October 06, 2018

[Book Review] Rain Sound - Vachaa

Judul: Rain Sound
Penulis: Vachaa
Halaman: 250 halaman
Genre: Teenlit (13+)
Tahun: Juni, 2018
Penerbit: Roro Raya Sejahtera
ISBN: 9786025129087
Harga: IDR 73.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆




"Non, terkadang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak dapat kita ubah; sekeras apa pun kita berusaha." [Pak Bono] - h. 52


B l u r b :

Tahukah kamu, hujan turun karena awan tak sanggup lagi menahan air yang membebaninya?
Begitu juga alasan orang menangis karena tak sanggup lagi membendung emosi dan luka yang menyesaki hatinya.

Aku tak mungkin membenci hujan karena hanya dia yang paling mengerti kesedihanku.
Hujan menemaniku saat menangisi kepergianmu.
Menyembunyikan air mataku di balik derasnya.

Ketika perlahan derainya berubah jadi rintik-rintik gerimis, aku berjanji akan merelakanmu.
Aku menyangkal diri, tentu saja.
Bagaimana mungkin aku bisa melupakan begitu saja orang yang pernah membuatku teramat bahagia?


S t o r y l i n e :

Pertemuan Pelangi dan Gilang berawal pada saat turun hujan. Pelangi yang sangat membenci hujan tengah menendang-nendang bangku untuk menyamarkan suara hujan saat Gilang menghampirinya dan meminjaminya headphone.

Mereka mengobrol dan berbagi cerita. Ada alasan mengapa Gilang begitu menyukai hujan dan Pelangi begitu membenci hujan. Hubungan mereka berjalan layaknya dua remaja yang saling menyukai namun tidak memiliki kejelasan status. Sampai suatu hari, sebuah fakta yang terungkap membuat hubungan mereka tidak memiliki harapan.

"Menurut gue, takdir itu Tuhan yang nentuin. Itu semacam skenario yang Dia buat untuk kita--manusia--jalanin. Bagaimana kita menyikapi takdir, itu tergantung kita sendiri. Tapi bagaimanapun cara yang kita tempuh untuk 'merajut' takdir kita, gue rasa itu juga bagian dari skenario Tuhan." [Gilang] - h. 59




K a r a k t e r :

Gilang → Cowok yang suka nongkrong di rooftop sekolah. Tergabung dalam tim basket tapi malas latihan. Gilang sangat menyukai hujan. As a guy, he is too ordinary a.k.a nothing special with his character.

Pelangi → Kebalikan dengan Gilang, Pelangi ini sangat membenci hujan. Lumayan banyak omong alias cerewet, tapi cukup menyenangkan kok. Ah, iya! Pelangi ini cengeng, dikit-dikit nangis.

Nando → Sohib Gilang yang suka mainin perasaan cewek. Nando dan Pelangi ini bak kucing dan tikus, hampir-hampir nggak pernah akur kalau ketemu.




Saat mengetahui plot twist novel ini, aku langsung keinget sama sebuah novel yang kubaca bulan lalu. Baik twist dan endingnya bisa dibilang mirip. Namun bukan berarti sama lho!
Hanya butuh beberapa jam untuk menyelesaikan novel ini. Ceritanya ringan ala-ala anak SMA, dialognya fresh, penulisannya juga rapi. Setting tempat dan konflik ala remaja yang nggak jauh-jauh dari taksir-menaksir sampai cemburu menghidupkan suasana dalam buku ini, yah meski ada beberapa scene yang cheesy. Ngakak berat itu waktu baca gombalannya Dito pas nembak Pelangi, sumpah itu anak bisa banget gombalnya. Terus ada juga sisipan soal konflik keluarga yang menjadi malapetaka untuk hubungan Gilang dan Pelangi. Karena ketidakterbukaan orangtua mereka, Pelangi dan Gilang yang menanggung sakit.


↠↠↠↠↠Nih, bocoran gombalannya si Dito↠↠↠↠↠
"Kamu tahu kenapa aku ngirim 999 gambar hati buat kamu?" Tanpa menunggu untuk dijawab, Dito melanjutkan, "Mereka aku kirim buat nemenin hati ke-1000 yang udah kamu bawa sejak pertama kali kita ketemu." [Dito] - h. 111


Oh ya, ada sesuatu yang butuh dikoreksi:
[- h. 12] → "Pelangi, Kamu sudah lima belas tahun. Kamu sudah dewasa."
Wah, aku kurang setuju kalau lima belas tahun disebut sudah dewasa. Anak usia segitu masih labil dan wajarlah kalau manja, masih masa puber, kan? Mungkin lebih tepat kalau diganti dengan 'Kamu sudah besar.'






Aku nggak punya karakter favorit di sini. Semua tokohnya terbilang remaja yang ordinary, tapi malah di sinilah letak 'nyawa' buku ini. Karena sesuai dengan sifat remaja pada umumnya.

"Kadang kita harus merelakan orang yang kita sayang untuk bahagia--meski kebahagiaannya itu bukan kita, Nak." [Ayah Pelangi] - h. 211

Jadi kesimpulannya buku ini cocok dibaca buat selingan bagi kalian yang penat baca buku-buku berat. Secara garis besar buku ini ringan untuk dibaca, twist-nya cukup oke juga meski sebetulnya konfliknya masih bisa digali lagi. Pokoknya terima kasih sudah membawaku kembali ke masa-masa SMA meski hanya sejenakšŸ˜˜

Mereka punya cerita di bawah langit berhujan, yang mempertemukan mereka, dan yang memisahkan mereka. - h. 245

No comments:

Post a Comment