June 27, 2018

[Book Review] Petjah - Oda Sekar Ayu [Extended Version]

[re-share from Goodreads: Sandra Bianca]

Judul: Petjah
Penulis: Oda Sekar Ayu
Halaman: 336 halaman
Genre: Teenlit
Tahun: 2017
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020295954
Rate: ★★★★☆


"Cita-cita itu sesuatu hal yang abstrak. Dia itu bentuk paling nggak jelas dari sebuah kata benda yang manusia buat. Sebaliknya, tujuan hidup itu justru sesuatu yang real." - Dimas Baron [- h. 295]

Sebenernya aku lagi males ngetik panjang-panjang untuk bikin review. Tapi karena ada temen yang kepo banget soal buku ini, aku disuruh nulis full reviewnya.

First of all aku suka sama buku ini. Bukan semena-mena suka dari awal ya, di awal-awal butuh usaha keras untuk beradaptasi dengan penggunaan bahasa dan istilah-istilahnya yang bagiku asing, seperti: tubir, tubang, agit, aud, utas, dst. Baru setelah masuk ke problem Dimas-Nadhi-Biru, aku baru nggak bisa geletakin buku ini.

S t o r y l i n e :
Nadhira jatuh cinta pada sosok Dimas yang selama ini membencinya. Sampai suatu hari Dimas yang biasanya hanya menatapnya penuh kebencian tiba-tiba berubah perhatian. Mereka menjadi dekat, otomatis Nadhi berbunga-bunga, namun di saat yang bersamaan sosok Biru masuk dalam kehidupannya. Sosok Biru yang rupanya memiliki luka yang sama dengannya.

Kami berjalan santai dari parkiran ke gerbang sekolah. Bisu dan dingin banget, nggak bohong, tapi rasanya seperti meledak-ledak, kayak banyak kembang api mengiringi langkah kami berdua. - h. 27

Dari tadi kami berdua membisu. Sekarang ketika ingin bicara, ternyata kami malah jadi bicara bersamaan. Kenapa takdir kecil semacam ini aja bisa jadi lucu sekali. Duh. - h. 27

K a r a k t e r :
Nadhira Amira: Cewek galau.
Dimas Baron: Cowok dengan idealisme tinggi.
Ambrosius Biru: Cowok dengan puisinya yang menyentuh.

Scene yang bikin tepok jidat:
1. Diskriminasi angkatan [- h. 6]
Jadi di sini diceritakan anak kelas sepuluh alias utas itu harus tunduk sama kakak kelasnya kayak waktu MOS gitu.  Rambut di kuncir kuda dengan karet gelang, sepatu nggak boleh pakai yang lain selain sepatu putih bernama px-style, jalannya juga harus menunduk. Iya sih mereka dapat perlakuan seperti ini cuma setahun, tapi menurutku enggak banget deh. Kalau ada sekolahan model gini, sekalipun sekolah top, aku ogah masuk. Serius!

2. Nadhi dongkrak mobil sendiri untuk ganti ban [- h. 25]
Waktu baca scene ini aku langsung teriak: "Seriously?!" Ini benearan Nadhi dongkrak mobil sendirian? Cowok aja masih butuh tenaga ekstra lho, terlebih kalau nggak biasa dongkrak-mendongkrak. Apalagi di sini Nadhi didefinisikan sebagai cewek yang berbadan kecil. Hm.

3. Soal ngebul di dekat kantin [- h. 42-43]
Pertanyaanku: Ngebul di dalam area sekolah semudah itukah? Meski nggak ada guru piket apakah seenak jidat bisa ngebul di dekat kantin? Penjaga kantinnya diem aja gitu? Pengalamanku sih, waktu SMA dulu ada yang suka nyolong-nyolong ngebul di dalam area sekolah, biasanya yang dipilih itu pojokan deket gudang atau tempat tersembunyi lainnya. Dan ketika bau rokoknya nyebar, langsung diadain razia. Sekolahku dulu bukan sekolah top sih, biasa aja. Tapi beneran bau rokok itu tajem dan nggak bisa ngelak. Apalagi ini sekolahnya Nadhi bukan sekolah ecek-ecek. So?

