March 12, 2019

[Book Review] Nagra & Aru - Inggrid Sonya & Jenny Thalia

Judul: Nagra & Aru
Penulis: Inggrid Sonya & Jenny Thalia
Genre: Novel Remaja (15+)
Halaman: 360 halaman
Tahun: 2019
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020620961, 9786020620978 (Digital)
Harga: IDR. 92.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

"Gue jadi saksi pertama Aru nembak Nagra. Temen gue itu emang cewek nggak tahu malu. Udah ditolak Nagra, masih maju terus."
Fera, teman pertama Aru di SMA Grafika.

"Ngeliat Nagra kayak lagi alergi tiap ada Aru tuh hal biasa. Sampai Nagra akhirnya kebal tiap kali Aru ngegombalin dia!"
Leon, salah satu Gerombolan Boros yang suka kongkow bareng Nagra.

Aru seneng banget bisa sekelas dengan Nagra, cowok jangkung yang mencuri hatinya sejak MOS. Serangan gencar Aru ke Nagra sudah dengan berbagai cara: drama Korea, Webtoon, dan rayuan alay. Sayangnya, Nagra tetap cuek. Cowok itu hanya menganggap Aru teman sekelas, bahkan kadang merasa terganggu dengan kehadiran cewek boncel itu.

Tapi, biasanya kan dua kutub yang bertolak belakang bakal tarik-menarik. Nagra dan Aru mungkin nggak ya kayak begitu?

K a r a k t e r :

Aru → Cewek selebor yang naksir berat sama Nagra. Demen banget baca Webtoon dan nonton drakor. Kerjaannya ngecengin Nagra di mana pun, entah di kelas, di lapangan futsal, pokoknya di mana aja deh.

Nagra → Cowok yang kata Aru kenakalannya masih dalam batas wajar ini udah kebal sama sikap Aru yang selalu ngecengin dia. Ada alasan kenapa dia sama sekali nggak pacaran juga, padahal cewek yang dimodusin banyak.

Igo → Pentolan SMA Grafika. Berandal yang sebenarnya cuma terjebak dalam dunia hitam karena frustrasi—keluarganya nggak pernah peduli. Bersahabat baik dengan Nagra meski sempat musuhan.

Wulan → Cinta pertama Nagra yang ngilang selama dua tahun sebelum akhirnya muncul kembali di SMA Grafika.


♥♥♥

Yah, seperti gelarnya, buku ini memang bener-bener receh. Dari segi cerita sebetulnya juga simpel. Dimulai dari Aru yang nguber-nguber Nagra, terus Nagra yang ngerasa udah memiliki Wulan menyuruhnya untuk berhenti. Di saat Aru patah hati, muncul Igo, cowok berandal yang rupanya memiliki luka tersendiri. Aru dan Igo awalnya cuma dekat buat simulasi Aru dalam mendekati Nagra, tapi setelah ditolak, mereka malah saling bersandar. Nagra yang melihat itu cuek-cuek aja, dia udah punya Wulan, kan? Tapi perasannya nggak bisa bohong, bahkan Wulan pun tahu kalau setiap kali Nagra ngomongin Aru, Nagra kelihatan seneng banget.

Plot semacam ini udah biasa ditemui di novel-novel teenlit, tapi yang buat novel ini berbeda adalah recehnya itu lho! Sumpah receh banget, dari obrolan sampai guyonannya super receh. Jadi memang kelebihan buku ini terletak di recehnya, bikin yang baca nggak ngantuk.

Gaya bahasa yang dipakai, sekali lagi, receh banget. Kalimat-kalimatnnya nggak puitis-puitis gitu, tapi ngena. Nggak perlu puitis kan, buat bikin baper?

Masa-masa SMA mereka dikemas dengan receh dan seru sih, unsur-unsurnya pas. Ada manisnya, asemnya, pedihnya.... Bagiku semua itu pas di buku ini. Tapi sayangnya waktu mereka udah lulus, kuliah, kemudian kerja, aku kurang menikmati part itu. Padahal masih receh juga. Entahlah, aku ngerasa ada sesuatu yang nggak pas gitu aja sih. Untungnya ada sisi menyenangkannya, yaitu ketika mereka behasil meraih impian masing-masing. Siapa yang nyangka sih waktu SMA-nya mereka gitu, tapi bener-bener gigih sama impiannya. Salut gue.

