June 16, 2018

[Book Review] Light in a Maze - Citra Novy

[re-share from Goodreads: Sandra Bianca]

Judul: Light in a Maze
Penulis: Citra Novy
Halaman: 246 halaman
Genre: Romance Dewasa (17+) tapi di depan label Young Adult
Tahun: Februari 2018
Penerbit: Grasindo
ISBN: 97860245280889
Rate: ★★★☆☆


"Mungkin, terkadang kita harus egois agar bisa bahagia." - h. 131

First of all, aku mau bilang kalau sebetulnya aku suka sama ceritanya. Tapi beberapa scene yang nggak masuk akal bikin buku ini jadi 'cacat'. Oke, mumpung aku lagi rajin ngetik, aku bakalan bahas satu per satu.

S t o r y l i n e :
Sanya Pratham, seorang wanita yang [menurutku] enggak banget. Hobinya cuma ngabisin duit bokapnya. Sampai suatu hari bokapnya meninggal dan Sanya bingung apa yang kelak akan dia lakukan dengan hidupnya. Secara, duit, dll, masih nodong bokapnya. Fyi: Sanya ini nggak mau kerja, pokoknya nodong, nodong, dan nodong.

Wasiat yang ditinggalkan bokap Sanya menyatakan kalau Sanya harus menikah dengan Alden Abhigyan, selaku tangan kanan bokap Sanya, untuk mendapat hak warisannya. Oh ya, pernikahan ini berlaku enam bulan ya, setelah enam bulan baru Sanya boleh menggugat cerai Alden. Sanya mulanya ogah lah, dia benci setengah mampus sama Alden karena Alden itu tersangka utama pembunuh ayahnya, namun dinyatakan tak bersalah. Selain itu, sebelumnya Sanya juga pada dasarnya udah nggak suka sama Alden. Tapi karena nggak punya pilihan, Sanya akhirnya setuju untuk menikah dengan Alden.

Sehari setelah pernikahannya, Sanya mengalami kecelakaan yang membuatnya menderita retrograde amnesia, yaitu melemahnya kemampuan untuk mengingat kejadian atau informasi yang sudah lalu. Jadi bukan sama sekali nggak ingat macem ToMingSe ya, orang yang menderita retrograde amnesia ini [biasanya] masih bisa mengingat namanya, dia juga masih bisa merasakan kalau ada yang luput/hilang dari ingatannya, cuma dia nggak mampu mengingat sesuatu yang hilang itu.

Nah, mulai dari sini cerita Sanya dan Alden dimulai. Alden yang statusnya sebagai suami Sanya memboyong Sanya untuk tinggal bersamanya, di apartemennya. Sanya yang nggak ingat soal pernikahan itu oke-oke aja, bahkan dia berusaha keras untuk menjadi seorang istri yang baik bagi Alden yang super duper cuek.

Cinta tumbuh karena terbiasa. Alden yang mulanya ogah-ogahan, hatinya mulai terjerat oleh sikap Sanya. Sanya yang sekarang, sangat kontras dengan Sanya yang dulu. Tak dapat dipungkiri Alden pun merasa bahagia, namun juga takut. Takut jika suatu hari nanti ingatan Sanya kembali, kebahagiaannya akan turut berakhir.

Dan memang itu yang terjadi. Saat Sanya mengingat segalanya, Sanya memutuskan untuk meninggalkan Alden. Bukan karena Sanya tidak mencintai Alden, namun Sanya masih menganggap bila Alden adalah orang yang ngebunuh bokapnya. Sementara Alden nggak bisa mencegah Sanya pergi karena Alden tidak memiliki alasan untuk menahan Sanya. Jadi intinya mereka saling cinta, tapi harus berpisah. Hiks.... :(

inikah akhir kisah mereka?
Enggak kok.... Sanya akhirnya kembali pada Alden setelah mengetahui jika memang bukan Alden yang ngebunuh bokapnya.

Scene yang bikin aku tepok jidat berkali-kali:
1. Sanya kabur waktu pesta pernikahannya.
Ini seriusan bisa kabur seenak udel?
Logikanya ~> Pesta pernikahan Sanya dan Alden itu mewah banget, yang datang berjibun, dan dalam bayanganku gaunnya mewah dong. Nah, apa iya dengan penampilan seperti itu Sanya bisa kabur, menyelinap di antara para tamu dengan mudah? Masak nggak ada yang nyegat gitu? Pengantin itu pusat perhatian lho, apalagi ini pengantin wanita.

2. Alden yang mengambil alih ruangan CCTV seenak udel.
Memang bisa? Andaikan dia itu bosnya sekalipun, nggak bisa gitu. Emang ruangannya nggak ada petugasnya?