4. Masih soal kantin [- h. 43]
Entah kok aku ngerasa kalau sekolah ini penuh diskriminasi, contohnya kantin yang dipisah menjadi tiga bagian. Bagian paling kecil adalah kantin kelas sepuluh, isi lapak makannya sedikit dan harganya mahal-mahal. What???😨 Terus kantin yang lebih besar itu kantinnya anak-anak kelas sebelas, isi lapaknya lumayan, harga makanannya juga masih wajar dibanding kantin kelas sepuluh. Dan kantin yang paling besar dengan makanan yang banyak variasinya adalah kantin kelas dua belas. Fix, aku muter-muterin mata di part ini.

P O V
Buku ini ditulis dengan pov campur. Ada pov 3 ada pov 1. So far oke, aku nggak terganggu karena perpindahannya bagus. Terus juga nggak ngasal pindah-pindah sesuka hati. Smooth lah.


Menurutku, buku ini gimana?
[Spoiler]
Aku suka dan terenyuh abis sama cerita dan diksinya, walau jujur masih agak berantakan sih. Bisa dibilang ini cerita teenlit yang cukup stabby. Dari awal aku udah jatuh cinta sama Dimas. Memang sih dia ngeselin abis, tapi semua idealismenya bikin aku kagum. Jujur, aku suka sama orang pintar, haha.... Oh ya, aku juga sempat stuck baca buku ini. Pertama gara-gara bahasa di awal buku susah buat aku cerna, kedua karena aku takut sama endingnya. Berhubung aku dari awal tim Dimas, sejak Nadhi mulai beralih perhatian ke Biru, aku jadi 'takut' menghadapi endingnya. Sumpah demi krabby paty, aku nggak siap kalau Nadhi end up sama Biru.

Nadhi memang sempat pacaran dengan Dimas, lalu putus. Scene terakhir memang dibikin seolah olah Nadhi end up sama Biru, inget scene pas di bandara itu, kan? Tapi ternyata punyaku ini Petjah yang versi extended, jadi masih ada kisah Dimas-Nadhi-Biru setelah mereka lulus. Nadhi memang pacaran dengan Biru waktu di Belanda, but they were not end up together. Yey! Bisa banyangin dong sorak-soraknya aku kek apa?! Memang endingnya bukan seperti yang aku pengin, tapi seenggaknya nggak mengecewakan. Masih ada kesempatan buat Dimas untuk ngedeketin Nadhi lagi. Soal Biru? Dia sudah punya kehidupan sendiri.

Ada hal-hal yang tidak perlu tersampaikan panjang lebar. Ini adalah salah satunya. Perasaan mereka. - h. 308
Karakter favorit?
Of course Dimas!
[Spoiler]
Biru memang ngebuat aku mengharu-biru dengan puisi-puisinya, tapi menurutku terlalu banyak drama jadi terkesan lebay. Sementara Dimas dengan idealisme dan perasaan tulusnya itu bikin aku nggak bisa berpaling. Di sini, dia itu paling 'kasihan'. Dia selalu perhatian ke Nadhi yang malah lebih perhatian ke Biru. Konyol-konyol gitu Dimas sebetulnya punya masalah pribadi yang nggak sepele. Dibandingkan dengan sang kakak dan dituntut untuk perfect, siapa yang nggak stress coba? Tapi sebisa mungkin Dimas nggak membaginya dengan Nadhi karena nggak mau bikin Nadhi semakin terbeban. Dia selalu mengerti Nadhi tanpa pernah Nadhi mengerti dia. Hiks....

June 17, 2018

[Book Review] Arka Candra - Sathya Nandini

Judul: Arka Candra
Penulis: Sathya Nandini
Halaman: 374 halaman
Genre: Teenlit (15+)
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun: 2018
ISBN: 9786020453477
Rate: ★★★★★


"Rokok bisa jadi pintu untuk mengarahkan orang mencoba sesuatu yang lebih." - h. 362

B l u r b :

Dari pandangan pertama, aku langsung membencinya.

