October 23, 2018

[Book Review] Lengking Kematian - Marlina Lin & Irna Putri Bahati

Judul: Lengking Kematian
Penulis: Marlina Lin & Irna Putri Bahati
Halaman: 274 halaman
Genre: Thriller
Tahun: September, 2018
Penerbit: Moka Media
ISBN: 9786025199318
Harga: IDR 72.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½



"Aku masih bisa bertahan kalau nggak bisa memiliki, tapi bisa lihat dia bahagia. Bukan lihat dia sakit hati kayak gini! Rasanya sakit saat lihat orang yang kita sayangin dibuat ancur kayak gini. Dan kita lihat siapa yang akan tersenyum paling akhir." - h. 224

B l u r b :

Laras Arista, bukan hanya kehilanganp opularitas dan berbagai job sebagai artis,tapi juga tersangkut sejumlah utang kartu kredit. Karena putus asa, Laras terpaksa meminta bantuan Kayla. Siapa sangka, ajakan Kayla mengambil uang di sebuah villa kawasan Puncak menjadi pemicu tragedi berdarah yang melibatkan teman-teman semasa sekolahnya dulu. Dimulai dari kematian Arjuna.

Arjuna, aktor muda yang tengah naik daun, ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di villa pribadinya. Sejumlah luka tusukan di perut
menyisakan teka-teki terkait pembunuhan sadis tersebut, beserta motivasi sang pelaku penebar lengking kematian yang masih buron. Laras, yang
merupakan mantan kekasih Arjuna pun tak luput dari serangan teror.

Rasa takut dan kebingungan yang melanda gadis itu membuatnya menaruh curiga pada dua orang temannya sebagai pelaku pembunuhan Arjuna. Salah satunya adalah Kayla.

Tapi, apakah dugaan Laras benar?


S t o r y l i n e :

Cerita dibuka dengan Laras yang kebingungan karena menerima tagihan kartu kredit, sementara dia sudah tidak memiliki pekerjaan sejak beberapa bulan lalu akibat didepak tanpa alasan dari PH yang menaunginya. Rasa putus asa serta bayangan didatangi oleh debt collector membuat Laras nekat meminjam uang pada temannya, Kayla. Sebetulnya hubungan Laras dan Kayla tidak begitu baik. Sejak SMA mereka memperebutkan Arjuna, sayangnya Arjuna yang brengsek malah mempermainkan mereka berdua.

Kayla setuju untuk meminjamkan uang dengan syarat Laras mau menemaninya ke vila di kawasan Puncak. Laras sebenarnya malas karena hari juga sudah malam, namun karena Kayla mengatakan akan memberikan uangnya di sana, Laras tidak memiliki pilihan. Sampai di sana, Laras malah disuguhi pemandangan yang membuatnya sakit hati: Kayla bermesraan dengan Arjuna tepat di depan matanya. Alhasil, Laras pulang dengan tangan kosong.

Selepas kejadian di vila malam itu, Laras memutuskan untuk memulai hidup baru. Dia meminta tolong Bayu, adiknya, untuk mencarikan pekerjaan, namun bukan sebagai cleaning service yang pernah Bayu tawarkan dulu. Meski sempat kerepotan, akhirnya Laras pun diterima sebagai SPG di salah satu gerai prodak kecantikan yang ada di mal.

Sementara itu, Junaidi, tengah kesal setengah mati pada Arjuna karena Kafe Juna yang didirikan tepat di depan Dapur Juna membuat usaha warung makan milik ibu Junaidi itu sepi. Hampir seluruh pelanggan kabur ke Kafe Juna. Pikiran yang keruh membuat Junaidi membolos kerja dan memilih untuk mencari sedikit hiburan di mal. Pilihannya itu membawanya bertemu dengan Laras. Dimulai dengan percakapan basa-basi, akhirnya mereka mulai membicarakan hal yang lebih serius. Junaidi dan Laras bertukar cerita betapa kesalnya mereka terhadap Arjuna. Dan di akhir pembicaraan, mereka sama-sama mencetuskan keinginannya: mereka ingin Arjuna mati!

Dan keesokan harinya, itu benar-benar terjadi!
Arjuna ditemukan tewas mengenaskan di vila pribadinya.

Laras dan Junaidi yang sama-sama pernah bertukar pikiran mengenai itu saling mencurigai. Namun kecurigaan mereka pupus dan mereka pun mulai bertanya-tanya siapa kiranya pelaku pembunuhan Arjuna. 

