July 17, 2021

I've got infected by COVID-19

 I've got infected by COVID-19



Judulnya bikin jiper, ya?
Tenang, nggak usah buru-buru jiper dulu, apalagi langsung kabur. Kali ini aku cuma mau share pengalaman selama terpapar covid.
Mungkin masih banyak yang nggak percaya tentang keberadaan virus yang lahir di penghujung tahun 2019 lalu. It's okay, itu hak masing-masing kok.

Jadi tanggal 3 Juli 2021, paginya aku masih ngerasa fine. Nggak ada tanda-tanda flu atau semacamnya, sampai siang pun aku masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Fyi, karena alasan tertentu aku tinggal serumah dengan mama dan papaku. Mama dan papaku kerja di kantor sebuah pabrik, pada saat itu kondisinya udah flu kurang lebih satu minggu. Aku nggak berpikir macam-macam karena belum ada gejala demam. Sedangkan untuk batuk, mamaku udah lama banget batuk tapi nggak sembuh-sembuh, sejak akhir April lalu mamaku memang kondisinya kurang sehat dan nggak stabil.
Nah, malamnya badan mulai terasa nggak enak. Aku yang nggak mau sakit langsung minum Decolgen 2 butir, harusnya satu aja cukup, tapi karena aku beneran nggak mau sakit, jadinya aku minum langsung 2 butir. Sebelum tidur aku juga masih minum Redoxon. Beberapa hari sebelumnya aku udah rutin minum Redoxon untuk jaga kondisi, karena memang baby-ku baru aja kena gabak, jadi rewelnya minta ampun, ditambah lagi gigi atasnya tumbuh. Berasa mau gila sumpah! Hari itu, ternyata yang mulai nggak enak badan bukan cuma aku aja, suami dan adikku juga ngerasa nggak enak badan. Oke, aku langsung cerewetin mereka buat minum obat.

Minggu, 4 Juli 2021, kita serumah teler! Untung baby-ku udah nggak terlalu rewel, efek gabak udah berlalu, tinggal menghadapi drama klasik tumbuh gigi. Hari itu aku dan suami gantian jaga baby, meski sama-sama teler juga. Untungnya lagi, baby-ku mau-mau aja aku ajakin bobo terus. Demi dewa, badan rasanya nggak keruan, hidung mampet sebelah (kiri), kepala nyut-nyutan. Nggak banget deh pokoknya! Tapi setelah tidur siang, badan rasanya agak mendingan kok. Oh iya, hari itu aku minum obat standar aja yang dosisnya aku gandakan sendiri, Decolgen 2 butir x 3. Jangan ditiru ya, guys, ini beneran inisiatifku sendiri yang nggak mau sakit. Malamnya aku minum Redoxon lagi. 

Senin, 5 Juli 2021. Nggak ada perubahan signifikan. Hidung masih mampet dan badan loyo. Nafsu makan berkurang. Hari ini nih aku mulai berpikir, apa aku kena covid ya? Tapi masih belum yakin. Aku berusaha keras menolak pikiranku sendiri, siapa sih yang mau disentil covid? Amit-amit! Sampai tiba saatnya mama dan papaku pulang kerja. Mereka teler berat! Papaku yang jarang banget sakit ngeluh demam, mamaku auto masuk kamar dan tidur—batuk dan demam juga. Dari sini aku, suami, dan adikku langsung mikir; kita kena covid!!!!
Malamnya, penciumanku mulai samar. Aku bahkan nggak bisa cium aroma martabak telur yang aku makan. Fix, ini covid. Aku tahu kalau terpapar, tapi beneran berusaha menolak karena aku nggak mau kena mental. Jadi aku anggap ini flu biasa. Aku berusaha tenang, berdoa, kuatin mental sendiri sembari kuatin mental orang-orang di sekitarku. Btw hidungku cuma mampet sebelah dan sama sekali nggak ada ingus. Karena badan nggak enak, aku mandi air hangat. Berharap bakal enakan gitu badannya.
Hari itu aku ganti obat, yang biasanya minum Decolgen jadi minum Mixagrip flu & batuk. Dosisnya lagi-lagi aku dobelin.

