July 31, 2019

[Book Review] Romansick - Emilya Kusnaidi

Judul: Romansick
Penulis: Emilya Kusnaidi
Genre: Metropop
Bahasa: Indonesia
Tebal: 280 halaman
Rilis: 5 Februari, 2015
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020312781
Harga: IDR. -
Rate: ★★½



B l u r b :

Her life was almost perfect. Pekerjaan sebagai editor di majalah fashion ternama, rekan kerja yang baik hati meskipun doyan gosip, serta dua sahabat cowok yang selalu ada ketika dibutuhkan. So what a girl could ask for more? Well, please underline the ‘almost’ part.

Audrey ‘Dre’ Kahono jatuh cinta setengah mati dengan Eren,sahabatnya––namun nggak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan hal itu. Sebuah pengakuan mendadak dari Eren membuatnya terseret dalam insiden penuh kesialan yang berujung pada serentetan drama baru; pertemuan tanpa sengaja dengan Austin yang moody setengah mati, insiden di pelataran parkir, dan belum lagi soal liburan ke Bintan yang mendadak namun berakhir mengejutkan!

Austin yang persisten mendekati Dre membuat Dre kesal tapi lama-lama suka. Nah, masalahnya, ketika Dre mulai dekat dengan cowok lain, Eren malah kelihatan uring-uringan. Belum lagi drama antara Dre dan Eren berakhir, Austin malah menambah drama baru dalam hidupnya...

*

Jujur aku perlu waktu sekitar dua mingguan buat kelarin buku ini. Pertama, pikiranku lagi morat-marit. Kedua, aku nggak konek-konek sama feel-nya, baru setelah halaman 200 aku baru ngerasain, itu pun nggak jleb-jleb amat, cuma yah ... pokoknya konek.

Awal baca aku udah nggak ngerasa nyaman dengan gaya nulisnya. Hm, gimana ya, bahasanya gado-gado alias campuran Indo-English. Tulisan seperti ini biasanya aku nemu di bukunya Babang CS, tapi cara meramunya beda jadi bisa tetep enak dibaca. Nah, di sini aku bener-bener nggak ngerasa nyaman bacanya, malah di aku kesannya lebay. Satu kalimat itu susunannya bisa Eng-Indo-Eng. Aduh, beneran bikin selera baca jadi menguap. Mungkin karena ini juga feel-nya nggak konek-konek di aku. Weits, ini subjektif lho, bagi orang lain mungkin aja beda.

Kalo ceritanya sendiri sih buat aku terlalu menye-menye di awalnya. Si Dre galau batin mulu kena friend zone, cemburu, curhat ke Tara. Ya gitu deh. Terlalu repetitif. Maksudku nggak ada apa kek atau gimanalah yang bikin pembaca itu penasaran. Konflik yang B aja seperti ini harusnya diimbangi dengan eksekusi yang menarik. Sorry to say, di sini nggak kayak gitu. Singkatnya buku ini punya alur cerita yang flat banget (buat aku).

Aku nggak begitu suka sama karakter Dre, kesannya dia itu childist. Sama Austin juga B aja. Yang suka sih sama Tara, wkwkwk. Asik aja gitu. Kalo sama Eren, aku sama sekali nggak klik.

Oh iya, di halaman 238, itu ada salah sebut nama: Seharusnya Eren senang bisa berduaan dengan Eren. Maksudnya Dre kali ya? 


Q u o t e s :

"Getting drunk is like borrowing the happiness from tomorrow." [Austin] - h. 166

July 20, 2019

[Book Review] Learn to Love You - Astrid Zeng

Judul: Learn to Love You
Penulis: Astrid Zeng
Genre: Amore (21+)
Bahasa: Indonesia
Tebal: 296 halaman
Rilis: 24 Mei, 2019
ISBN: 9786020631127
Harga: IDR. 79.000 Paperback (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆


B l u r b : 

Siapa wanita yang dikencani Sebastian Su semalam?