Kayla yang saat itu merupakan kekasih Arjuna menjadi orang yang mereka curigai. Perilaku Kayla memang begitu mencurigakan, namun belakangan muncul Lisa, tetangga Laras, yang mengaku sebagai kekasih Arjuna dan kini tengah mengandung anaknya. 

Banyak hal-hal yang sebelumnya Junaidi dan Laras tidak ketahui perlahan-lahan terungkap. Kayla dan Lisa adalah dua orang yang menjadi kandidat kuat pelaku pembunuhan Arjuna karena masing-masing dari mereka memiliki motif yang cukup kuat dan masuk akal.

Sampai suatu hari Junaidi mendapat sms dari Kayla yang menyuruhnya pergi ke sebuah vila di kawasan Puncak. Dan di situlah semua terungkap. Siapa pelaku sebenarnya dan apa motifnya.




Aku tahu Tuhan, ini salah. Tapi salahkah jika aku mencintainya dan ingin dia bahagia hanya bersamaku? Aku tak rela jika senyumnya untuk pria lain, aku tak suka jika tubuhnya dipeluk pria lain, apalagi sampai melihat dia terluka. - h. 238


K a r a k t e r :

Laras → Seorang mantan artis yang mengalami kesusahan dalam keuangannya karena tidak bisa merubah gaya hidup, padahal sudah berbulan-bulan dia sama sekali tidak memiliki penghasilan.

Junaidi → Teman semasa sekolah Laras. Kafe Juna milik Arjuna yang dibangun tepat di depan warung makan milik ibunya membuat Junaidi kesal setengah mati. Dia berpikir bila Arjuna sudah memiliki segalanya, namun mengapa masih juga ingin menghancurkan usaha milik ibunya?

Kayla → Teman sekaligus saingan Laras. Sejak sekolah dulu Kayla sudah telibat cinta segitiga dengan Laras dan Arjuna. Terakhir, dia berhasil merebut Arjuna dan mendepak Laras.

Arjuna → Kaya sejak lahir. Ganteng. Punya segalanya. Sayangnya brengsek. Playboy yang suka tebar benih dan lupa kondom. Baik dengan Laras, Kayla, maupun Lisa, tak ada satu pun dari mereka yang diseriusinya. 

Lisa → Tetangga Laras yang belakangan diketahui sebagai pacar sembunyi-sembunyi Arjuna. Karena terbuai dengan kata-kata sang buaya darat, Lisa akhirnya hamil. Sementara Arjuna yang menghamilinya malah ditemukan terbunuh di vilanya.

Bayu → Adik Laras yang kata-katanya selalu pedas. Meski begitu Bayu sayang banget sama Laras. Sebetulnya Bayu ini bukan adik kandung Laras, melainkan anak yang diadopsi oleh orangtua Laras.

P. S. Laras, Junaidi, Kayla, Arjuna, dan Lisa dulunya adalah teman sekolah.


P e n u l i s a n :

Typo cukup banyak meski nggak mengganggu, seperti huruf yang kurang dan kata yang lupa dispasi. Lalu ada beberapa penggunaan kata yang belum sesuai dengan KBBI. Misalnya: villa yang seharusnya vila. Lalu kata 'kakak' yang berupa panggilan yang harusnya diawali dengan huruf besar.

Di luar semua itu diksinya cukup enak dibaca kok, kalimatnya nggak njlimet. Alur maju-mundurnya juga nggak bikin pusing. Format huruf dan layout-nya pas, bersahabat dengan mata.





Semua yang terjadi dalam hidup adalah misteri Illahi, perihnya cobaan adalah ujian dari Tuhan untuk membuat manusia sadar dan lebih bersyukur. - h. 273

Ini adalah novel thriller yang aku baca setelah vakum cukup lama dari genre ini. Bagiku novel ini cukup menarik dan memiliki ending yang memuaskan. Kasusnya nggak berat, tapi teka-tekinya lumayan bikin orang kepo. Sekadar tahu, aku baca buku ini cuma sekali duduk. Habisnya penasaran abis siapa yang ngebunuh Arjuna. Aku memang sempat menduga si pelaku sesungguhnya, tapi nggak nyangka kalau motifnya semenjijikkan itu.