Ah ya, omong-omong mungkin kalian tah ata bahkan tidak tahu sama sekali. Tapi nama 'Arka' sendiri artinya 'matahari'. Sedangkan 'Candra' memiliki makna 'bulan'. Bukan berarti dia tambah aku sama dengan jodoh. Karena matahari dan bulan tidak akan pernah bisa bersatu.

Pertemuanku dengan Si Matahari tidak akan pernah berakhir tenang, kurasa. Sejak awal, aku dan dia sama-sama terjerat benang merah yang tak kunjung terurai. Semakin aku akrab dengannya, malah semakin banyak masalah yang muncul.

S t o r y l i n e :

Mulanya Candra sangat membenci Arka, namun sebuah artikel mengenai hilangnya sekelompok pasien rehabilitasi yang bersamaan dengan hilangnya mahasiswa berinisial RW membuat hubungan mereka mau-tak-mau menjadi dekat. Mahasiswa berinisial RW itu adalah kakak Candra, Rakasa Waruna yang digadang-gadang menjadi saksi sebuah transaksi narkoba kelas piranha. Sementara salah satu pasien rehabilitasi yang hilang itu, dicurigai salah satunya adalah kakak Arka, Wildan Adiguna.

Singkat cerita kemudian anak-anak ini terlibat dalam kelompok rahasia hasil kerja sama Bayu (ayah Candra), Danu (ayah Arka), dan Wadika (ayah Adika).

Wildan mengincar Candra, sementara Candra yang berusaha dilindungi mati-matian oleh teman-temannya malah bersikap sok pahlawan. Nggak nyalahin sih, karena pada dasarnya Candra ini pemberani banget, Arka mah nggak ada apa-apanya. Wonder Woman-nya Lawang aku nyebutnya, haha.

Eits, tapi Wildan ini bukan dalang dibalik semua ini, lho! Ada seseorang, dari masa lalu alias masih berkaitan dengan orangtua anak-anak ini yang sampai sekarang masih bebas berkeliaran. Wildan itu cuma salah satu bonekanya.

Lalu Safira, cewek yang mulanya hanya dikira sebagai cewek 'biasa' yang naksir berat sama Arka ini mulai menunjukkan keterlibatannya dalam kasus yang dialami Candra, dkk. Bukan sebagai kawan, melainkan lawan. Dari sinilah Arka menyadari, kenapa Safira sering berujar bila kedekatan Arka dengan Candra hanya akan membahayakan Candra.

Sementara itu Wildan yang sudah gelap mata oleh dendam kesumat, mendatangi asrama tempat anak-anak terpilih Bayu tinggal. Tujuannya siapa lagi kalau bukan Candra? Candra ini bandel sih, Mas Beha udah berusaha larang untuk nggak ikutan, masih belum pulih juga. Dendam Wildan sebetulnya itu ke Raka, tapi karena Candra ini adiknya Raka, jadilah cewek cablak ini pelampiasan. Tahu kan, Raka ini sayang banget sama adiknya, nggak pengin Candra kenapa-kenapa. Tapi yah ... Candra gitu loh! Sikap sok pahlawannya muncul di mana saja dan kapan saja, nggak peduli dia sedang berhadapan dengan siapa. Oh ya, rupanya ada cerita menarik loh, yang tersemat di antara hubungan Raka, Wildan, dan Ambika (pacar Raka sekaligus sahabat Wildan).

Arka yang bertugas menyusup ke sarang lawan akhirnya mengetahui siapa dalang yang selama ini mengendalikan kakaknya. Dan ternyata, orang itu lebih dari sekadar dalang narkoba, tapi juga orang yang berdiri di balik sebuah kejahatan besar nan keji yang kasusnya telah ditutup oleh polisi. Arka yang nggak bisa gelut terpaksa bertahan semampunya. Bocoran: Candra mencemaskan Arka loh😂

Sahabat si Mak Lampir Candra alias Ratna ini juga turut berperan besar berkat indra penciuman dan pendengarannya yang tajam. Selama terlibat dalam kasus, Ratna paling sering bersama Adika. Ehem ehem....

