January 04, 2020

[Book Review] Dia - Nonier

Judul: Dia
Penulis: Nonier
Genre: Young Adult
Rilis: 9 Desember, 2019
Tebal: 280 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020635446
Harga: IDR 75.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★☆☆


B l u r b :

Denia sudah naksir Janu bertahun-tahun lamanya, tapi di depan Janu, Denia berusaha bersikap senormal mungkin. Sayangnya, Janu yang masih terhitung kerabat itu menganggap Denia sebagai adik. Maka saat mengetahui Janu akan bertunangan dengan Sasa, jantung Denia serasa mau copot.

Dalam perjalanan menuju Jakarta, Denia bertemu Saka, si cowok nyebelin, judes, nggak peka, walaupun sebenarnya ganteng kalau mau senyum. Dan kebetulan banget, sepupu Saka yang jadi fotografer di acara pertunangan Janu-Sasa. Kekecewaan Denia terbaca jelas lewat foto-foto yang tertangkap kamera fotografer.

Sejak itu, ada saja tingkah semesta yang bikin Denia harus berurusan dengan Saka. Sampai suatu saat, Saka menawarkan ide gila untuk menjadikan Denia pacarnya. Katanya sih supaya Denia bisa ngelupain Janu. Tapi tiba-tiba Janu bertindak aneh dan overprotektif pada Denia.

Lalu, Denia harus bagaimana? Melakoni ide gila Saka, atau jujur pada perasaannya sendiri?

*

"Halo, semuanya. Kepada Pak Iskandar dan Bu Hesti, nama saya Saka dan saya jatuh cinta pada Denia. Mohon izin untuk jadian. Terima kasih."

Seriusan aku senyum-senyum sendiri baca itu. Receh sih, tapi gokil. Hehe.... Dari awal, aku udah klik sama Saka ketimbang Janu. Yah, Saka itu tipeku banget—dinginnya ngalah-ngalahin freezer dua pintu.

Jujur aku baru tahu kalau buku ini adalah terbitan ulang, jadi sebelum diterbitkan oleh GPU, udah terlebih dahulu diterbitkan sama Gagas Media. Aku belum baca versi Gagas, tapi kata teman-teman yang udah baca, katanya beda di bagian ending. Entahlah, yang pasti aku menikmati kisah Denia, Janu, dan Saka. Gaya bahasanya agak unik. Gimana ya, setengah baku gitu. Campuran antara baku dan bukan, jadi pas dibacanya nggak berasa kaku-kaku amat. Bagi aku yang orang Jawa Timur, rasanya 'dekat' banget.

Seringnya novel YA mengusung sebuah kisah yang bikin pembaca baper, tapi novel ini nggak. Malahan condong ke argumen. Pendalaman tokohnya lebih kentara melalui keseharian mereka masing-masing, jadi nggak kayak baca biodata orang. Ini yang bikin aku masuk banget sama ceritanya. Padahal tokohnya lumayan banyak, tapi aku nggak kesulitan untuk mengenali dan mengingatnya satu per satu.

Cinta antar saudara memang agak-agak gimana gitu ya. Tapi Denia dan Janu ini nggak sedarah, mereka saudara jauh. Sempat ada twist menjelang akhir cerita, cuma aku udah yakin kok ujung-ujungnya Denia sama siapa. Oh ya, meski aku suka sama Saka, aku lebih suka sama si Hantu Ubi. Seriusan deh, aku gemes banget ngebayangin punya adik model kayak Galih.

Kovernya eye catching. Warna pink gitu loh, hehe....

Kalau ditanya apa yang aku inginkan dari novel ini, aku pengin kisah masa lalunya Saka lebih digali. Ya emang sih, semua ini mengenai Denia. Cuma masa lalu Saka bikin orang penasaran setengah mampus. Saking menyakitkannya, malah bikin tambah penasaran. 

Satu hal yang sangat realistis di sini, yaitu move on dari orang yang dicintai itu nggak gampang. Butuh usaha keras dan waktu—juga air mata. Jadi aku sangat bisa terima kalau Denia dan Saka kesannya kucing-kucingan melulu. Percayalah, move on itu dari orang yang dicintai itu sama sulitnya dengan move on dari mi instan! 

Betewe, Adit di halaman 56 itu siapa sih?

Q u o t e s :

"Jadi orang kok suka membuat diri sendiri menderita." [Saka] - h. 102
"Sudah tahu percuma menunggu, masih aja diterusin. Milik orang nggak usah dipenginin." [Saka] - h. 118
"Jangan terlalu naif, menunggu yang nggak akan datang." [Saka] - h. 119
Tidak peduli apa yang dikatakan Saka tentang dia dan Janu, Denia akan tetap menikmati apa yang bisa dia nikmati. Kebersamaan yang tinggal menunggu waktu untuk berakhir. - h. 121
Menyerahlah, Denia. Mungkin hatimu akan pecah berkeping-keping, remuk tak berbentuk. Tapi apa kamu tidak tahu bahwa hati itu ajaib? Dia bisa pulih kembali, seperti semula. Mungkin akan meninggalkan bekas luka, tapi itu lebih baik daripada mati rasa. - h. 126-127
Hancurkanlah hatimu sekarang, Denia, agar kamu bisa bangkit lagi. Hidupmu terlalu berharga untuk disia-siakan. Patahkanlah hatimu, leburlah kenanganmu. Habiskanlah air matamu, menderitalah untuk hari ini saja. Besok, kamu bangkit dengan kepala tengadah dan mata bercahaya. Dunia tidak berhenti berputar hanya karena kamu putus cinta. - h. 127
Semua berasal dari rasa sesal. Segalanya mungkin saja berbeda bila Saka mengungkapkan apa yang ada di hati. Setidaknya tidak ada yang tertinggal dan mengakar di sana hingga membuatnya mati rasa. - h. 134-135
"Melakukan hal yang sia-sia hanya akan menyakitimu." [Saka] - h.  156
Rasa penasaran itu seoerti gatal, yang belum puas kalau belum digaruk. - h. 171 
"Kenapa menghancurkan sesuatu yang begitu indah untuk masa lalu yang nggak akan kembali?" [Denia] - h. 266 

2 comments:

  1. Halo, Sandra.
    Makasih udah baca DIA :). Makasih juga sudah mengulasnya. Btw, bikin endingnya itu pe-er banget dah.
    Semoga kamu suka juga bukuku yang lainnya.
    Salam hangat,
    Nonier

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak nonier, apakah ada rencana rilis novel baru? Aku penggemar novel2 mbak nonier, jatuh hati saat baca Sempurna, berlanjut ke Dia, Smash, dan Love Letter and Leuser... Dulu perjuangan bgt cari novel Dia dan Sempurna hehe

      Delete