Pembunuhan Arjuna digambarkan dengan begitu jelas dan sadis. Begitu juga perlakuan para pelaku ini terhadap korban-korban lainnya. Sadis! Untuk setting tempat nggak terlalu digambarkan kecuali lokasi pembunuhan. It's okay! Kan ini novel thriller, yang lebih ditonjolkan adalah motif dan kekejian pelaku pembunuhan.

Tapi di awal cerita sempat timbul hal yang mengganjal. Sewaktu Kayla ngajak Laras ke villa, yang katanya untuk nemenin sekaligus ambil uang. Hm, Laras ngutang 10 juta dan uangnya mau dikasih tunai? Well, bagiku ini agak-agak gimana gitu. Secara mereka kan artis semua tuh, kenapa nggak ditransfer aja? Uang 10 juta kalau tunai lumayan juga tuh tebelnya. Tapi di sini aku coba berpikir ke arah lain kalau memang ini adalah rencana Kayla buat mempermalukan Laras. Habisnya setelah sampai di vila, bukannya dikasih duit, Laras malah disuguhi pemandangan Kayla yang tanpa malu-malu ciuman panas dengan Arjuna. Hah!!!!

Btw aku kasihan sama Arjuna loh. Ya iya sih dia memang sableng banget, tapi kasih dispensasi dikitlah karena dia ganteng. Lol :) Kejam banget pembunuhnya sampai aku nggak tega bayanginnya. Nih, pelajaran buat playboy yang suka mainin cewek. Hati-hati, mainin cewek taruhannya nyawa!

Sosok Laras yang masih foya-foya meski udah nggak memiliki penghasilan juga bisa dijadikan pelajaran. Bergayalah sesuai isi kantongmu, bukan gengsimu. Meski begitu aku salut karena Laras bisa bangkit, memulai hidup baru meski harus turun pangkat dari artis menjadi SPG.

Hidup ini nggak bisa diterka. Dalam sekejap nyawa Arjuna melayang dan Laras didepak dari PH yang menaunginya. Apa yang terjadi satu jam kemudian kita nggak bakal tahu. Jadi jalanilah hidupmu sebaik mungkin. Oke?!

So, yay or nay?
Yay! I like this book ❤

October 16, 2018

[Book Review] Rooftop Buddies - Honey Dee

Judul: Rooftop Buddies
Penulis: Honey Dee
Halaman: 264 halaman
Genre: Novel Remaja (17+)
Tahun: Agustus, 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020388199, 9786020395111 (Digital)
Harga: IDR 63.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½




"Hal terburuk sebagai penderita kanker adalah bagaimana orang-orang yang kamu cintai melihat proses kematianmu secara perlahan-lahan." [Rie] - h. 20

B l u r b :

Buat Rie, mengidap kanker itu kutukan. Daripada
berjuang menahan sakitnya proses pengobatan, dia
mempertimbangkan pilihan lain. Karena toh kalau
akhirnya akan mati, kenapa harus menunggu lama?

Saat memutuskan untuk melompat dari atap gedung
apartemen, tiba-tiba ada cowok ganteng berseru dan
menghentikan langkah Rie di tepian. Rie mengira
cowok itu, Bree, ingin berlagak pahlawan dengan
menghalangi niatnya, tapi ternyata dia punya niat yang
sama dengan Rie di atap itu.

Mereka pun sepakat untuk melakukannya
bersama-sama. Jika masuk ke dunia kematian berdua,
mungkin semua jadi terasa lebih baik. Tetapi, sebelum
itu, mereka setuju membantu menyelesaikan "utang"
satu sama lain, melihat kegelapan hidup
masing-masing... Namun, saat Rie mulai
mempertanyakan keinginannya untuk mati, Bree malah
kehilangan satu-satunya harapan hidup.


S t o r y l i n e :

Putus asa dengan kanker yang diidapnya, Rie memutuskan untuk bunuh diri. Menurutnya, jika ujung-ujungnya mati, kenapa harus menundanya? Rie naik ke atap apartemen yang ditinggalinya, berniat bunuh diri. Namun tiba-tiba ada cowok ganteng yang mencegahnya. Mulanya Rie mengira cowok itu berniat menyelamatkannya, siapa sangka rupanya cowok ganteng bernama Bree itu juga memiliki niat yang sama dengannya: bunuh diri!

