cepet lulus. Jadi aku rasa alasan Ayu ngebet banget KKN di desa itu kurang masuk akal. Banyak kok desa yang masih alami tapi nggak terpencil amat. Lagian semakin ringan prokernya, semakin seneng, kan? Lha ini Ayu malah cari yang prokernya banyak dan berat. Ah sudahlah!

6. Bu Anggi, dosen pengawas yang nggak bisa ikut karena kesehatan anaknya bermasalah.
Pas baca bagian ini aku baru ingat kalau KKN kan ada dosen pengawasnya. Sedangkan di sini sama sekali nggak ada. Jadi 6 bijik manusia ini dilepasin gitu aja. Seriusan kayak gini? KKN itu beda sama magang loh! Aku jadi penasaran kampus mana sih yang tega melepaskan 6 bijik manusia yang butuh ijazah ini tanpa pengawasan. Padahal setahuku, satu lokasi KKN itu terdiri dari beberapa dosen pengawas, nggak cuma satu. Jadi? Simpulkan sendiri deh.

7. Inget adegan Widya menari tengah malam itu, kan?
Waktu POV-nya Widya, diceritakan jika Widya terbangun tengah malam. Ayu tertidur pulas, sementara Nur nggak ada. Karena itulah Widya akhirnya keluar dari kamar untuk mencari Nur. Sedangkan pas baca POV-nya Nur, disebutkan kalau Nur sedang tidur dan bermimpi. Nur akhirnya kebangun dan di depan posko sudah ada ribut-ribut perihal si Widya menari.
PERTANYAANNYA: Widya nggak ngelihat si Nur tidur, padahal Nur sedang tidur dan bermimpi. Ada yang gesrek di sini? Atau aku yang salah memahami?

Aku simpulkan ceritanya cukup menarik kok. Sensasi bacanya memang sudah nggak sama kayak pas pertama kali baca, seremnya ilang. Poin plus-nya adalah world building-nya. Aku yakin orang yang masih baru kali pertama membaca ini, pasti merasakan sensasi mencekam dan bertanya-tanya, "Ini kisah nyata?" Terlebih Mas SimpleMan ini mengangkat mitos serta tempat-tempat yang kemungkinan besar memang ada. Dari segi mistis-mistisnya aku nggak komenin apa-apa, karena sesuatu yang semacam itu memang nggak bisa dinalar oleh akal sehat. Jadi yah, dinikmati aja. Lagian aku bukan orang yang ngerti soal gitu-gituan.

Pesan moralnya menurutku bagus. Kita nggak bisa seenaknya di tempat-tempat yang wingit. Di mana pun itu, ada baiknya kita harus menjaga tingkah laku dan tutur kata kita.

Lalu, kalau menurutku, ini kisah nyata atau fiksi?
Aku bahas di postingan selanjutnya ya....
Silakan klik → "KKN di Desa Penari", Kisah Nyata atau Fiksi?

September 20, 2019

[Book Review] Voice from the Past - Eva Sri Rahayu

Judul: Voice from the Past
Penulis: Eva Sri Rahayu
Genre: Young Adult (15+)
Rilis: 9 September, 2019
Tebal: 280 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020628790, 9786020628826 (Digital)
Harga: IDR. 79.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Inka melamar menjadi Liaison Officer cabang olahraga anggar di Pekan Olahraga Nasional. Tanpa tahu sedikit pun mengenai olahraga tersebut. Ia tertarik karena job-nya sebagai influencer dan lifestyle blogger sedang sepi. Sebagai mahasiswi nanggung yang sedang menunggu wisuda, ia merasa tidak pantas jika masih meminta uang kepada orangtuanya.

Di pagelaran tersebut, Inka bertemu Rey, atlet anggar dari kontingen yang ia tangani. Saat pelan-pelan Rey yang tengil membuka diri, Inka merasa hubungan mereka kian dekat. Namun, justru saat itulah Faris muncul. Cowok yang selalu menghantui pikiran dan hati Inka selama dua tahun belakangan itu tiba-tiba saja menyatakan perasaan yang sebenarnya.