Setelah malam kelabu yang samar-samar ia ingat, Bibiana akhirnya menyetujui lamaran Sebastian. Namun, siapa yang menyangka bahwa Bibiana bersedia menikah kilat demi menjaga nama baik keluarga?! Dengan seorang penyanyi internasional pula!

Sementara itu, Sebastian merasa harus bertanggung jawab atas perbuatannya pada Bibiana. Ide untuk menikahi gadis itu mungkin bisa membuat para pencari berita tak lagi antusias akan kehidupan pribadinya.

Sejak menikah, Bibiana mendapati sisi lain Sebastian di balik tameng dingin yang selama ini dia tampilkan di depan umum. Perasaan Bibiana berubah sedikit demi sedikit. Saat menyadari dirinya telah jatuh cinta dengan suaminya sendiri, Bibiana mulai takut jika Sebastian tidak akan pernah bisa menerimanya.

*

Siapa pernah terjebak kakak-adik zone?
Bibiana pernah.
Dia suka sama Raymond, sayangnya Raymond hanya menganggap Bibiana sebagai adik. Hueeee 😭

Buku ini memiliki cerita yang manis, kalo kalian suka baca novel HQ, mungkin buku ini bisa disebut versi lokalnya. Secara garis besar buku ini nggak menyuguhkan cerita yang anti-mainstream, melainkan sebuah kisah sederhana antara Bibiana dan Sebastian yang mampu membuat aku sebagai pembaca tersedot ke dalamnya. Sebagai cewek, siapa sih yang nggak pengin jadi Bibiana? Lahir sebagai keturuan keluarga old money di Indonesia, udah gitu nikah sama penyanyi internasional pula. Buat aku buku ini memberi sensasi 'happy' waktu baca, tahulah kehidupan semacam itu hampir-hampir mustahil ada di kehidupan nyata.

Soal karakter, aku nggak terlalu berkesan karena masing-masing karakternya udah ordinary buat aku, cewek dimanja vs cowok dingin. Ngelihat sikap mereka dari awal, aku udah bisa menduga jalan ceritanya bakal seperti apa. Tapi tetep aja, aku bisa menikmati lembar per lembarnya. Menggunakan sudut pandang orang ketiga, buku ini nyaman buat dibaca. Kalimatnya gampang dicerna dan nggak ribet.

Ngomong-ngomong soal feel, jujur aku baru dapat feel-nya ketika Bibiana dan Sebastian udah nikah terus pindah ke Taipei. Apalagi pas Raymond mulai agak-agak nggak nyaman ketika ngelihat kedekatan Bibiana dan Sebastian. Oh ya, aku juga suka dengan kehidupan keluarga Mr. S yang super duper teratur. Sarapan aja bener-bener on time, berasa don't wanna waste the time.

Hal yang aku sayangkan di sini adalah porsi manis-manisnya Sebastian berasa kurang, sampai ending pun rasanya masih ada kakunya. Terus di halaman 80, ketika Bibiana baru aja tiba di kediaman keluarga Mr. S di Taipei, dia kelihatan speechless banget. Bagiku ini agak janggal aja. Bibiana kan anak orang kaya, harusnya nggak sekaget itu. Lalu aku juga penasaran dengan lagu 'Learn To Love You' yang diciptakan Sebastian itu isinya gimana sih?

Kesimpulannya buku ini menawarkan sebuah kisah yang manis ala-ala novel HQ. Di mana cewek berhati lembut dipertemukan dengan cowok berhati dingin. Berhubung semua tokohnya di sini adalah para orang-orang berduit, so kita nggak bakal menemukan konflik yang berhubungan dengan itu. "Money is no object," kata Sebastian. Ceritanya ringan, manis, dan gampang dinikmati.


