February 07, 2019

[Book Review] Pride and Prejudice - Jane Austen [Terjemahan Qanita]

Judul: Pride and Prejudice
Penulis: Jane Austen
Halaman: 585 halaman
Genre: Roman klasik
Tahun: 28 Januari 1813 (Terjemahan Qanita: September, 2016)
Penerbit: Penerbit Qanita
ISBN: 9786027870840
Rate: ★★★★☆
Harga: IDR. 54.000


B l u r b :

Elizabeth Bennet dan Fitzwilliam Darcy sama sekali tidak cocok. Elizabeth menilai Mr. Darcy sebagai pria yang sok, angkuh, dan mengesalkan, sementara Mr. Darcy menganggap Elizabeth tidak anggun dan terlalu sering berprasangka.

Mereka saling bermusuhan, bahkan sering kali sampai melontarkan sindiran pedas.Tapi kebencian mereka berangsur menjadi ketertarikan. Seiring berjalannya waktu, Elizabeth melihat sisi lain Fitzwilliam Darcy, bahwa dia bukanlah sekadar pria arogan seperti yang selama ini dia sangka.

K a r a k t e r :

Jane Bennet → Merupakan putri pertama dari pasangan Mr. dan Mrs. Bennet. Digambarkan paling cantik dibandingkan dengan keempat adik perempuannya. Pembawaannya kalem dan selalu berpikir positif. Jane bahkan hampir tidak pernah membenci atau mendendam pada seseorang. Paling dekat dengan Elizabeth.

Elizabeth Bennet (Lizzy) → Putri kedua yang merupakan anak kesayangan Mr. Bennet.. Perangainya tergolong 'berani' dan paling cerdas di antara saudari-saudarinya yang lain. Untuk gadis di masa itu, Elizabeth jauh dari kesan anggun. 

Mary Bennet → Putri ketiga. Tidak terlalu menonjol. Hanya digambarkan sebagai gadis yang suka berdiam diri di rumah dan memperdalam permainan musiknya.

Catherine Bennet (Kitty) → Putri keempat. Usianya memang lebih tua daripada Lydia, adiknya. Akan tetapi perilaku Kitty sangat terpengaruh oleh Lydia.

Lydia Bennet → Putri kelima sekaligus yang tergenit. Usianya masih 16 tahun, akan tetapi sudah suka mengejar-ngejar prajurit tanpa peduli jika tindakannya berujung mempermalukan keluarganya.

Mr. Bennet → Sosok yang cuek, bahkan terhadap urusan anak-anaknya. Kesehariaannya suka mengurung diri di perpustakaannya dan menenggelamkan diri ke dalam buku-bukunya.

Mrs. Bennet →  Seperti ibu-ibu pada umumnya, Mrs. Bennet begitu mengharapkan anak-anaknya menikah dengan pria kaya agar memiliki hidup yang terjamin. Tak jarang menjadi olok-olok karena sifatnya berlebihan (norak). Berpikiran pendek dan cenderung egois.

Fitzwilliam Darcy → Pria yang dari awal pertemuan langsung memberikan kesan angkuh. Dia adalah pria yang sangat kaya di masa itu, pewaris tunggal yang penghasilannya mencapai sepuluh ribu pound per tahun.

Charles Bingley → Sahabat Mr. Darcy yang menyukai Jane. Berkebalikan dengan sahabatnya itu, Bingley malah langsung merebut hati semua orang sejak pertama kemunculannya. Sifatnya ramah dan bersahabat.

George Wickham → Seorang prajurit yang juga merupakan anak dari pelayan ayah Mr. Darcy. Siapa pun yang melihat pasti akan jatuh cinta. Namun ternyata di balik 'kewibawaannya' tersembunyi sifat busuk yang selama ini hanya diketahui oleh Darcy. Suka berhutang dan hanya berfoya-foya. Akhirnya menikah dengan Lydia.

William Collins → Seorang pendeta yang merupakan sepupu dari Mr. Bennet. Mr. Collins adalah orang yang akan mewarisi harta Mr. Bennet ketika dia meninggal kelak, karena Mr. Bennet tidak memiliki anak laki-laki. Setiap kali berbicara selalu bertele-tele dan menyelipkan kotbah. Pernah melamar Lizzy, namun ditolak.

Charlotte Lucas → Anak Lady Lucas, tetangga keluarga Bennet. Demi mengangkat derajat keluarganya, dia bersedia menikah dengan Mr. Collins. Sahabat dekat Lizzy.

Georgiana Darcy → Adik perempuan Mr. Darcy. Cenderung pemalu, tapi dia adalah gadis yang ramah dan menyenangkan.

Caroline Bingley → Saudari Mr. Bingley yang naksir Mr. Darcy.

Mrs. Hurst → Saudari Mr. Bingley yang menikah dengan Mr. Hurst.

Edward Gardiner → Adik dari Mrs. Bennet. 

Mrs. Gardiner → Istri Edward Gardiner yang sangat menyayangi Jane dan Lizzy.