3. Adegan gendong-gendongan Sanya dan bokapnya.
Ini bukannya nggak mungkin. CUMA, Sanya waktu itu udah SMA, dan meski diceritakan tubuh Sanya kecil, bukan berarti bisa digendong-gendong ala anak TK dong, mana habis gitu didudukin di tepian tempat tidur. Bisa bayangin gak ada bapak-bapak gendong anaknya yang udah SMA yang baru aja pulang les terus didudukin di tepian tempat tidur? Mana di sini [narasinya] Sanya disebut gadis kecil. Demi clarinet Squidward, Sanya udah SMA lho, masih disebut gadis kecil.

4. Ketika Sanya kecelakaan.
Di sini diceritakan kalau mobil yang Sanya kendarai memanjat pembatas jalan dan sempat terguling sekali, namun Sanya tidak kenapa-kenapa. Sanya nggak menderita patah tulang atau minimal dislokasi tulang atau keseleo, cuma kepalanya aja yang terbentur keras sampe mengakibatkan Sanya amnesia. Hmmm.... Is that possible? Maybe, if she is a Wonder Woman!
Soal ini aku sampai tanya ke beberapa orang lho. "Eh, mungkin gak kalau blaaaa.... blaaaa..." dan mereka semua jawabnya "Enggak mungkin lah, apalagi sampai terguling." Lagian badan cewek itu lebih gampang 'tergoncang' daripada cowok, badan cewek nggak sekuat cowok.

5. Ketika Sanya sadar dari komanya.
Sanya koma selama kurang lebih tiga minggu. Oke, bisa diterima. Tapi di hari yang sama setelah sadar, dia bisa langsung duduk? Ew *rolling eyes* Demi ubur-ubur, Sanya ini cuma berbaring di posisi yang sama selama tiga minggu, lho! Badan perlu menyesuaikan diri setelah sadar. Biasanya si pasien bakal disuruh kedip-kedip, gerakin jari dulu, ngangkat tangan, ngangguk, pokoknya gerakan yang ringan. Apalagi ini sama dokternya langsung ditanyain dan Sanya bisa jawab. Demi celana dalam Neptunus, tenggorokan nggak dipake selama tiga minggu itu kakunya kek apa coba? [Ini aku udah konfirm ke beberapa teman yang berprofesi sebagai dokter dan perawat ya] Mana habis gitu langsung boleh pulang pula. What the naniiii?

L a b e l :
Halo, ini sudah kesekian kalinya aku baca buku dari penerbit ini dengan label YA dan isinya adult. Hm, apalagi dalam buku ini dan buku-buku yang pernah aku baca sebelumnya ada adegan ehem-ehemnya. Sorry numpang tanya, apakah YA ini label tertinggi yang dimiliki penerbit ini? Bukannya membandingkan, kalau di penerbit lain, buku seperti ini udah dapat label amore atau adult.

P e n u l i s a n :
Beberapa kalimat bikin aku bertanya-tanya; ini editornya ngantuk?
Contohnya:
- h. 8
"Bibi merawatmu dari sebesar ini." ~> Ada yang bisa jelaskan maksudnya?
- h. 26
"Apa yang ada dalam kepala cantikmu sebenarnya?" ~> Kepala cantik? Hm, kok berasa nggak pas ya.
- h. 31 ....makhluk bernama Mama.... ~> Setahuku Mama itu panggilan/sebutan, bukan nama.


Anggap aja semua di atas itu kekurangannya, sekarang pindah ke kelebihannya.
Jadi seperti yang sudah aku bilang tadi, secara keseluruhan aku suka sama ceritanya. Scene pancing-pancingan Sanya dan Alden supaya mau ehem-ehem ngena banget feel-nya. Terus kisah mereka selama bersama juga berhasil bikin aku senyum-senyum sendiri. Sweet lho mereka berdua ini. Alden yang mulanya nggak peka jadi takut kehilangan. Aku juga suka dengan perubahan sifat Sanya dari yang enggak banget jadi oke banget, meski akhirnya Sanya ingat masa lalunya, dia tetap jadi dirinya yang sekarang. Pokoknya aku suka ceritanya setelah Sanya amnesia.

Pesan moral yang aku dapat dari buku ini adalah tentang memaafkan. Bagaimana Sanya akhirnya mencoba untuk maafin nyokapnya yang doyan bawa pria lain ke rumah, yang nggak peduli terhadap anak-anak dan suaminya.... Modya, adik Sanya, yang mulanya berkeras hati akhirnya mendatangi kediaman Alden dan Sanya sebagai wujud bila dirinya sudah memaafkan sifat-sifat jelek kakaknya di masa lalu.

No comments:

Post a Comment