Q u o t e s :

"Love is selfish." [Sebastian Su] - h. 96
"Memercayai wanita tidak sama dengan menikahinya." [Sebastian Su] - h.  118
"Deepest love can bring deepest betrayal too." [Simon] - h. 143
"Mungkin tidak susah untuk belajar hidup bersamamu. Tapi, akan sulit jika kamu tidak memiliki hasrat padaku." [Bibiana] - h. 153
"Kehadiranmu membuatku tidak bisa membuat lagu sedih lagi. Jadi, aku putuskan mulai sekarang aku hanya akan menciptakan lagu bahagia. Karena bersamamu, aku selalu bahagia." [Sebastian Su] - h. 202-203

July 07, 2019

[Book Review] Broken Angel - Anna Anderson

Judul: Broken Angel
Penulis: Anna Anderson
Genre: Amore
Bahasa: Indonesia
Tebal: 200 halaman
Rilis: 17 April 2017
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020334509
Harga: IDR. 55.000
Rate: ★☆☆☆☆


B l u r b :

Abigail “Abby” Hendrawan, memiliki hidup yang terlindung. Sebagai putri bungsu pengusaha kaya dengan kedua kakak yang over-protektif, Abby tumbuh menjadi gadis polos yang hanya memiliki kehidupan di rumah dan sekitar kampus.

Sebagai pemilik jaringan hotel ternama, Jonathan “Joe” Hasby dikenal memiliki reputasi buruk. Sepak terjangnya di dunia malam sudah diketahui umum, termasuk pergaulannya dengan gadis-gadis panggilan papan atas.

Sampai suatu kesalahpahaman membuat Abby tersasar di kamar Joe dan disangka salah satu gadis panggilan yang dipesan pria itu. Saat Joe menyadari kesalahannya, kerusakan suda terjadi. Abby sudah menghilang.

Penyesalan membuat Joe berusaha keras melacak keberadaan Abby. Ketika akhirnya Joe bertemu Abby, dia tahu gadis itu takkan mungkin memanfaatkannya. Hingga Joe bertekad untuk meyakinkan Abby bahwa sesuatu yang diawali dengan sesal itu kini berkembang menjadi cinta yang serius untuknya.

*

Buku macam apa ini??? *kembalikan dua jamku yang berharga plisss.... mending dua jam itu aku pakai buat bobok siang atau luluran dah!

Sorry to say, this book is suck—or sick. Sampai-sampai pas baca aku tanya berulang kali dalam hati, "Seriusan ini terbitan mayor?" Soalnya berasa baca wattpad, bedanya tulisannya minim typo.

Awalnya aku penasaran aja karena beberapa teman ngasih penilaian minus buat buku ini, sementara buku ini terbitan mayor yang harusnya oke. Berangkat dari itu akhirnya aku nekat baca, dan beneran, buku ini menurutku belum layak untuk diterbitkan oleh penerbit mayor.

Mengambil genre novel roman dewasa alias amore, aku sama sekali nggak bisa merasakan 'amore' itu sendiri. Mungkin maksud penulis ingin membuat cerita bergenre dark romance, but TOTALLY FAILED! Mulai dari premis, alur cerita, serta konfliknya aye aye banget. Apalagi karakternya, ugh, sorry lagi, bikin eneg maksimal. Penulisannya kurang smooth, perpindahan POV-nya juga. Terus endingnya bikin pengin tepok jidat abang bakso. Haduh, sumpah aku bingung mau komentar apa, banyak hal-hal konyol di luar nalar yang bikin aku muterin mata sampe berasa juling. Kurang lebih seperti inilah:

1. Gaya hidup yang terkesan dipaksakan [- h. 11]
Ceritanya pagi-pagi Joe udah dibikin bad mood sama papanya. Berhubung pusing tujuh keliling dan nggak ada puyer bintang tujuh, dia nenggak minuman keras😅 Hadeh, Bang, ini Endonesah yang pagi-pagi aja udah gerah. Pikiran butek bukannya ngadem malah minum miras. Nggak puas dengan itu, dia menghubungi Madam yang biasa menyediakan ciwik-ciwik buat nananina. Yaoloh, Bang, lo katanya pengusaha yang udah punya beberapa usaha lo sendiri (di luar punya bokap lo), tapi sumpah, itu kepala kok isinya cuma miras sama swadikap-skidi-pap-pap doang ya? Lo itu pengusaha ato preman terminal sih?

