January 20, 2020

[Book Review] Memoar Marla - Safira Hapsari

Judul: Memoar Marla
Penulis: Safira Hapsari
Genre: Literature (17+)
Rilis: 11 November, 2019
Tebal: 400 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786230009334
Harga: IDR 90.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★½


B l u r b :

Marla Wijaya bunuh diri di acara Prom Night!

Lima tahun setelah kejadian tersebut, sepucuk surat teror tanpa nama mampir di kotak pos Claudia. Bersamaan dengan itu, undangan di grup WhatsApp SMA untuk menghadiri peringatan lima tahun kematian Marla muncul.
Claudia dipaksa kembali mengenang memorinya bersama Marla yang sudah lama dia tutup rapat.
Marla bukan teman dekatnya di sekolah, tetapi sehari sebelum kematian gadis itu, Claudia mengabaikannya.

Rasa bersalah kembali menghantuinya. Dibantu kedua sahabatnya, Kenzo dan Alva, Claudia berusaha mengungkap siapa sosok yang telah menerornya selama ini sebelum hari peringatan itu tiba. Berbagai nama dari masa SMA mereka muncul sebagai tersangka, dan fakta-fakta yang muncul membuatnya mulai mempertanyakan apa surat-surat itu benar-benar dikirim oleh perempuan yang sudah mati, atau...
Apa semua ini memang salahnya?

*

Dapat surat dari orang yang udah mati? Wow, nggak kebayang deh gimana rasanya. Pastinya serem banget.

Jadi seperti yang udah dijabarkan di blurb-nya, buku ini menceritakan seorang gadis bernama Claudia yang diteror oleh surat yang dikirimkan oleh Marla, teman semasa SMA-nya dulu yang sudah meninggal. Hal ini yang menarik perhatianku untuk membaca buku ini. Meski aku dari awal sebenarnya juga tahu kalau pelakunya bukan hantu, tapi 100% manusia. Aku penasaran bagaimana penulis mengeksekusi plot semacam ini.

Pada dasarnya pencarian si pelaku berhasil bikin aku penasaran, menebak-nebak siapa yang mengirimkan surat kepada Claudia. Penulis menyuguhkan beberapa kandidat yang sekiranya berpotensi menjadi pelaku teror. Cukup menarik, bukan? Twist yang disuguhkan di akhir cerita juga lumayan, meski bagi aku terkesan terlalu 'sinetron'. Entahlah, aku kurang suka eksekusi akhirnya di mana Claudia diculik oleh pelaku, disekap, dan hendak dibunuh.

Karakter Marla yang sudah meninggal direprentasikan melalui buku hariannya. Sebenarnya Claudia dan Marla itu nggak bisa dibilang teman. Namun kepribadian Marla yang terlampau 'kesepian' menganggap Claudia adalah sahabatnya, padahal Claudia dan Marla hampir-hampir nggak pernah berinteraksi. Ini tuh semacam persahabatan yang bertepuk sebelah tangan.

Nggak cuma menyuguhkan cerita detektif-detektifan aja, buku ini juga menyuguhkan sebuah kisah cinta segitiga antara Claudia, Alva, dan Kenzo. Claudia pikir—dan yang dia kehendaki, mereka bertiga akan bersahabat selamanya. Claudia tidak mau menyakiti atau kehilangan salah satunya, maka yang selama ini dia lakukan adalah menepis benih-benih cinta yang dirasakannya kepada salah seorang sahabatnya.

Memoar Marla ini adalah cerita perpaduan dari detektif-detektifan dengan cinta segitiga. Cara penulis meramunya bisa dibilang sudah rapi, gaya penulisannya pun enak untuk dinikmati. Setting tempatnya membuat kita sejenak keluar dari kepadatan Jakarta dan membayangkan hidup di sebuah pedesaan yang masih hijau dan berudara segar. Damai aja gitu rasanya. Penulis juga bisa membangun karakter para tokoh utamanya. Mulai dari Marla, Claudia, Alva, Kenzo, bahkan Jessica. Mereka memiliki karakter yang nyata dan konsekuen dari awal hingga akhir cerita.

Q u o t e s :

"Apa yang terjadi pada Marla adalah tragedi, sebuah pelajaran untuk kita semua. Tapi nggak lantas kita menyalahkan diri terus-terusan karena itu. Kita masih hidup, kita masih terus berjalan maju." [Kenzo] - h. 68
"Kita nggak bisa selamanya selalu bertiga. Tapi bukan berarti persahabatan kita akan hancur karena kamu mengakui perasaan kamu yang sebenarnya." [Alva] - h. 207 
Ini alasan aku benci bertengkar dengan sahabat-sahabatku, karena rasanya sangat menyiksa dan membuatku merana. [Claudia] - h. 211 
Persahabatan kami mungkin tidak akan lagi sama, tetapi aku senang setidaknya mereka berdua selalu ada untukku. [Claudia] - h. 233 

No comments:

Post a Comment