Di tengah kehebohan pertandingan anggar, Inka harus memutuskan siapa yang bisa memenangkan hatinya.

*

Pernah nggak kebayang betapa repot dan ribetnya menjadi panitia PON? Aku sih nggak pernah bayangin, hehe. Hal yang mencuri perhatianku di sini pertama adalah judulnya, lalu yang kedua adalah blurb-nya.

Judulnya memberi aku ekspetasi mengenai seseorang dari masa lalu, awalnya aku berpikir kalau ada kaitannya dengan orang yang sudah meninggal. Tapi meleset, nggak ada yang meninggal kok di sini. Sedangkan waktu baca blurb-nya, iming-iming mengenai atlet anggar seketika mencuri perhatianku. Yep, olahraga yang satu ini rasa-rasanya jarang banget dibicarakan. Jadi aku kepo dong, anggar itu seperti apa sih?

Pada lembar pertama aku sudah disuguhi sosok Inka yang tengah bergalau-galau ria. Inka adalah seorang fresh graduate yang berada dalam zona nanggung. Sudah lulus, tapi belum dapat kerjaan, sedangkan mau minta uang ke orangtua pastinya malu dong! Selain itu bisnis dunia maya, seperti endorsement yang menjadi pundi-pundi penghasilannya juga lagi sepi. Belum lagi perasaannya yang masih kecantol sama cowok di masa lalunya, Faris. Nah, di saat-saat seperti itu sahabatnya, Artyana, menawarkan sebuah pekerjaan menjadi panitia PON. Inka belum pernah menjalani pekerjaan semacam ini, tapi berhubung pemasukan lagi seret, boleh deh.

Di sinilah Inka bertemu dengan seorang atlet anggar tengil bernama Rey. Hubungan mereka cuma terjalin beberapa hari, bisa dikatakan cinlok. Namun beberapa hari yang dilalui bersama Rey itu cukup membuat Inka bimbang, kepada siapa sebenarnya hatinya tertuju. Karena di saat-saat dia dekat dengan Rey, Faris malah menyatakan perasaannya. Ew~

Buku ini ditulis menggunakan POV pertama dari sudut pandang Inka, ada juga beberapa POV tiga yang berfungsi sebagai flashback. Beberapa flashback juga dijelaskan melalui lamunan Inka. Halamannya cukup padat, tapi lumayan seru untuk diikuti, terutama bagian duel anggarnya. Dari sini aku juga jadi tahu gimana repot dan ribetnya menjadi panitia PON.

Aku terganggu dengan kata 'sawriii...' yang sering muncul di percakapan antara Inka dan Artyana. Sekali-dua kali nggak apa-apa sih, tapi berhubung ini keseringan, jadi geli kuping gue! Berasa lenjeh-lenjeh manjyah ala inces.

Oh ya, karakter Inka di sini nggak profesional banget. Terlalu sering terbawa sama perasaan dan pikirannya, sampai sering mengganggu pekerjaannya. Well, ini nyebelin banget buatku. Kisah cinta Inka ini juga bikin aku gemez. Semacam nggak niat, gampang baperan sama cowok baru, dan ada bau-bau jual mahal. Intinya secara pribadi aku kurang suka sama karakter Inka.

Bagi yang mau kenalan sama olahraga anggar, buku ini cukup banyak memberi pengetahuan mengenai cabang olahraga tersebut. Aku suka ceritanya, minus kisah cintanya Inka.