2. Adegan salah kamar yang uwauuuuw banget [- h. 14]
*garuk-garuk kepala*
Abby dan Joe ini entah sepasang manusia dari planet mana. Di awal kakaknya Abby memang ngasih nomor kamar suite-nya nggak pasti, 732 atau 731 gitu katanya. Tapi ayolah, masak nggak nanya dulu di resepsionis sih? Atau dia punya iPun, kan? Telepon kakaknya dulu kek. Terus si Joe juga, tahu ada ciwik polos disamber aja. Iya sih pas itu dia lagi nunggu ciwik dari Madam, tapi apa segitu sangek-nya sampai ciwik nyasar pun diembat? Kelakuannya bar-bar beneran ini orang.

3. Joe menyuruh Pak Nyoman melukis Abby [- h. 72]
Aku nggak tahu Joe itu pikirannya buntu atau pekok sih benernya? Tujuannya dia ngelukis wajah Abby yang sedang sedih apa coba? Nggak tahu dah, jyjyk banget bayangin Joe ngelihatin lukisan Abby sambil bilang, "Gadisku. Milikku!" Ya kalo ngerasa salah buruan minta maaf kek, kan udah ketahuan identitasnya Abby, bukan malah kek gini. Secara Joe loh yang merkosa Abby, terus dia ngenes-ngenes sendiri. Fakk banget woy! Makanya, Bang Joe, jangan kebanyakan nenggak miras, otaknya jadi oleng kan?!

4. Kejadian salah masuk kamar yang menjadi awal petaka buat Abby itu seriously aneh. Gimana nggak, katanya keluarga Hendrawan sering menyewa suite itu untuk bersenang-senang, so Abby termasuk di dalamnya, kan? Lha terus kenapa kalo udah sering, Abby masih aja salah kamar?

5. Di halaman 75 dikatakan kalau Abby akan wisuda bulan depan, tapi di halaman 88, yang notabene setahun kemudian, dikatakan bahwa Papa, Mama, Mas Ferdi, dan Dani akan datang pada akhir pekan untuk menghadiri wisudanya. Ini kuliahnya molor atau gimana ya? 

6. Kutipan: Anak perempuan adalah cinta pertama ayah [- h. 93]
Ini nggak kebalik ta? Setahuku di mana-mana ayahlah yang jadi cinta pertama anak perempuannya. Lagian, kalo anak perempuan itu cinta pertama ayahnya, ibunya cinta keberapa dong? Ibunya kan udah ada duluan sebelum anak. Duh, pusing palak berbi kalo dibolak-balik gini.

7. Sumpah jyjyk banget sama Joe yang mandang-mandangin lukisannya Abby sambil merana, bilang kalo kamu milikku, sayang, sebentar lagi kamu akan menemukanmu, atau apalah kalimat benyek lainnya. Ya kalo niat dicari, buruan aja. Bukannya malah merana, mengharu biru karepe dewe. Gaje sumpah! Padahal dia kan sifatnya arogan, masak iya gampang banget berubah benyek gini? Lagi pula dari petunjuk-petunjuk yang udah ada, bukannya gampang dicarinya? Beneran nggak tahu aku cara pikir Joe itu gimana. Bolehlah dia nggak tjerdas, tapi kan dia punya duitttt. Harusnya gampang kalo mau cari Abby, toh petunjuknya udah ada.

