July 04, 2019

[Book Review] Represi - Fakhrisina Amalia

Judul: Represi
Penulis: Fakhrisina Amalia
Genre: Young Adult (15+)
Bahasa: Indonesia
Tebal: 264 halaman
Rilis: 24 September 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020611945, 9786020611952 (Digital)
Harga: IDR. 68.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja.

Meski tidak terlalu dekat dengan ayahnya, gadis itu punya seorang ibu dan para sahabat yang setia. Sejak SMA, para sahabatnya yang mendampingi Anna, memahami gadis itu melebihi dirinya sendiri.

Namun, keadaan berubah ketika Anna mulai menjauh dari para sahabatnya. Bukan hanya itu, hubungan Anna dengan ibunya pun memburuk. Anna semakin hari menjadi sosok yang semakin asing. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Anna, hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang ternyata penuh luka.

*

Sekali seumur hidup, pernahkah kalian ngerasa pengin mati? AKU PERNAH!

Ini aku harus tersentuh atau malah misuh-misuh ya enaknya? Hehe.... Yah, karena waktu baca buku ini pikirannku kayak split in two.

Ada dua sudut pandang yang langsung timbul ketika membaca buku ini. Pertama, sudut pandang sebagai Anna yang memang ngerasa hidupnya lebih baik berakhir. Kedua, sudut pandang sebagai orang lain yang menganggap tindakan Anna ini bodoh dan impulsif. Terus terang buku ini memberikan sensasi tersendiri waktu dibaca, auranya pekat dan kelam. Bener-bener berasa dark banget pokoknya.

Sesuai judulnya, Represi di sini lebih condong ke arah tertekan/terkekang. Anna yang memiliki luka ketika masih kecil, serta kedua orangtua yang terkesan 'mendikte' membuatnya merasa terkekang karena tidak diizinkan untuk membuat pilihan sendiri. Sampai di satu titik, ketika dia hendak masuk kuliah, dia bersikeras mempertahankan pilihannya untuk masuk jurusan DKV. Tapi sebenarnya di sisi lain Anna memiliki sahabat-sahabat yang sayang banget sama dia, bahkan ketika Anna berada di titik terendah pun, sahabat-sahabatnya nggak pernah meninggalkannya. I'm so impressed with them—Hani, Nika, Ouji, dan Saka.

Sky adalah alasan kenapa Anna ingin bunuh diri. Jujur keberadaan Sky bikin emosi jiwa waktu baca. Sky kesannya sok ngatur banget, ngelarang Anna buat ngelakuin ini dan itu, termasuk ngejauhin sahabat-sahabatnya—bahkan mimpinya. Fakk bangetlah cowok model gini. Awalnya bilang cinta, sayang, mau menerima apa adanya. Terus ujung-ujungnya dengan gampang menjadikan luka di masa lalu Anna sebagai senjata untuk putus sama Anna. Fakk banget kan ya?!!! Tapi kalo berada di posisi Anna, bisa jadi nggak segampang itu ngatain Sky ini brengsek. Sebab bagi Anna, Sky itu ngasih semua perhatian dan kasih sayang yang nggak pernah Anna dapat dari ayahnya. Fyi, ayahnya Anna ini jarang di rumah, kerja mulu ke luar kota—atau ke luar planet sekalian sana. Sikapnya sama Anna bisa dibilang dingin, sementara Anna sebagai anak cewek pastilah pengin dipeluk, dipuji, dll. Nah, ayahnya ini menuntut Anna buat jadi anak yang kuat, nggak cengeng, dll. Anna udah ngelakuin itu dan tanggapan ayahnya 'anyep'. Makanya, waktu ketemu Sky, Anna langsung jadi bucinnya. Bodoh sih, karena menurutku harusnya pikiran Anna nggak secetek itu. Tapi lagi-lagi, kalo posisi kita sebagai Anna, apa iya kita bisa memilih hal yang sebaliknya? Aku rasa sulit.

Selain itu dalam buku ini kita juga diajak untuk memahami Anna. Apa yang dia alami dan seperti apa pola pikirnya. Aku nggak bilang jadi Anna itu mudah, sulit loh, serius! Ada satu ketika aku terenyuh banget dengan Anna, namun ada juga saat-saat aku ngerasa kalo Anna itu berpikiran pendek. Harusnya dengan adanya sahabat-sahabat yang mengelilinginya, Anna nggak dengan mudah menjadikan kurangnya perhatian sang ayah sebagai alasan dia takut kehilangan Sky—yang sampai-sampai mau melakukan apa pun yang Sky minta. Soal luka di masa lalu Anna, well, itu nggak bisa di apa-apain.

Yang bikin aku salut adalah usaha keras Anna untuk berhadapan dengan semua luka-lukanya. Bagi seseorang yang terbiasa menyimpan semua luka seorang diri, mengekspresikannya akan menjadi sesuatu yang sangat sukar. Butuh dorongan yang kuat, nggak lupa juga dukungan.

Ditulis dengan sudut pandang orang ketiga, buku ini enak dibaca, meski ada TAPI-nya.... Jadi gini, aku ngerasa kalimat yang dipakai boros alias mubazir. Berasa lelet banget gitu pas bacanya, ehm, gimana ya, berasa agak mbulet gitu. Mungkin maksud penulisnya adalah agar pembaca mendapatkan feel yang dramatis, but sorry to say, di aku malah terkesan boros. Untuk kovernya sendiri cukup menarik ya, dan setelah aku baca, kovernya memang Anna banget.

Kesimpulannya buku ini cocok dibaca kalo pas hati dan pikiran sedang lapang. Ceritanya sendiri sebenernya nggak berat kok, yang bikin terasa berat adalah eksekusinya, karena kita bener-bener diajak untuk menyelami diri Anna secara psikologis—di sini melibatkan psikolog bernama Nabila yang perannya sangat besar bagi Anna untuk menghadapi ketakutan serta dorongan kuat untuk bunuh diri. Kalo baca buku ini pelan-pelan aja, nggak usah keburu-buru. Nikmati, ikuti alur emosinya. Ada saatnya kita dibikin terenyuh, ada juga saatnya kita misuh-misuh. Oh ya, jangan ngarep ada sesuatu yang kocak dari buku ini. Nggak ada! Yang ada seriusan bikin kamu ikutan depresi. Haha!

P. S. Sorry kalo lancang, di blurb tulisannya 'Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja'. Phewww, baik dari mana btw? Bukannya dari kecil dia udah nggak baik-baik aja? Kurang kasih sayang ayah, terus ada peristiwa itu.... Apanya yang baik-baik ajaaa?

*


Q u o t e s :

"Kita semua nggak tahu rasanya jatuh cinta dan sakit sebelum mengalaminya sendiri, Anna." [Nabila] - h. 77
"Dan untuk bisa menerima, pada awalnya kamu harus bercerita. Bercerita membuat kamu mengakui bahwa itu terjadi." [Nabila] - h. 80
"Hubungan dua orang nggak cuma tentang menyenangkan hati orang lain tanpa memedulikan diri sendiri." [Saka] - h. 133
"Semua orang membuat kesalahan, dan hampir semua orang pernah membuat kesalahan besar. Kewajiban kita adalah meminta maaf." [Nabila] - h. 147
"Kekuatan terbesar sering kali datang ketika kita sudah memaafkan dan menerima diri kita sendiri." [Nabila] - h. 200
"Kecemasan adalah sesuatu yang membuat dirimu bekerja keras dan menderita dua kali lipat." [Nabila] - h. 203

No comments:

Post a Comment