Lady Catherine de Bourgh → Seorang wanita yang sangat terhormat di masanya, memiliki kedudukan sosial yang tinggi. Digambarkan sebagai wanita yang sangat cantik, akan tetapi arogan dan sombong. Lucunya di masa itu orang-orang malah mengagumi Lady Catherine. Membenci Lizzy karena dia berniat menikahkan anak perempuannya dengan Mr. Darcy.




Wah, banyak ya tokohnya?
Iya! Dan itu belum semua. Haha.

Pride and Prejudice ini mengisahkan tentang Lizzy dan Mr. Darcy. Lizzy merupakan anak dari seorang keluarga biasa, sementara Mr. Darcy merupakan keturunan darah biru yang tentunya memiliki kekayaan yang luar biasa. Sayangnya Mr. Darcy ini angkuh, jadi pada awal pertemuan mereka saja, Lizzy sudah tidak menyukainya. Membencinya malah!

Sementara itu di mata Mr. Darcy, Lizzy sama sekali nggak ada cantik-cantiknya, anggun pun nggak. Jadi yah, dia sama sekali nggak tertarik. Tapi saat Lizzy bicara, Mr. Darcy 'agak' tertarik dengan cara pikirnya yang berbeda dengan gadis-gadis lain. Juga, di saat gadis-gadis lain memujanya, berlomba-lomba untuk menarik perhatiannya, Lizzy malah muak dengannya.

Kisah dalam buku ini nggak cuma tentang Lizzy dan Mr. Darcy aja, ada kisah antara Jane-Bingley, Lydia-Wickham, Charlotte-Mr. Collins. Tapi masih berkutat di seputaran keluarga Bennet aja sih, nggak sampai melebar-lebar.

Buku ini aku beli sekitar akhir 2016 lalu, langsung dibaca sih sebenarnya, tapi belum sampai sepuluh halaman aku nyerah. Aku nggak telaten karena dari awal aja udah ketahuan kalau alurnya lambat banget, lebih-lebih tata krama serta cara bertutur di abad itu benar-benar bikin aku nggak telaten.

Tapi bulan Januari lalu aku lihat kok ini buku kasihan banget ya, dibeli nggak dibaca, cuma dianggurin di lemari sampe kertasnya bercak-bercak kuning, sedih aja gitu lihatnya. So, dengan tekat yang kuat aku masukin buku ini dalam Januari reading list-ku, yang artinya apa pun yang terjadi kudu kelar dibaca sebelum Januari berakhir. Selain itu aku juga didorong oleh rasa penasaran, yang katanya buku ini adalah buku roman terpopuler sepanjang masa. Aku kepo dong, kok bisa jadi populer sih?! 

Rasa bosan terus-terusan menyertai selama membaca, tapi aku nekat aja. Aku bikin semacam ketentuan, kalau sampai 30% aku masih nggak klik, terpaksa aku taruh. Eh, ternyata aku tertarik. Haha.... Baca buku ini seperti baca sejarah, wkwk. Di balik alurnya yang lambat dan cara ngomongnya yang bertele-tele, ada sisi positifnya loh. Penggambaran suasana dan tempatnya jelas banget, jadi memang waktu baca aku nggak susah bayangiinya, malah berasa balik ke Inggris di tahun 1800-an. Meski aku sering ngulang-ulang baca karena kadang nggak ngeh sama humor dan sarkasmenya, juga ngomongnya berasa muter-muter sampe mumet bener dah! Pokoknya tutur katanya dibuat sehalus mungkin sekalipun kita sedang memaki, tapi lawan bicara kita juga harus bisa menangkap sarkasme atau humor kita sekalipun itu diutarakan dengan bahasa yang halus.

Mumet, kan?
SAMA!
Wkwkwkwk....

Padahal kalau sekarang kita mau memaki juga langsung aja, nggak usah mbulet sampe berasa baca cerpen. Padahal intinya cuma, 'Kamu kurang ajar!'

Setelah benar-benar tenggelam dalam ceritanya, aku akhirnya tahu kenapa buku ini populer banget, bahkan selama lebih dari dua abad. Di masa itu mungkin yang sedang populer adalah cerita mengenai tragedi, seperti Romeo and Juliet. Tapi Jane Austen seperti menemukan 'ide baru' yang keluar dari kebanyakan cerita di abad itu. Benci jadi cinta yang mungkin pada masa itu belum terlalu populer, juga karakter Lizzy yang memang terkesan 'tidak seharusnya' di masa itu.

Kalau bagi aku sendiri sih, buku ini lebih menarik dari sisi wawasannya daripada kisah cintanya, wkwk. Aku jadi dapat gambaran jelas mengenai Inggris di abad 18. Tapi aku nggak memungkiri kalau Mr. Darcy juga bikin gemez, haha. Awal-awal biasa aja sih, tapi lama-lama aku penasaran sama Mr. Darcy. Sarkasmenya bikin kezel, tapi perbuatannya bikin luluh.

Yah, mungkin itu aja sih kesan-kesan dariku. Soalnya kalau soal cerita jauh banget kalau dibandingkan dengan buku-buku jaman sekarang. Konflik buku ini lebih ke harta dan kedudukan, yang pada masa itu benar-benar jadi nomor satu. Btw aku berencana nonton filmnya meski beberapa temen bilang: "Awas ketiduran!"



No comments:

Post a Comment