KESIMPULANNYA: buku ini cocok dibaca buat orang-orang masokis atau orang kurang kerjaan. Aku sama sekali nggak berniat jelek-jelekin sebuah karya, tapi semua ini adalah penilaianku terhadap sebuah karya. Aku pasti bakalan bilang bagus kalo emang bagus, kalo jelek aku juga pasti bilang jelek. Semoga ini menjadi pembelajaran buat karya-karya selanjutnya 🥰

July 04, 2019

[Book Review] Represi - Fakhrisina Amalia

Judul: Represi
Penulis: Fakhrisina Amalia
Genre: Young Adult (15+)
Bahasa: Indonesia
Tebal: 264 halaman
Rilis: 24 September 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020611945, 9786020611952 (Digital)
Harga: IDR. 68.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja.

Meski tidak terlalu dekat dengan ayahnya, gadis itu punya seorang ibu dan para sahabat yang setia. Sejak SMA, para sahabatnya yang mendampingi Anna, memahami gadis itu melebihi dirinya sendiri.

Namun, keadaan berubah ketika Anna mulai menjauh dari para sahabatnya. Bukan hanya itu, hubungan Anna dengan ibunya pun memburuk. Anna semakin hari menjadi sosok yang semakin asing. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Anna, hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang ternyata penuh luka.

*

Sekali seumur hidup, pernahkah kalian ngerasa pengin mati? AKU PERNAH!

Ini aku harus tersentuh atau malah misuh-misuh ya enaknya? Hehe.... Yah, karena waktu baca buku ini pikirannku kayak split in two.

Ada dua sudut pandang yang langsung timbul ketika membaca buku ini. Pertama, sudut pandang sebagai Anna yang memang ngerasa hidupnya lebih baik berakhir. Kedua, sudut pandang sebagai orang lain yang menganggap tindakan Anna ini bodoh dan impulsif. Terus terang buku ini memberikan sensasi tersendiri waktu dibaca, auranya pekat dan kelam. Bener-bener berasa dark banget pokoknya.

Sesuai judulnya, Represi di sini lebih condong ke arah tertekan/terkekang. Anna yang memiliki luka ketika masih kecil, serta kedua orangtua yang terkesan 'mendikte' membuatnya merasa terkekang karena tidak diizinkan untuk membuat pilihan sendiri. Sampai di satu titik, ketika dia hendak masuk kuliah, dia bersikeras mempertahankan pilihannya untuk masuk jurusan DKV. Tapi sebenarnya di sisi lain Anna memiliki sahabat-sahabat yang sayang banget sama dia, bahkan ketika Anna berada di titik terendah pun, sahabat-sahabatnya nggak pernah meninggalkannya. I'm so impressed with them—Hani, Nika, Ouji, dan Saka.

Sky adalah alasan kenapa Anna ingin bunuh diri. Jujur keberadaan Sky bikin emosi jiwa waktu baca. Sky kesannya sok ngatur banget, ngelarang Anna buat ngelakuin ini dan itu, termasuk ngejauhin sahabat-sahabatnya—bahkan mimpinya. Fakk bangetlah cowok model gini. Awalnya bilang cinta, sayang, mau menerima apa adanya. Terus ujung-ujungnya dengan gampang menjadikan luka di masa lalu Anna sebagai senjata untuk putus sama Anna. Fakk banget kan ya?!!! Tapi kalo berada di posisi Anna, bisa jadi nggak segampang itu ngatain Sky ini brengsek. Sebab bagi Anna, Sky itu ngasih semua perhatian dan kasih sayang yang nggak pernah Anna dapat dari ayahnya. Fyi, ayahnya Anna ini jarang di rumah, kerja mulu ke luar kota—atau ke luar planet sekalian sana. Sikapnya sama Anna bisa dibilang dingin, sementara Anna sebagai anak cewek pastilah pengin dipeluk, dipuji, dll. Nah, ayahnya ini menuntut Anna buat jadi anak yang kuat, nggak cengeng, dll. Anna udah ngelakuin itu dan tanggapan ayahnya 'anyep'. Makanya, waktu ketemu Sky, Anna langsung jadi bucinnya. Bodoh sih, karena menurutku harusnya pikiran Anna nggak secetek itu. Tapi lagi-lagi, kalo posisi kita sebagai Anna, apa iya kita bisa memilih hal yang sebaliknya? Aku rasa sulit.