Terus hubungan Candra sama Arka gimana? Hm, gimana, ya? Mereka itu ... sweet dengan caranya sendiri. Mas Beha juga kayaknya ada sesuatu ke Candra, tapi ah sudahlah, Mas Beha mau fokus sama pendidikan dulu katanya, doi kan mau kuliah. Haha XD

Intinya: dalam keadaan normal maupun tidak, aku ditambah Candra sama dengan bencana. - h. 226

K a r a k t e r :

Candra Agni: Siapa sih yang nggak kenal Candra Agni? Cewek pentolan 10 IPS 2 ini nggak ada 'cewek-ceweknya' sama sekali. Cara dia ngomong dan bersikap cenderung kasar. Cablak banget pokoknya. Meski begitu Candra sebenarnya baik kok, setia kawan, dan bukan siswa yang bodoh. Cewek ini juga penggemar berat anime.

Arka Dhanajaya: Nah, ini dia si Matahari idola cewek-cewek di sekolah, pentolan kelas 10 IPA. Terkenal playboy—ini yang jadi alasan Candra benci pake banget sama Arka. Arka diam-diam suka merhatiin Candra karena di matanya cewek itu sangat berbeda dibandingkan cewek-cewek lainnya, sekaligus penasaran kenapa Candra sangat membencinya.

Ratna Anatari: Sahabat Candra. Hobi nonton drakor. Ratna ini punya kemampuan nguping di atas rata-rata.

Samudra Adika: Kakak kelas sekaligus sahabat Candra sejak kecil.

Amarasafira Nur: Cewek ini naksir berat sama Arka sekaligus jadi cewek lebay yang suka jelek-jelekin Candra. Sukanya ngegosip di toilet.

Braja Bramasena: Mantan ketua OSIS yang musuhan sama Candra. Mendapat julukan 'Mas Beha' dari Candra karena namanya yang serba berawalan 'Bra'. Mulanya Beha eh Braja keki setengah mati, tapi lama-lama dia dekat sama Candra.


↠↠↠↠↠


Wuah, jujur aku nggak nyangka kalau buku ini bakal sebagus ini. Karena genre-nya teenlit, aku nggak mau berekspetasi yang muluk-muluk. Tapi rupanya aku malah suka banget sama buku ini.

Secara garis besar buku ini menceritakan tentang sekelompok anak-anak SMA yang sengaja dilibatkan dalam kelompok rahasia bentukan orangtua mereka untuk menangkap dalang di balik kasus-kasus yang sudah ditutup oleh polisi.

Ceritanya Candra ini benci setengah mampus sama Arka. Candra, si Mak Lampir pentolan 10 IPS 2 yang dikenal sebagai cewek paling badung di sekolah, sangat kontras dengan Arka yang pintar, tampan, dan merupakan penghuni kelas 10 IPA. Yang ngebuat Candra benci itu karena Arka seorang playboy yang suka tebar pesona. Namun mereka mau-tak-mau harus dekat karena sebuah kasus yang sama-sama menyeret kakak mereka.

Nah, sebetulnya alur kasusnya sendiri sudah sangat familier buat aku, karena mirip-mirip dengan yang biasa aku baca di komik Detective Conan atau serial detektif lainnya. Yang ngebuat aku ngasih apresiasi lebih adalah si penulis ini sendiri. Mengingat belakangan ini banyak penulis belia yang usianya masih belasan menulis cerita dewasa, aku seneng banget ternyata masih ada penulis belia yang menulis sesuai dengan usianya. So, bagiku ini perlu banget dapat apresiasi.