Setelah mengobrol singkat, mereka sama-sama menuliskan list yang ingin dilakukan sebelum mereka mati. Rie dan Bree akhirnya 'bertualang' untuk mewujudkan keinginan mereka, dimulai dengan milik Rie. Semua berjalan lancar, hampir tak ada masalah berarti. Rie cukup terbuka mengenai dirinya dan masalahnya, berbeda dengan Bree yang cenderung tertutup. Sampai suatu malam mereka terlibat kecelakaan. Saat mereka dijadikan saksi di kantor polisi, Rie yang kelelahan serta shock hebat mengalami mimisan sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Di rumah sakit tempat Rie dirawat, rupanya adik Rie satu-satunya, Jojo, juga dirawat di sana karena infeksi saluran pernapasan. Sayang, nyawanya tak tertolong.

Berangkat dari sini, Rie dipaksa untuk mempertimbangkan kembali keputusan bunuh dirinya. Dia memiliki orangtua yang sangat menyayanginya, juga Bree yang selalu ada untuknya. Ketika semangat Rie mulai kembali, berita tidak menyenangkan datang dari ibu kandung Bree. Dan kejadian setelahnya membuat Bree sangat-sangat terpukul. Karena merasa tak memiliki alasan hidup, Bree diam-diam nekat meninggalkan Rie untuk bunuh diri. Rie yang membaca surat serta kunci mobil yang ditinggalkan Bree langsung tanggap. Tanpa berpikir apa-apa, Rie mendatangi Rooftop. Benar saja, Bree sudah bersiap untuk bunuh diri.

Sempat berargumen, Rie akhirnya malah nyaris terjatuh dari rooftop. Kejadian itu membuat Bree sangat ketakutan. Bree sadar, dia tidak akan sanggup kehilangan Rie.

Setelah kejadian itu, mereka berdua sepakat untuk memulai semuanya dari awal. Mungkin tak semudah apa yang mereka bayangkan, namun apa yang terjadi setelahnya memberikan banyak pelajaran mengenai hidup dan orang-orang yang mereka sayangi.

Kenapa menolak melakukan hal gila kalau memang akan mati besok? - h. 95

K a r a k t e r :

Mirielle → Cewek 17 tahun yang dari kecil jadi korban bullying teman-teman sekolahnya, sampai akhirnya Rie pindah ke Jakarta dan memulai hidup baru. Sayangnya baru dua tahun menikmati chasing 'gadis Jakarta' kanker itu menghampirinya.

Brian → Cowok 23 tahun. Memiliki keluarga yang bermasalah membuat Bree tak tahan dan memilih bunuh diri sebagai jalan keluar.

"Beban kehidupan itu berat, Rie. Semakin bertambah berat kalau kamu nggak bisa melepaskan masa lalu yang seharusnya kamu tinggalkan. Mimpi buruk yang kualami tadi jauh lebih baik daripada hidup yang sebenarnya." [Bree] - h. 102

P e n u l i s a n :

Sudut pandang orang pertama dari sisi Rie cukup banyak memberiku pengetahuan tentang seperti apa rasanya mengidap kanker, hingga rasa putus asa yang tak bisa dihindari. Diksi yang digunakan pun nyaman untuk dibaca. Selipan-selipan humor ala anak muda yang sering kali mencairkan suasana, meski dalam beberapa kasus malah bikin badmood. Typo sepertinya aku nggak nemu selain ada ketikan nama Kiran yang berubah menjadi Karin pada - h. 54.




"Kamu nggak bisa melakukan apa pun kalau terus memikirkan pendapat orang lain. Kamu nggak bisa menyenangkan semua mata." [Bree] - h. 104
Orang bisa berpikiran apa saja sesuka mereka. Mama juga bilang kalau kita tidak bisa mengendalikan apa yang dipikirkan orang lain. Kita hanya perlu berbuat benar. [Rie] - h. 104

Jujur aku nggak nyangka kalau penulis novel ini juga adalah orang yang pernah berada di posisi Rie, dan pada poin ini aku salut banget. Cerita Rie dan Bree ini cukup menarik perhatianku sejak pertama kali terbit. Entahlah, aku ngerasa bisa menemukan sesuatu yang berbeda dalam novel ini. Ternyata memang benar, meski menurutku chemistry yang terbangun antara Rie dan Bree kurang kuat. Kisah kelam tentang Bree juga terkesan 'numpang lewat', padahal kalau digali lebih dalam lagi pasti akan lebih greget. Lagipula ini sebetulnya kisah dua orang kan, walau memang diceritakan melalui sudut pandang Rie saja.