Selain itu dalam buku ini kita juga diajak untuk memahami Anna. Apa yang dia alami dan seperti apa pola pikirnya. Aku nggak bilang jadi Anna itu mudah, sulit loh, serius! Ada satu ketika aku terenyuh banget dengan Anna, namun ada juga saat-saat aku ngerasa kalo Anna itu berpikiran pendek. Harusnya dengan adanya sahabat-sahabat yang mengelilinginya, Anna nggak dengan mudah menjadikan kurangnya perhatian sang ayah sebagai alasan dia takut kehilangan Sky—yang sampai-sampai mau melakukan apa pun yang Sky minta. Soal luka di masa lalu Anna, well, itu nggak bisa di apa-apain.

Yang bikin aku salut adalah usaha keras Anna untuk berhadapan dengan semua luka-lukanya. Bagi seseorang yang terbiasa menyimpan semua luka seorang diri, mengekspresikannya akan menjadi sesuatu yang sangat sukar. Butuh dorongan yang kuat, nggak lupa juga dukungan.

Ditulis dengan sudut pandang orang ketiga, buku ini enak dibaca, meski ada TAPI-nya.... Jadi gini, aku ngerasa kalimat yang dipakai boros alias mubazir. Berasa lelet banget gitu pas bacanya, ehm, gimana ya, berasa agak mbulet gitu. Mungkin maksud penulisnya adalah agar pembaca mendapatkan feel yang dramatis, but sorry to say, di aku malah terkesan boros. Untuk kovernya sendiri cukup menarik ya, dan setelah aku baca, kovernya memang Anna banget.

Kesimpulannya buku ini cocok dibaca kalo pas hati dan pikiran sedang lapang. Ceritanya sendiri sebenernya nggak berat kok, yang bikin terasa berat adalah eksekusinya, karena kita bener-bener diajak untuk menyelami diri Anna secara psikologis—di sini melibatkan psikolog bernama Nabila yang perannya sangat besar bagi Anna untuk menghadapi ketakutan serta dorongan kuat untuk bunuh diri. Kalo baca buku ini pelan-pelan aja, nggak usah keburu-buru. Nikmati, ikuti alur emosinya. Ada saatnya kita dibikin terenyuh, ada juga saatnya kita misuh-misuh. Oh ya, jangan ngarep ada sesuatu yang kocak dari buku ini. Nggak ada! Yang ada seriusan bikin kamu ikutan depresi. Haha!

P. S. Sorry kalo lancang, di blurb tulisannya 'Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja'. Phewww, baik dari mana btw? Bukannya dari kecil dia udah nggak baik-baik aja? Kurang kasih sayang ayah, terus ada peristiwa itu.... Apanya yang baik-baik ajaaa?

*


Q u o t e s :

"Kita semua nggak tahu rasanya jatuh cinta dan sakit sebelum mengalaminya sendiri, Anna." [Nabila] - h. 77
"Dan untuk bisa menerima, pada awalnya kamu harus bercerita. Bercerita membuat kamu mengakui bahwa itu terjadi." [Nabila] - h. 80
"Hubungan dua orang nggak cuma tentang menyenangkan hati orang lain tanpa memedulikan diri sendiri." [Saka] - h. 133
"Semua orang membuat kesalahan, dan hampir semua orang pernah membuat kesalahan besar. Kewajiban kita adalah meminta maaf." [Nabila] - h. 147
"Kekuatan terbesar sering kali datang ketika kita sudah memaafkan dan menerima diri kita sendiri." [Nabila] - h. 200
"Kecemasan adalah sesuatu yang membuat dirimu bekerja keras dan menderita dua kali lipat." [Nabila] - h. 203