Q u o t e s :

Jadi saranku, kalau besoknya kamu mesti kerja, jangan pernah stalking mantan. Jangan! [Inka] - h. 18
Seandainya aku bisa menjalin hubungan lagi, aku tidak mau membagi hati setengah-setengah. Akan kupastikan dulu, perasaanku bisa bermigrasi total. [Inka] - h. 118
"Aku tahu kok, sedih yang paling sedih itu sampai nggak bisa ngeluarin air mata." [Rey] - h. 225
"Luka karena mencintai seseorang, nggak bisa disembuhkan oleh cinta baru. Luka tetap aja luka, yang cuma bisa sembuh oleh waktu dan perjuangan melawan rasa sakit." [Inka] - h. 267

September 16, 2019

[Book Review] A Sky Full of Stars - Nara Lahmusi

Judul: A Sky Full of Stars
Penulis: Nara Lahmusi
Genre: Teenlit (15+)
Rilis: 9 September, 2019
Tebal: 244 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020632100, 9786020632117 (Digital)
Harga: IDR. 73.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Meski hanya anak seorang cleaning service, Raya Angkasa punya cita-cita setinggi langit: kuliah di Kedokteran UI. Untuk itu, ia harus lihai membagi waktu sebagai guru privat bagi murid-murid tajir di sekolahnya demi menambah uang tabungan. Sejauh ini sih nggak ada masalah.

Namun, masa remaja Raya mendadak rumit ketika harus mengajar kakak-beradik dari keluarga Mahashakti. Dirga Romano Mahashakti, si biang kerok yang menyebalkan dan Dika Romino Mahashakti yang sakit-sakitan membuatnya kelimpungan. Bukan hanya kontrak mengajar yang ketat, ia juga terpaksa terlibat dalam masalah keluarga kedua cowok itu.

Seolah urusan pelajaran sekolah belum cukup membebani, pertaruhan, perasaan, dan cinta terpendam membelit ketiganya dengan benang kusut yang sulit diurai. Sanggupkah Dirga terus mengalah demi adiknya? Tegakah Raya menolak Dika saat harapan dan masa depan cowok itu disandarkan di bahunya?

“Cause you’re a sky, cause you’re a sky full of stars…”

*

Buku ini kovernya cakep bangettttt! Ya, itu adalah salah satu alasanku tertarik sama buku ini. Hehe.

ASFoS menceritakan mengenai Raya yang punya mimpi setinggi langit, tapi sayangnya keadaan ekonomi nggak mendukung. Sementara itu ada Dirga yang tajir, tapi ogah-ogahan untuk sekolah. Mereka benar-benar bertolak belakang. Kedekatan mereka dimulai pada saat Raya menjadi guru les untuk Dika—adik Dirga. Dan serunya lagi, ada cinta segitiga di sini.

Ini pertama kalinya aku baca tulisan Nara Lahmusi, aku belum sempat baca buku pertamanya yang berjudul Things About Him. Kapan tahun itu pernah mau baca, tapi belum kesampaian. Nggak banyak sih yang mau aku ulas tentang buku ini. Yang pasti aku suka gaya nulisnya, gampang dicerna dan nggak butuh waktu lama buat adaptasi.

Sementara dari ceritanya sendiri, jujur aku cukup terhibur. Cuma memang ada beberapa hal yang mengganjal buatku, misalnya nilai-nilai Dirga. Okelah dia belajar sangat keras, tapi menurutku kemungkinan dari siswa yang selalu dapat nilai nol, terus tiba-tiba aja menjadi 100, itu kok kurang realistis ya? Apalagi dalam kasusnya Dirga, dia itu sama sekali nggak pernah memperhatikan pelajaran sejak kelas X. Hal ini agak susah aku terima. Tapi ini menurutku lho, bagi orang lain bisa saja berbeda.

Perjuangan Raya di sinu juga patut diapresiasi. Walau ekonkminya minus, tapi semangatnya nggak pupus. Dia tetep berjuang meraih impiannya.