Beberapa scene juga membuat aku nggak nyaman, contohnya:
→ Rie yang bisa langsung pulang, bahkan ngomel-ngomel tepat setelah menjalani kemoterapi. Benarkah bisa demikian? Aku kurang tahu soal ini, mungkin kalian yang tahu bisa sharing pengetahuan kalian ke aku.

→ Orangtua Rie yang 'kurang' berduka setelah kematian Jojo. Gimanapun juga, nggak ada orangtua yang baik-baik aja setelah kematian anaknya. Tapi di sini aku ngerasa kalau keberadaan Bree seakan menggantikan Jojo. Bukannya nggak masuk akal sih, tapi kalau kita melihat kenyataan, apakah bisa seperti itu?

→ Waktu Rie mimisan, yang katanya sampai menghabiskan dua kantong darah. Waduh, mimisannya kayak apa ini?! 

→ List milik Bree. Aku penasaran banget apa isinya, tapi sampe akhir nggak ditunjukin.
"Seharusnya, bukan masalah berapa lama kita hidup di dunia ini, tapi apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini." [Devon] - h. 250

Nggak banyak orang yang bisa bangkit dari keputusasaan. Dari cerita Rie dan Bree ini, banyak pesan moral yang bisa diambil. Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing, entah itu penyakit, masalah keluarga, pacar, bahkan pekerjaan. Namun bukan berarti masalah yang berat itu jadi alasan untuk kita ikut tenggelam dalam keputusasaan. Frustrasi dan putus asa itu wajar, kita manusia juga, kan? Hanya saja nggak perlu sampai berlarut-larut. Mengakhiri hidup bukanlah jalan keluar, karena hidup kita begitu berharga bagi orang lain. Banyak orang-orang yang terselamatkan dan berbahagia berkat kehadiran kita.

Novel ini juga menyadarkanku betapa seharusnya aku banyak-banyak bersyukur karena diberi tubuh yang sehat serta keluarga yang bahagia. Di luaran sana banyak yang lebih nggak beruntung daripada aku. Intinya, kehidupan yang kamu miliki itu berharga, seperti apa pun kondisi kamu. Sakit, miskin, atau bahkan cacat. Jika orang lain saja menghargai hidupmu, apa alasanmu nggak menghargai diri kamu sendiri?

"Keberanian terhebat adalah saat kamu memutuskan untuk tetap hidup dan menghadapi semua. Bertahanlah, selama masih bernapas harapan itu akan selalu ada. Harapan memang milik orang-orang hidup." [Catatan Penulis]

Live your life! Nggak usah peduli dengan omongan orang yang mengejek atau mengataimu 'kurang'. Nggak perlu sakit hati berlarut-larut dengan omongan yang bikin kuping panas. Hiduplah sebagaimana mestinya. Bahagialah dan jangan lupa bersyukur apa pun keadaanmu. Dan sebagai orang normal yang tak bermasalah, jadilah teman dan pendengar yang baik bagi orang-orang yang membutuhkanmu 😊

Lagi pula, sering kali masalah itu cuma butuh waktu untuk selesai sendiri. Yang perlu kita lakukan cuma bersabar dan bersikap tenang. [Catatan Penulis]

October 06, 2018

[Book Review] Rain Sound - Vachaa

Judul: Rain Sound
Penulis: Vachaa
Halaman: 250 halaman
Genre: Teenlit (13+)
Tahun: Juni, 2018
Penerbit: Roro Raya Sejahtera
ISBN: 9786025129087
Harga: IDR 73.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆




"Non, terkadang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak dapat kita ubah; sekeras apa pun kita berusaha." [Pak Bono] - h. 52


B l u r b :

Tahukah kamu, hujan turun karena awan tak sanggup lagi menahan air yang membebaninya?
Begitu juga alasan orang menangis karena tak sanggup lagi membendung emosi dan luka yang menyesaki hatinya.

Aku tak mungkin membenci hujan karena hanya dia yang paling mengerti kesedihanku.
Hujan menemaniku saat menangisi kepergianmu.
Menyembunyikan air mataku di balik derasnya.

Ketika perlahan derainya berubah jadi rintik-rintik gerimis, aku berjanji akan merelakanmu.
Aku menyangkal diri, tentu saja.
Bagaimana mungkin aku bisa melupakan begitu saja orang yang pernah membuatku teramat bahagia?