Balik ke bukunya. Porsi yang disuguhkan di sini bagiku pas. Jadi walau fokus ceritanya ala detektif-detektifan, keseharian para remaja yang masih duduk di bangku SMA ini tak lantas ditinggalkan. Banyak scene yang bikin tegang dan penasaran, tapi semua itu diimbangi dengan para karakternya yang gokil abis. Di awal-awal aja aku udah dibikin ngakak sama tingkahnya Candra ini. Lalu ada bagian yang membahas soal perbandingan antara kelas IPA dan IPS. Aku suka banget. Karena apa? Yang dijabarkan penulis itu benar adanya. Kenapa sih kok IPA selalu dipandang lebih tinggi daripada IPS? Yah, aku dulu penghuni kelas IPA dan merasakan banget bagaimana seisi sekolah mendewakan kelas itu. Padahal IPA atau IPS bukan soal pintar nggak pintar, tapi soal pilihan dan juga keahlian. So, stop bilang IPA lebih baik daripada IPS. Oke?

Setting lokasi berada di Lawang, Kab. Malang. Nggak usah diragukan kerasa banget Malangnya. Dari suasana hingga bahasa yang digunakan. Aku tahu soalnya pernah tinggal di Malang juga, hehe....

Karakter-karakternya kuat meski rata-rata gokil.

Oh ya, scene video boneka gajah buatan bokapnya Candra itu menurutku nggak perlu. Dihilangkan juga nggak ngaruh kayaknya. Aku masih nemu typo dalam level yang masih termaafkan.

June 16, 2018

[Book Review] Light in a Maze - Citra Novy

[re-share from Goodreads: Sandra Bianca]

Judul: Light in a Maze
Penulis: Citra Novy
Halaman: 246 halaman
Genre: Romance Dewasa (17+) tapi di depan label Young Adult
Tahun: Februari 2018
Penerbit: Grasindo
ISBN: 97860245280889
Rate: ★★★☆☆


"Mungkin, terkadang kita harus egois agar bisa bahagia." - h. 131

First of all, aku mau bilang kalau sebetulnya aku suka sama ceritanya. Tapi beberapa scene yang nggak masuk akal bikin buku ini jadi 'cacat'. Oke, mumpung aku lagi rajin ngetik, aku bakalan bahas satu per satu.

S t o r y l i n e :
Sanya Pratham, seorang wanita yang [menurutku] enggak banget. Hobinya cuma ngabisin duit bokapnya. Sampai suatu hari bokapnya meninggal dan Sanya bingung apa yang kelak akan dia lakukan dengan hidupnya. Secara, duit, dll, masih nodong bokapnya. Fyi: Sanya ini nggak mau kerja, pokoknya nodong, nodong, dan nodong.

Wasiat yang ditinggalkan bokap Sanya menyatakan kalau Sanya harus menikah dengan Alden Abhigyan, selaku tangan kanan bokap Sanya, untuk mendapat hak warisannya. Oh ya, pernikahan ini berlaku enam bulan ya, setelah enam bulan baru Sanya boleh menggugat cerai Alden. Sanya mulanya ogah lah, dia benci setengah mampus sama Alden karena Alden itu tersangka utama pembunuh ayahnya, namun dinyatakan tak bersalah. Selain itu, sebelumnya Sanya juga pada dasarnya udah nggak suka sama Alden. Tapi karena nggak punya pilihan, Sanya akhirnya setuju untuk menikah dengan Alden.

Sehari setelah pernikahannya, Sanya mengalami kecelakaan yang membuatnya menderita retrograde amnesia, yaitu melemahnya kemampuan untuk mengingat kejadian atau informasi yang sudah lalu. Jadi bukan sama sekali nggak ingat macem ToMingSe ya, orang yang menderita retrograde amnesia ini [biasanya] masih bisa mengingat namanya, dia juga masih bisa merasakan kalau ada yang luput/hilang dari ingatannya, cuma dia nggak mampu mengingat sesuatu yang hilang itu.

Nah, mulai dari sini cerita Sanya dan Alden dimulai. Alden yang statusnya sebagai suami Sanya memboyong Sanya untuk tinggal bersamanya, di apartemennya. Sanya yang nggak ingat soal pernikahan itu oke-oke aja, bahkan dia berusaha keras untuk menjadi seorang istri yang baik bagi Alden yang super duper cuek.