Selasa, 6 Juli 2021. Penciumanku hilang total! Badan masih gitu-gitu aja, nggak bertambah sehat, tapi juga nggak ngedrop. Aku masih beraktivitas seperti biasa. Belanja, masak, ngerjain pekerjaan rumah, momong baby-ku, dll. Hari itu aku berasa kayak di neraka, karena cuma aku sebiji yang kerjain semuanya. Thanks to my lil bro yang mau bantu jagain baby-ku pas aku tinggal masak, dll. Karena suami mulai teler berat, selain karena flu, juga efek samping minum obat-obatan yang bikin GERD-nya kumat. 
Nah, ini aku mulai gila-gilaan minum obat. Dalam sehari aku konsumsi 6 butir Mixagrip flu & batuk, 3 botol You C1000, malamnya masih minum Lohankuo dan Redoxon! *poor my kidney*

Rabu, 7 Juli 2021, kondisiku mulai membaik. Entah karena aku yang makan obat kayak makan permen, atau karena apa, yang pasti kondisiku mengalami peningkatan. Pengar di hidung udah berkurang meski masih mampet sebelah. Badan juga terasa lebih segar dan bertenaga. Tapi lagi-lagi aku kepayahan karena rawat orang sakit serumah, belum lagi momong baby-ku. Puji Tuhan aku nggak apa-apa walau badan capek luar biasa. Makan tetap terasa enak, meski nggak bisa cium bau apa pun. Tidur juga pulas, kadang-kadang bangun karena si baby rewel. Untuk obat aku kembali ke dosis awal, alias nggak dobel. Yang aku konsumsi: Mixagrip flu & batuk, susu, dan Redoxon. Sedangkan anggota keluarga lainnya mengonsumsi Lian Hua, obat Cina yang digadang-gadang bisa sembuhkan covid. Tapi setelah aku konsultasi dengan salah seorang teman yang juga terpapar, katanya obat itu cuma ampuh di awal doang, kalau covid-nya udah parah ya nggak bakal ngefek. Lagian obat itu keras, kalau dikonsumsi berlebihan berisiko di ginjal. 

Kamis, 8 Juli 2021. Badanku udah kayak orang sehat, tapi hidung yang kanan malah ikut-ikutan mampet. Kampret lah! Penciuman masih belum kembali, bener-bener nggak bisa cium aroma apa pun, termasuk pup baby-ku. Obat yang aku minum cuma Mixagrip dan Redoxon.

Jumat, 9 Juli 2021. Sore hari penciumanku mulai kembali. Cuma tipis-tipis, aku udah bisa cium aroma minyak telon. Puji Tuhan.... Nah, aku teledor nih, mulai nggak minum obat, cuma vitamin doang. Full vitamin. Yang aku minum: Propoelix, You C1000, Selkom Gold. Oh ya, aku lupa, di hari keberapa gitu indra pengecapku eror. Rasa manis di lidahku hilang entah ke mana, rasa asin dan gurih tajam banget.

Sabtu, 10 Juli 2021-hari ini, puji Tuhan kondisku baik-baik aja. Pengar di hidung udah hilang, mampet masih sisa dikit banget. Badan puji Tuhan terasa sehat. Mama dan papaku udah swab pcr dan hasilnya negatif. Selama terpapar aku sama sekali nggak ada demam, batuk, dan sesak napas. Padahal aku basic-nya punya asma. 

Guys, nggak ada yang mau dan nggak ada yang minta kita dihampiri covid. Jangan sombong sekalipun kalian udah vaksin. Mama dan papaku udah full vaksin (Sinovac) sejak bulan Mei lalu. Aku, suami, dan adikku masih vaksin sekali (AstraZeneca). 
Kalau ditanya, siapa sih yang bawa virus ke rumah? Who knows. Karena siapa pun bisa. Tapi kalau dilihat dari urutannya, kemungkinan besar yang membawa adalah mama dan papaku. 
Jangan takut kalau kalian terkena covid. Jika gejalanya ringan, langsung isolasi mandiri dan lapor. Dalam kasusku, aku nggak lapor karena mama dan papaku kayak ketakutan banget gitu. Jadi aku mutusin buat nggak lapor, dengan syarat kalau kondisi nggak membaik, mau nggak mau ya harus lapor biar dapat penanganan yang lebih mumpuni. 

Oh iya, obat-obatan yang harus diminum sebetulnya banyak, ada abtibiotik, obat batuk, obat sesak napas, dll. Tapi aku nggak konsumsi itu karena ngerasa badanku oke alias aku nggak butuh obat yang macam-macam. Sampai sekarang aku masih full vitamin aja. Vitamin yang aku minum setelah membaik: Selkom Gold, Stimuno, You C1000, susu (apa aja nggak harus Bear Brand), Vitacimin, madu. Propoelix aku stop karena bikin gerah di badan, rasanya panas, dan bikin aku nggak nyaman. Malah karena gerah dan keringatan, aku ngos-ngosan. Selain itu efeknya di aku bikin sembelit. Ini aku ya, orang lain bisa jadi berbeda. Perbanyak minum air putih juga. Ingat, air putih ya, bukan es buah!