S t o r y l i n e :

Pertemuan Pelangi dan Gilang berawal pada saat turun hujan. Pelangi yang sangat membenci hujan tengah menendang-nendang bangku untuk menyamarkan suara hujan saat Gilang menghampirinya dan meminjaminya headphone.

Mereka mengobrol dan berbagi cerita. Ada alasan mengapa Gilang begitu menyukai hujan dan Pelangi begitu membenci hujan. Hubungan mereka berjalan layaknya dua remaja yang saling menyukai namun tidak memiliki kejelasan status. Sampai suatu hari, sebuah fakta yang terungkap membuat hubungan mereka tidak memiliki harapan.

"Menurut gue, takdir itu Tuhan yang nentuin. Itu semacam skenario yang Dia buat untuk kita--manusia--jalanin. Bagaimana kita menyikapi takdir, itu tergantung kita sendiri. Tapi bagaimanapun cara yang kita tempuh untuk 'merajut' takdir kita, gue rasa itu juga bagian dari skenario Tuhan." [Gilang] - h. 59




K a r a k t e r :

Gilang → Cowok yang suka nongkrong di rooftop sekolah. Tergabung dalam tim basket tapi malas latihan. Gilang sangat menyukai hujan. As a guy, he is too ordinary a.k.a nothing special with his character.

Pelangi → Kebalikan dengan Gilang, Pelangi ini sangat membenci hujan. Lumayan banyak omong alias cerewet, tapi cukup menyenangkan kok. Ah, iya! Pelangi ini cengeng, dikit-dikit nangis.

Nando → Sohib Gilang yang suka mainin perasaan cewek. Nando dan Pelangi ini bak kucing dan tikus, hampir-hampir nggak pernah akur kalau ketemu.




Saat mengetahui plot twist novel ini, aku langsung keinget sama sebuah novel yang kubaca bulan lalu. Baik twist dan endingnya bisa dibilang mirip. Namun bukan berarti sama lho!
Hanya butuh beberapa jam untuk menyelesaikan novel ini. Ceritanya ringan ala-ala anak SMA, dialognya fresh, penulisannya juga rapi. Setting tempat dan konflik ala remaja yang nggak jauh-jauh dari taksir-menaksir sampai cemburu menghidupkan suasana dalam buku ini, yah meski ada beberapa scene yang cheesy. Ngakak berat itu waktu baca gombalannya Dito pas nembak Pelangi, sumpah itu anak bisa banget gombalnya. Terus ada juga sisipan soal konflik keluarga yang menjadi malapetaka untuk hubungan Gilang dan Pelangi. Karena ketidakterbukaan orangtua mereka, Pelangi dan Gilang yang menanggung sakit.


↠↠↠↠↠Nih, bocoran gombalannya si Dito↠↠↠↠↠
"Kamu tahu kenapa aku ngirim 999 gambar hati buat kamu?" Tanpa menunggu untuk dijawab, Dito melanjutkan, "Mereka aku kirim buat nemenin hati ke-1000 yang udah kamu bawa sejak pertama kali kita ketemu." [Dito] - h. 111


Oh ya, ada sesuatu yang butuh dikoreksi:
[- h. 12] → "Pelangi, Kamu sudah lima belas tahun. Kamu sudah dewasa."
Wah, aku kurang setuju kalau lima belas tahun disebut sudah dewasa. Anak usia segitu masih labil dan wajarlah kalau manja, masih masa puber, kan? Mungkin lebih tepat kalau diganti dengan 'Kamu sudah besar.'






Aku nggak punya karakter favorit di sini. Semua tokohnya terbilang remaja yang ordinary, tapi malah di sinilah letak 'nyawa' buku ini. Karena sesuai dengan sifat remaja pada umumnya.

"Kadang kita harus merelakan orang yang kita sayang untuk bahagia--meski kebahagiaannya itu bukan kita, Nak." [Ayah Pelangi] - h. 211

Jadi kesimpulannya buku ini cocok dibaca buat selingan bagi kalian yang penat baca buku-buku berat. Secara garis besar buku ini ringan untuk dibaca, twist-nya cukup oke juga meski sebetulnya konfliknya masih bisa digali lagi. Pokoknya terima kasih sudah membawaku kembali ke masa-masa SMA meski hanya sejenak😘

Mereka punya cerita di bawah langit berhujan, yang mempertemukan mereka, dan yang memisahkan mereka. - h. 245