Cinta tumbuh karena terbiasa. Alden yang mulanya ogah-ogahan, hatinya mulai terjerat oleh sikap Sanya. Sanya yang sekarang, sangat kontras dengan Sanya yang dulu. Tak dapat dipungkiri Alden pun merasa bahagia, namun juga takut. Takut jika suatu hari nanti ingatan Sanya kembali, kebahagiaannya akan turut berakhir.

Dan memang itu yang terjadi. Saat Sanya mengingat segalanya, Sanya memutuskan untuk meninggalkan Alden. Bukan karena Sanya tidak mencintai Alden, namun Sanya masih menganggap bila Alden adalah orang yang ngebunuh bokapnya. Sementara Alden nggak bisa mencegah Sanya pergi karena Alden tidak memiliki alasan untuk menahan Sanya. Jadi intinya mereka saling cinta, tapi harus berpisah. Hiks.... :(

inikah akhir kisah mereka?
Enggak kok.... Sanya akhirnya kembali pada Alden setelah mengetahui jika memang bukan Alden yang ngebunuh bokapnya.

Scene yang bikin aku tepok jidat berkali-kali:
1. Sanya kabur waktu pesta pernikahannya.
Ini seriusan bisa kabur seenak udel?
Logikanya ~> Pesta pernikahan Sanya dan Alden itu mewah banget, yang datang berjibun, dan dalam bayanganku gaunnya mewah dong. Nah, apa iya dengan penampilan seperti itu Sanya bisa kabur, menyelinap di antara para tamu dengan mudah? Masak nggak ada yang nyegat gitu? Pengantin itu pusat perhatian lho, apalagi ini pengantin wanita.

2. Alden yang mengambil alih ruangan CCTV seenak udel.
Memang bisa? Andaikan dia itu bosnya sekalipun, nggak bisa gitu. Emang ruangannya nggak ada petugasnya?

3. Adegan gendong-gendongan Sanya dan bokapnya.
Ini bukannya nggak mungkin. CUMA, Sanya waktu itu udah SMA, dan meski diceritakan tubuh Sanya kecil, bukan berarti bisa digendong-gendong ala anak TK dong, mana habis gitu didudukin di tepian tempat tidur. Bisa bayangin gak ada bapak-bapak gendong anaknya yang udah SMA yang baru aja pulang les terus didudukin di tepian tempat tidur? Mana di sini [narasinya] Sanya disebut gadis kecil. Demi clarinet Squidward, Sanya udah SMA lho, masih disebut gadis kecil.

4. Ketika Sanya kecelakaan.
Di sini diceritakan kalau mobil yang Sanya kendarai memanjat pembatas jalan dan sempat terguling sekali, namun Sanya tidak kenapa-kenapa. Sanya nggak menderita patah tulang atau minimal dislokasi tulang atau keseleo, cuma kepalanya aja yang terbentur keras sampe mengakibatkan Sanya amnesia. Hmmm.... Is that possible? Maybe, if she is a Wonder Woman!
Soal ini aku sampai tanya ke beberapa orang lho. "Eh, mungkin gak kalau blaaaa.... blaaaa..." dan mereka semua jawabnya "Enggak mungkin lah, apalagi sampai terguling." Lagian badan cewek itu lebih gampang 'tergoncang' daripada cowok, badan cewek nggak sekuat cowok.

5. Ketika Sanya sadar dari komanya.
Sanya koma selama kurang lebih tiga minggu. Oke, bisa diterima. Tapi di hari yang sama setelah sadar, dia bisa langsung duduk? Ew *rolling eyes* Demi ubur-ubur, Sanya ini cuma berbaring di posisi yang sama selama tiga minggu, lho! Badan perlu menyesuaikan diri setelah sadar. Biasanya si pasien bakal disuruh kedip-kedip, gerakin jari dulu, ngangkat tangan, ngangguk, pokoknya gerakan yang ringan. Apalagi ini sama dokternya langsung ditanyain dan Sanya bisa jawab. Demi celana dalam Neptunus, tenggorokan nggak dipake selama tiga minggu itu kakunya kek apa coba? [Ini aku udah konfirm ke beberapa teman yang berprofesi sebagai dokter dan perawat ya] Mana habis gitu langsung boleh pulang pula. What the naniiii?

