June 25, 2019

[Book Review] Fallega - Dana Fazaira

Judul: Fallega
Penulis: Dana Fazaira
Genre: Novel Remaja (17+)
Bahasa: Indonesia
Tebal: 336 halaman
Rilis: 29 Oktober 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020618326
Harga: IDR. 85.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★★☆


B l u r b :

Fallega Dinata kembali ke Jakarta!

Setelah diasingkan karena dianggap mencoreng nama baik keluarga, cewek itu kembali sebagai mahasiswi tomboi yang disegani para mahasiswa. Semua orang yang mengenalnya tidak percaya dengan penampilan Fal yang berubah 180 derajat. Mereka tambah gempar karena Fal mengaku hilang ingatan.

Apa iya Fal hilang ingatan karena insiden beberapa tahun lalu? Sayangnya, itu hanya rumor yang cewek itu ciptakan sendiri. Mana mungkin dia amnesia setelah dihunjam dengan pengkhianatan dan rasa sakit hati yang begitu mendalam? Fal kembali untuk membuat perhitungan dengan mereka yang sudah membuat hidupnya hancur. Rumor itu Fal sebar agar dia bisa menjalankan rencana balas dendam yang sudah dia siapkan matang-matang.

Dalam menjalankan rencana itu, Fal bertemu dengan Rani dan Awi, dua sosok polos yang mengajarkannya berbagai kebaikan. Dia juga mesti berhadapan dengan Aji—cinta masa lalu—yang sudah mengkhianatinya.

Setelah rencana dijalankan dengan begitu rapi, haruskah dia mundur setelah tahu bahwa masih ada ketulusan dan rasa penyesalan dari orang-orang itu? Lantas, bagaimana jika sesungguhnya Fal masih mengharapkan cinta tulus dari Aji?



*

FAKK! BUKU MACAM APA INIII?
SUMPAH DARI AWAL SAMPAI AKHIR SERIUS MULU BAWAANNYA!!!!

*tarik napas*

Oke, mari kita bahas buku yang baru aja aku kelarin cuma dalam semalam ini. Tadinya aku cuma iseng baca buku ini. Pas scroll-scroll di GD aku ketemu buku yang kovernya pink, cakep deh, auto pencet download. Kalo ditanya apa sebelumnya aku tahu buku ini, aku jawab tahu. Karena beberapa teman bookstagram emang udah pernah bikin ulasan mengenai buku ini—dan jujur ketika itu aku berencana beli. Tapi ayolah, berhubung wishlist banyak, jadi yah ... u know lah.

Dari blurb-nya siapa pun mengira kalo isinya pasti seputaran balas dendam. Emang iya! Tapi tak sesederhana itu, Ferguso! Intinya memang balas dendam, tapi apa iya semua itu bisa berjalan lancar kalo hati nurani masih hidup?

Fal kembali ke Jakarta memang untuk membuat perhitungan dengan orang-orang yang dulu pernah menyakiti dan menghancurkannya. Orang-orang yang menyakitinya itu bukan orang asing loh, melainkan sahabat dan pacarnya sendiri. Dari halaman pertama, aku berusaha untuk memosisikan diri sebagai Fal, sosok lembut yang saking tersakitinya, berubah menjadi sekeras batu karang. Tak hanya itu, Fal yang dulunya feminin berputar haluan menjadi tomboi. Semua rencana balas dendam yang Fal susun berjalan dengan sebagaimana mestinya. Namun di akhir, perasaan lega tak kunjung datang. Malahan Fal merasa bersalah.

Alur cerita dan konfliknya padat, nggak santai banget sumpah.  Seperti novel YA pada umumnya, pacar, sahabat, dan keluarga sudah menjadi komposisi wajib. Namun rencana balas dendam yang Fal susun dengan sangat rapi bikin buku ini punya citarasa tersendiri. Plot twist-nya cukup oke karena aku sempat ber-oh-oh ria waktu baca. Cuma tokohnya yang lumayan banyak bikin aku agak kesulitan untuk mendalaminya, soalnya masing-masing tokohnya hampir serupa—terutama mengenai sifat, sementara fisiknya nggak dijelasin secara gamblang.

Kisah Fal, Aji, dan kawan-kawan di sini memberi kita pelajaran untuk nggak menyimpan dendam, lalu bagaimana caranya memaafkan. Terus, ada baiknya tenangin emosi dulu sebelum mengambil keputusan, biar nggak salah paham. Karena di sini kesalahpahaman antara Fal dan Aji menjadi salah satu pemicu yang bikin dendam di hati Fal membara. Percayalah, dendam nggak akan membuat kamu puas!

Penulisan serta diksinya cukup masuk di aku. Waktu baca jujur aku nggak terlalu merhatiin tulisan, dll gegara terlalu fokus sama ceritanya. Meski aku sempat nemu typo dan salah nama. Tapi oke kok, masih termaafkan.

Dan endingnya...?
Kampret gilak!
Di awal-awal aku terhanyut dengan dendamnya Fal, eh ujung-ujungnya aku dibikin mewek.

Kalo diibaratkan drakor, ini tuh kayak Moon Lovers yang di awal aja konfliknya udah terbangun. Terus selama jalan cerita sampai akhir, ada aja yang terjadi sampai berasa susah napas.

Weits, bukan berarti buku ini nggak ada kelemahannya. Adegan yang sepotong-potong alias perpindahan yang cepat membuat aku nggak nyaman. Itu juga yang bikin aku baru bisa memahami satu per satu karakter tokohnya waktu pas udah sampai pertengahan.

Kesimpulannya buku ini punya alur cerita dan konflik yang menarik. Padat alias nggak santai yang dengan mudah bikin kamu terhanyut. Aku rekomen buku ini buat kalian yang suka baca cerita-cerita nyesek dan keraddd.

Q u o t e s :

"Tapi manusia selalu punya kesempatan kedua. Nggak ada istilah terlambat untuk berubah." [Eyang Wibbi] - h. 22
"Lo yang main pedang dan lo yang luka karenanya." [Fal] - h. 221
"Manusia perlu waktu untuk berubah, termasuk gue.... [Aji] - h. 221
"Dan yang diperlukan manusia untuk berubah itu waktu." [Rani] -h. 223
Beginilah ego kalau sudah membakar habis hati—beginilah kalau membenci seseorang. Yang sakit bukan orang yang dibenci, melainkan diri kita sendiri. - h. 223

No comments:

Post a Comment