October 03, 2018

[Book Review] Let Go - Windhy Puspitadewi

Judul: Let Go (Versi Gramedia)
Penulis: Windhy Puspitadewi
Halaman: 364 halaman
Genre: Novel Remaja (15+)
Tahun: Mei, 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020382388, 9786020381295 (Digital)
Harga: IDR 65.000
Rate: ★★★★☆



Nullus est liber tam malus ut non aliqua parte prosit....
[There is no book is not benefical in some respect]

B l u r b :

Sebuah hukuman memaksa Caraka untuk bekerja sama dengan tiga teman sekelasnya mengurus Veritas—mading sekolah berbasis blog. Hal itu bukan perkara gampang karena mereka memiliki sifat yang sangat berbeda.

Ada Nathan, cowok yang jago di semua mata pelajaran tapi selalu bersikap sinis. Ada Nadya, ketua kelas yang merasa bisa melakukan apa pun sendirian dan sangat mandiri. Juga ada Sarah, cewek pemalu yang tidak bisa menolak apa pun sampai-sampai suka dimanfaatkan teman-temannya. 

Yang belum pernah Caraka sadari, pertemanannya dengan tiga orang itu akan mengubah hidupnya, serta mengajarinya banyak hal: cinta, persahabatan, keajaiban, juga melepaskan…

Manusia itu memang aneh, jika ada yang berbuat jahat mereka marah, tapi jika ada yang berbuat baik mereka curiga. [Raka] - h. 52

S t o r y l i n e :

Cerita dibuka oleh Raka yang menolong Nathan yang diadang oleh beberapa anak basket, alih-alih mengucapkan terima kasih dengan tulus, Nathan malah berkata, "Sampai kapan pun, kita cuma teman sekelas. Nggak kurang, nggak lebih." Hhh, maksudnya apa coba?!!

Akibat insiden itu Bu Ratna selaku wali kelas Raka menugaskannya untuk mengurus mading sekolah--Veritas--yang kini sudah berubah menjadi bentuk blog. Jelas Raka kesal, karena dalam Veritas ada Nathan, cowok paling pintar, sinis, dan bermulut tajam. Lalu ada Nadya yang terkenal galak, mandiri dan terkesan nggak membutuhkan bantuan. Terakhir ada Sarah yang lembek, cengeng, dan pemalu.

Bermula dari situ, akhirnya Raka mengenal lebih dekat Nathan, Nadya, dan Sarah. Nathan yang disangkanya acuh tak acuh dan selalu sinis rupanya memiliki alasan kenapa dia bersikap seperti itu, pun dengan Nadya yang melakukan semua sampai kualahan hanya karena ingin diakui. Berkat Raka, Sarah akhirnya memiliki keberanian untuk berkata 'tidak'.

Raka dan Nadya yang rupanya memiliki hobi sama--menonton film-film lawas serta menggemari musik klasik--menjadi dekat. Raka sadar kalau dia telah jatuh cinta dan tak butuh waktu lama untuknya mengungkapkannya pada Nadya, walau pada detik itu juga Nadya tidak mengatakan apa-apa untuk membalas pernyataan Raka. Sementara di sisi lain Raka tidak tega untuk menolak perasaan Sarah. Akhirnya, berkat bantuan Nathan, semua persoalan 'hati' Raka selesai.

Tak hanya itu, Raka rupanya juga membawa keajaiban untuk Nathan, walau keajaiban itu tidak bertahan selamanya. Hiks :(

"Orang yang nggak bisa menghargai dirinya sendiri, nggak akan pernah bisa menghargai orang lain." [Nathan] - h. 112

K a r a k t e r :

Caraka a.k.a Raka ↠ Tipe cowok yang cenderung berbicara melalui otot daripada otak. Baik sifat maupun cara ngomongnya gokil banget. Suka musik dan film klasik, juga pandai dalam pelajaran sejarah. Hobi main futsal dan bercita-cita menjadi sutradara.

Nathan ↠ Cowok paling pandai di kelas. Auranya dingin dan sinis. Tak ada yang tahu bila Nathan bersikap seperti itu demi menghindari sesuatu.

Nadya ↠ Tergolong cewek paling cantik di sekolahnya. Terpandai kedua setelah Nathan di kelas. Nadya ini terkenal galak dan serba bisa. Selain sebagai ketua kelas, dia juga aktif dalam kegiatan OSIS, ketua klub judo, dll. Cewek ini juga jago bela diri. Meski serba bisa, Nadya ini tidak mengetahui apa impiannya.