L a b e l :
Halo, ini sudah kesekian kalinya aku baca buku dari penerbit ini dengan label YA dan isinya adult. Hm, apalagi dalam buku ini dan buku-buku yang pernah aku baca sebelumnya ada adegan ehem-ehemnya. Sorry numpang tanya, apakah YA ini label tertinggi yang dimiliki penerbit ini? Bukannya membandingkan, kalau di penerbit lain, buku seperti ini udah dapat label amore atau adult.

P e n u l i s a n :
Beberapa kalimat bikin aku bertanya-tanya; ini editornya ngantuk?
Contohnya:
- h. 8
"Bibi merawatmu dari sebesar ini." ~> Ada yang bisa jelaskan maksudnya?
- h. 26
"Apa yang ada dalam kepala cantikmu sebenarnya?" ~> Kepala cantik? Hm, kok berasa nggak pas ya.
- h. 31 ....makhluk bernama Mama.... ~> Setahuku Mama itu panggilan/sebutan, bukan nama.


Anggap aja semua di atas itu kekurangannya, sekarang pindah ke kelebihannya.
Jadi seperti yang sudah aku bilang tadi, secara keseluruhan aku suka sama ceritanya. Scene pancing-pancingan Sanya dan Alden supaya mau ehem-ehem ngena banget feel-nya. Terus kisah mereka selama bersama juga berhasil bikin aku senyum-senyum sendiri. Sweet lho mereka berdua ini. Alden yang mulanya nggak peka jadi takut kehilangan. Aku juga suka dengan perubahan sifat Sanya dari yang enggak banget jadi oke banget, meski akhirnya Sanya ingat masa lalunya, dia tetap jadi dirinya yang sekarang. Pokoknya aku suka ceritanya setelah Sanya amnesia.

Pesan moral yang aku dapat dari buku ini adalah tentang memaafkan. Bagaimana Sanya akhirnya mencoba untuk maafin nyokapnya yang doyan bawa pria lain ke rumah, yang nggak peduli terhadap anak-anak dan suaminya.... Modya, adik Sanya, yang mulanya berkeras hati akhirnya mendatangi kediaman Alden dan Sanya sebagai wujud bila dirinya sudah memaafkan sifat-sifat jelek kakaknya di masa lalu.

June 06, 2018

[Book Review] Seven Minutes in Heaven - Yuanita Wong

Judul: Seven Minutes in Heaven
Penulis: Yuanita Wong
Halaman: 232 halaman
Genre: Teenlit
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Tahun: Mei, 2018
ISBN: 9786024555238
Rate: ★★★☆☆


Kini aku bertanya-tanya, seberapa lamakah sebuah hubungan yang terjalin dengan banyak kebohongan juga kata-kata tak tersampaikan akan sanggup bertahan? - h. 47

Storyline
Cerita dibuka dengan Mia Fawn yang hendak memasukkan surat cinta ke loker milik Greyson Hunter. Namun karena tiba-tiba cowok itu muncul di hadapannya, Mia malah memasukkan surat cinta itu ke loker yang terletak di atas loker milik Grey. Belakangan Mia tahu bila loker itu milik Liam Foster.

Kemudian saat Anna, sahabat Mia, berulang tahun, Mia dan Liam terjebak di ruangan yang sama dalam permainan Seven Minutes in Heaven.

Dan setelah kejadian itu, hubungan Mia dan Liam berubah....