Di akhir cerita aku sempat berasa nyesek, pas kelulusan ituloh. Hiks.... *puk puk Dirga*

Q u o t e s :

"Kata bapak gue, konon, ketika harapan manusia sudah lenyap, cuma doa yang tetap membuat manusia bertahan." [Raya] - h. 177

September 14, 2019

[Book Review] Vio Don't Mess Up - Shania Kurniawan

Judul: Vio Don't Mess Up
Penulis: Shania Kurniawan
Genre: Teenlit (13+)
Rilis: 29 April, 2019
Tebal: 256 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020627830
Harga: IDR. 77.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Vio sepertinya menyandang gelar siswi paling bermasalah sepanjang sejarah SMA Mayapada. Dia sering bolos, suka cari masalah dengan cowok-cowok bajingan di lingkungan sekolah, dan sudah nunggak gorengan dua semester. Cewek biang kerok yang dihindari oleh teman-temannya karena mereka takut dia bakal menularkan virus berandalannya.

Tapi, saat kakaknya hendak dipanggil, Vio menyerah. Cello nggak boleh sampai tahu tentang kelakuannya! Karena itu, Vio setuju untuk ikut program belajar dengan Jo untuk memperbaiki semua nilainya. Kalau dalam semester kedua ini Vio nggak mendapatkan nilai merah sama sekali, Cello nggak akan dipanggil.

Terpaksa belajar dengan cowok kaku itu, Vio cuma bisa menahan emosi. Bisa nggak ya, sekali ini saja, dia nggak mengacaukan semuanya?

*

Setelah belakangan baca buku yang suram-suram, semalam akhirnya aku mutusin buat baca teenlit, buat refreshing. Hehe. Nggak perlu waktu lama buat menuntaskan buku ini. Ceritanya sederhana, gaya menulisnya ngalir, dan gampang dinikmati. 

Apa jadinya cewek bandel ketemu dengan cowok rajin?
Well, kedengarannya biasa aja ya, tapi Vio yang bandel serta Jo yang ngomongnya pakai bahasa baku bikin cerita ini menarik. Vio punya masa lalu, begitu juga dengan Jo. Masa lalu itulah yang membuat mereka berubah jadi seperti itu.

Seperti kebanyakan, family issue masih jadi latar belakang tingkah 'ajaib' mereka. Hubungan Vio dan Jo berjalan biasa-biasa aja, selayaknya teman dekat. Lagian mereka memang nggak jadian atau semacamnya. Tapi aku yakin ada benih-benih bunga matahari yang tumbuh di hati mereka. Nggak ada adegan-adegan romantis ala-ala FTV remaja kok. Vio dan Jo hanyalah dua remaja yang sama-sama memiliki masalah dalam keluarganya, sebuah masa lalu pahit yang membuat mereka berubah seperti itu. Percaya nggak percaya, apa yang terjadi dalam keluarga itu berpengaruh besar terhadap anak.

Sisi yang aku suka dari buku ini adalah Vio yang berusaha keras untuk memperbaiki nilai-nilainya, meski dia tersiksa banget. Ya iyalah, cewek yang kerjaannya skip kelas buat nongkrong di kantin, bahkan sampai utang gorengan selama enam bulan, harus belajar bersama cowok berkacamata tebal yang ngomongnya baku banget. Awalnya Vio bosan setengah mati, cuma lama-kelamaan dia penasaran dengan Jo.

Konflik yang diangkat sederhana sekali. Cuma karena gaya menulisnya enak banget buat dibaca, semuanya berasa mengalir begitu aja. Aku menikmati banget kisah Vio dan Jo, walau sampai akhir aku masih bertanya-tanya ke mana hubungan Vio dan Jo akan berlabuh. Akan ada sesuatu di antara mereka ataukah Jo hanya menganggap Vio sebagai adiknya? Oh ya, aku juga penasaran banget sama Rio. Tuh anak ngeselin, tapi bikin gemes.


*

Q u o t e s :

Dan memikirkan soal matematika tampaknya lebih nikmat daripada memikirkan kenangan buruk yang semestinya nggak dia ingat. [Jo] - h. 29
"Kamu harus ingat kalau tidak selamanya kamu boleh dikalahkan masa lalu, dan ada saatnya kamu harus melawannya demi masa depanmu." [Jo] - h. 198