Puji Tuhan, sampai hari ini semua kondisi anggota keluarga membaik dan semakin baik. Aku aja yang batuk gegara semalam abis makan Chiki lupa nggak minum air. Hehe....
Covid-19 emang ada dan nyata. Jangan sepelekan protokol kesehatan sekalipun kalian udah vaksin lengkap. Selama isoman aku berusaha untuk tetap berpikiran positif supaya nggak kena mental. Tetap optimis dan percaya kalau aku mampu melawan virus ini. Aku nggak terlalu banyak mikir yang macem-macem, perbanyak doa, minum vitamin, dan makan.
Di hari keberapa gitu, waktu kondisiku udah agak enak, bawaannya laper mulu euy! Jadi keinget pas hamil dulu, bawaannya laper dan mau nggak mau kudu makan. Mungkin ini adalah efek antibodi kita kali, ya? 

Vaksin


Nah, banyak dari kita yang masih ragu atau bahkan menolak untuk menerima vaksin, entah apa pun itu alasannya. Sebenarnya sih, menerima atau menolak vaksin adalah hak setiap individu. Bener nggak? Banyak yang bilang malah terpapar covid karena vaksin, ada juga yang bilang kalau vaksin nggak ada gunanya karena kita masih bisa terinfeksi. Ayolah, vaksin nggak membuat kita kebal! Contohnya nih ya, kita waktu kecil divaksin campak, gedenya juga tetep aja dicampakin, kan? Eh, maksudnya tetap bisa kena campak. Tapi setidaknya kalau udah menerima vaksin, tubuh kalian akan mengenali virus dan dengan cepat membuat antibodi.
Kalau kalian buka sosmed atau nonton berita, pasti jiper karena banyak berita duka. Sama! Aku juga. Dalam sepuluh hari, aku udah beberapa kali menerima berita duka. Teman yang aku tahu sehat dan nggak ada penyakit penyerta, tahu-tahu meninggal. Dan itu nggak cuma satu-dua orang aja, tapi beberapa. Setelah ngobrol-ngobrol, ternyata mereka yang gugur itu sama sekali belum menerima vaksin. Percaya nggak percaya, kalau tubuh udah tervaksin, itu lebih kuat menghadapi virus ketimbang yang belum tervaksin. 
Lalu, sekalipun udah tervaksin ya jangan sombong. Tetap patuhi protokol kesehatan, makan bergizi, olahraga teratur, minum vitamin jika diperlukan, istirahat yang cukup dan jangan lupa tetap berpikir positif.
Baru banget nih, aku zoom meeting sama temen-temen, mereka share pengalaman, dll. Ngeri banget masih banyak yang nggak percaya kalau covid itu ada. Mereka-mereka itu sama sekali nggak menerapkan protokol kesehatan. Giliran dikasih tahu, bilangnya kalau penyakit ini sebetulnya udah lama ada, pemerintah cuma membesar-besarkan. *wth*

Soal varian covid yang semakin beragam, aku nggak bisa beri informasi apa-apa, takutnya salah dan malah bikin salah paham. Silakan googling sendiri yak! Karena di sini intinya aku cuma share pengalamanku sendiri yang bisa jadi berbeda dengan orang lain.

Tolong, buka pikiran kalian dan jangan egois!
Bagi yang nggak percaya dan nggak mau menerima vaksin ya silakan aja. Tapi pernahkah kalian memikirkan orang-orang di sekitar kalian? Bisa jadi kalian terkena, tapi karena antibodi bagus jadi virusnya nggak berdampak besar. Lha, orang-orang yang berinteraksi dengan kalian kan bisa kena. Sukur-sukur kalau punya antibodi bagus, kalau nggak?

Yah, aku di sini nggak bisa memaksa seseorang untuk percaya akan covid ataupun vaksin. Aku cuma bisa berharap kalian masih sayang sama orang-orang di sekeliling kalian. 
Kita semua berharap, serta saling mendoakan agar semuanya sehat selalu, agar badai covid ini segera berlalu. Salam sehat semuanya. Kalau ada pertanyaan atau apa pun, bisa hubungi via email ya.

Stay safe and healthy, guys!


No comments:

Post a Comment