Sarah ↠ Cewek pemalu yang nggak bisa berkata 'nggak' walau dia tahu banyak yang memanfaatkannya. Diam-diam menyukai Raka karena cowok itu menolongnya berulang kali.

 "Mungkin aku nggak tahu apa-apa. Aku nggak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Aku bahkan nggak tahu akan jadi apa nanti. Tapi... karena nggak tahu apa-apa itulah, esok hari jadi sesuatu yang layak ditunggu-tunggu, kan? Setelah itu, kita cukup lihat apa yang bakal terjadi." [Raka] - h. 128-129


P e n u l i s a n :

Typo masih ada. Juga ada beberapa nama yang ketukar-tukar. Yang harusnya Nadya jadi Sarah, yang harusnya Nathan jadi Raka.

Penulis juga bisa dikatakan berhasil membangun karakter, terutama Raka, Nathan, Nadya, dan Sarah. Setting tempat nggak terlalu menonjol karena hanya berlokasi di sekolah, rental DVD, rumah Nathan, dan rumah Raka.

Dialognya bisa dibilang fun. Bercanda mulu, apa-apa dibuat bercandaan, kalau orang Jawa bilang sih 'ngentahi'.


↠↠↠↠↠



"Impian itu kayak sayap. Dia membawamu ke berbagai tempat." [Nadya] - h. 137

Well, buku ini sampai ke tanganku dengan 'jalannya' sendiri. Yah, aku memang nggak berencana untuk beli buku ini sih. Jadi ceritanya aku order sebuah buku di salah satu web yang doyan ngasih diskon gede dan aku milih pembayaran COD. Waktu bukunya sampai, aku nggak langsung cek dan paketannya memang baru kubuka beberapa hari kemudian. Pas buka, aku kaget dong, karena yang datang bukan buku orderanku. Mau komplain kok malas ya, habisnya CS-nya lelet. Jadilah buku ini cuma nangkring di tumpukan tanpa tersentuh selama kuleb satu bulan. Baru akhir September lalu aku buka segelnya, pikirku sih buat nambah-nambah angka wrapup, wkwkwk.... Dan ternyata, setelah aku kelar baca, aku sama sekali nggak nyesel bukuku ketukar 😆

Nggak banyak buku yang bisa bikin aku terharu, apalagi teenlit, but this story is so beautiful. Memang dalam buku ini lebih menekankan peran Raka dalam kehidupan teman-temannya, terutama untuk Nathan, Nadya, dan Sarah. Sifat Raka yang doyan ikut campur, ngeyel, sekaligus apa adanya membawa perubahan pada hidup mereka. Nathan yang menemukan keajaiban, Nadya yang menemukan impiannya, dan Sarah yang menemukan keberaniannya.

"Kamu nggak akan bisa menyenangkan hati semua orang, Sar. Itu sebabnya kamu harus belajar bilang NGGAK." [Raka → Sarah] - h. 148

Selain konflik persahabatan, buku ini juga menyisipkan konflik keluarga. Seperti Raka yang belum bisa memaafkan almarhum ayahnya, juga Nathan yang kehilangan semangat sejak kematian ibunya.

Yah, intinya jangan buru-buru nge-judge orang hanya dari penampilannya, dekatlah dengan orang itu terlebih dulu maka kita baru benar-benar 'mengenalnya'. Contohnya si Raka, walau luarnya kelihatan nggak banget, ternyata pengetahuannya cukup luas, terutama yang berhubungan dengan sejarah, musik atau film klasik.

"Mencoba melindungi hati kamu dengan cara membenci seseorang yang kamu sayangi? Kamu udah menyiksa dirimu sendiri." [Nathan] - h. 224

Mungkin di akhir cerita kalian bakal nemuin kalau buku ini bagus dengan caranya sendiri. Banyak pesan dan pelajaran yang bisa diambil dari semua yang dilalui Raka, termasuk hal-hal sepele. Cerita yang gokil di awal, belum tentu nggak nyesek di akhir lho!


↠↠↠↠↠↠↠


Sepenggal surat Nathan untuk Raka....

P. S. : Jangan membenciku. Waktu terus berjalan.
..............................................................................
Nggak perlu terikat masa lalu. Sungguh, nggak apa-apa buatku kalau nanti kamu lupa sama aku. Biar aku saja yang mengingatmu, ini udah lebih dari cukup buatku.