Aku ingin tahu apakah suatu saat nanti kami akan menjadi dua orang yang merasa asing terhadap satu sama lain. - h. 121


Aku tidak pernah menduga akan menyukai seseorang sebesar ini. Melebihi siapa pun yang kusukai sebelumnya. Aku merasa tidak akan pernah sanggup kehilangannya.... - h. 123

K a r a k t e r :

  • Mia Fawn: Seorang cewek SMA biasa yang naksir Greyson Hunter, cowok populer di sekolahnya. Sewaktu hendak menyelipkan surat cinta ke loker milik Grey, cowok itu tiba-tiba muncul, membuat Mia akhirnya menyelipkan surat itu ke loker yang terletak di atas loker milik Grey.
  • Greyson Hunter: Cowok populer yang ditaksir hampir seluruh cewek yang ada di sekolah. Pada akhirnya Grey malah berpacaran dengan Anna, sahabat Mia.
  • Liam Foster: Cowok inilah yang menerima surat cinta Mia yang sebenarnya ditujukan untuk Grey. Liam dan Mia dekat setelah sama-sama terjebak dalam permainan Seven Minutes in Heaven.
  • Anna: Sahabat Mia yang masuk dalam jajaran cewek populer. Karena sebuah alasan, Mia menjauhi Anna.


"Kau tidak akan pernah bisa benar-benar bahagia dengan sesuatu yang tidak nyata." - h. 198
[spoiler alert]
Cerita yang disuguhkan ala anak SMA banget. Mia dan Liam pacaran cuma buat manas-manasin dan pelarian, yang ujung-ujungnya berakhir dengan saling cinta. Lalu saat mereka menyadari kalau saling jatuh cinta, Mia dan Liam dihadapkan pada sesuatu yang membuat mereka memilih untuk mempertahankan hubungan atau berpisah. Di samping itu juga diselipkan tentang kehidupan keluarga Mia, di mana Mia pernah dilukai oleh ayahnya—itu membuat Mia sangat ketakutan setiap kali mengingatnya.

Kalau ada yang nanya aku suka sama buku ini atau nggak, aku bakalan jawab suka, tapi juga nggak suka-suka banget. Secara garis besar ceritanya simpel, lebih fokus ke hubungan Mia-Liam yang mulanya mereka pacaran cuma buat 'pelarian' akhirnya jadi suka beneran.

Poin plus dari buku ini sebetulnya bukan terletak pada ceritanya, melainkan pada penulisannya. Yup! Setting-nya di New Jersey dan yang bikin aku suka karena 'rasa' New Jersey-nya begitu kental, bukan cuma 'tempelan'. Ditambah gaya bahasanya yang ala-ala novel terjemahan. Sejenak bikin aku lupa kalau buku ini buku lokal. Chemistry antara Mia dan Liam juga dapet banget—bikin aku kangen masa-masa SMA nih, hehe. Terus ... kovernya, aku suka banget. Cakep!

Cuma yang bikin aku garuk-garuk kepala pas baca itu mulai scene saat Mia, Mase, dan ibu mereka kecelakaan itu, lho! Sejak scene itu kepalaku jadi sering kugaruk XD. Aku jadi ikut-ikutan halu kek Mia.... Lol. Jujur aku baru ngeh maksud ceritanya waktu aku baca part paling akhir di epilog. Seketika membuatku ingin berkata kasar tapi takut dosa, alias aku kesel tapi juga lega. Wkwkwk....

Note:

Seven Minutes in Heaven adalah sebuah permainan yang memiliki peraturan dalam satu ronde, satu pasangan akan dipilih untuk menghabiskan waktu selama tujuh menit, atau berapa pun waktu yang telah disepakati bersama, di dalam ruangan gelap tanpa adanya benda-benda yang bisa menunjukkan waktu atau memberikan cahaya. Pasangan yang terpilih bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan, tanpa adanya paksaan, seperti saling mengenal lebih dekat, mengobrol, berciuman, atau bahkan hanya berdiam diri sampai batas waktu habis. Kandidat yang bersedia melakukan permainan bisa dipilih melalui pengambilan undian nama yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, atau permainan apa saja yang mendukung, misalnya seperti memutar botol.