Overall buku ini nyenengin untuk dibaca, bisa ngakak, nyengir, dan kadang-kadang baper.

Lalu, ngomong-ngomong soal karakter favorit, aku kepelet sama Igo. Hm, bukan hal baru lagi buat aku kepincut sama second lead male, haha.... Bukannya aku nggak suka Nagra sih, tapi bagiku Igo lebih memberikan kesan aja di aku.

Am I recomending this book?
Hell, YES! Kali aja ada yang mau mengenang masa putih abu-abu, ciye....



Q u o t e s :

"Dia berhak melihat dunia sebelum berlabuh ke dunia dia sebenarnya." [Aru] - h. 27
Gue bisa bercanda soal apa pun, kecuali agama. Gue udah kebanyakan dosa. Masa iya gue mau nambah dosa-dosa nggak penting dengan mengentengkan Tuhan gue sendiri? [Nagra] - h. 46
"Gue emang nakal, Neng. Tapi gue nggak pernah nakalin cewek. Jangan kayak kebanyakan, Ra, terlalu sering berprasangka sampai hidup dengan prasangka itu sendiri." [Igo] - h. 70
"Tiap orang emang punya pilihan. Lo mungkin milih mau hidup lebih lama, tapi orang lain mau mati lebih cepet." [Igo] - h. 88
Selama ini aku berpikir aku menyukai Nagra bagaimanapun kondisinya. Aku selalu melarang diriku sendiri untuk galau dan baper berkepanjangan. Tapi kadang-kadang... aku merasa kalau semua ini melelahkan. [Aru] - h. 89-90
"Berhenti, Ru. Nggak ada rasa suka yang cuma nyiksa diri sendiri." [Nagra] - h. 106
"Kalo mau ngadepin psikopat, ya harus jadi psikopat jugalah." [Nagra] - h. 111
"Disakitin kok terbiasa sih, Go? Gimana caranya biar kita terbiasa?" [Aru] - h. 124
"Ya, jangan cari cara supaya terbiasa disakiti, Ra. Kita cuma perlu cari cara buat tetap bertahan sesering apa pun kita disakitin. Manusia sering kali cari hal-hal besar buat mengubah dunia, buat mengubah diri sendiri. Tapi sebenernya kita cuma butuh hal-hal kecil buat bertahan di dunia ini." [Igo] - h. 124
"Gue lebih milih denger pemikiran absurd lo dibanding denger ketawa lo yang terpaksa." [Igo} - h. 125
"Bersandar aja, Ra. Bersandar itu nggak harus nunggu lo lemah dan nggak harus nunggu gue kuat. Siapa tahu dengan bersandar kita jadi sama-sama kuat." [Igo] - h. 125
Gue diem. Bukan karena nggak ada kata yang harus disampaikan lagi, tapi lebih karena kecewa dengan apa yang baru aja gue dengar. [Nagra] - h. 150
Buat apa aku menyukai seseorang yang dengan tegas menyuruhku berhenti menyukainya? [Aru] - h. 158
"Rasa kasihan itu termasuk emosi, Go!. Emang kenapa kalau gue kasihan sama lo? Kasihan itu bukan berarti meremehkan, tapi peduli! Emang dosa dikasihani orang?" [Aru] - h. 205
Ngeliat Aru yang udah sesantai ini waktu ngomong sama gue, membuat gue yakin kalo udah nggak ada lagi gue di hidupnya. [Nagra] - h. 234
"Gue seneng kerja jantung lo udah seirama dengan jantung gue." [Igo} - h. 253
"Kenapa kita nggak pernah ketemu di satu jalan yang sama ya, Ru?" [Nagra] - h. 298
Kata orang, kalau ada mantan yang masih bisa berteman, hanya ada dua kemungkinan; mereka masih saling mencintai atau mereka selama ini tidak pernah benar-benar saling mencintai. [Aru] - h. 310
Yah, ketika seseorang pergi, hal-hal kecil pun selalu berhasil mengingatkan kita pada orang tersebut. [Nagra] - h. 314
Mungkin benar, aku suka dia habis-habisan sampai babak belur, kemudian berusaha sembuh, tapi lebam itu masih ada. Dan tidak akan bisa sembuh karena perasaan itu bahkan setelah dihancurkan berkai-kali—masih tetap ada. [Aru] - h. 320

No comments:

Post a Comment