May 31, 2018

[Book Review] Take Me for Granted - Nureesh Vhalega

Judul: Take Me for Granted
Penulis: Nureesh Vhalega
Halaman: 216 halaman
Genre: City Lite
Tahun: April, 2018
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN: 9786020457895
Rate: ★★★½


"Jangan sampai terlambat. Karena waktu nggak bisa diputar lagi dan hal paling menyakitkan selain lihat orang yang kita cintai mati adalah lihat dia bahagia sama orang lain." - h. 94

TMFG ini merupakan sebuah novel ringan dengan cerita yang manis, terutama tokoh utamanya, sweet banget nggak ketulungan. Cerita dibuka dengan Fathan yang melamar Ellya, kekasihnya selama tujuh tahun. Sayangnya Ellya memiliki luka yang membuatnya tidak bisa menerima lamaran Fathan meski dalam hatinya sangat mencintai Fathan.

"Pada dasarnya, aku suka apa pun yang jadi bagian dari kamu. Karena aku sayang kamu." - h. 119

Sepanjang aku baca ceritanya fine, cuma ada dua poin yang jadi koreksiku:
[spoiler]
Pertama: Karakter Ellya. Jujur menurutku El ini annoying banget. She is 25 years old but act like teenagers. Memang pada - h. 73 ada sebuah kalimat di narasi yang menegaskan kalau dia memang kekanakan. Tapi karena aku mikirnya buku ini ditujukan untuk pembaca usia 17+, serta jalan ceritanya yang udah menginjak dunia orang dewasa, karakter El yang kekanakan di sini berasa kurang pas.
Kedua: Alasan Ellya menggantungkan lamaran Fathan. Di sini disebutkan kalau El ini memiliki trauma terhadap pernikahan kedua orangtuanya. Apakah alasan ini bisa dipakai? Tentu saja bisa. Namun jika dibandingkan dengan konflik batin yang dialaminya, alasan ini berasa 'datar'. Trauma memang nggak bisa dianggap enteng, fyi: Me and El once on the same boat. Ingat, pertambahan usia dan kehidupan yang djalani itu mendewasakan seseorang. Nggak tau lagi kalau El misalnya dicekoki hal negatif selama hidupnya, tapi aku lihat di sini hidupnya baik-baik aja, bahkan dia berhasil mempertahankan hubungannya dengan Fathan selama TUJUH tahun. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat lho, nggak gampang mempertahankan hubungan selama itu. Mungkin kalau alasan El menolak Fathan itu karena pernah diperkosa atau sering melihat KDRT yang dilakukan ayahnya terhadap ibunya, itu pasti akan lebih 'terasa' konfliknya. Karena intinya di sini El takut menikah karena nggak percaya sama laki-laki, kan?


"Tapi, kita hidup dan hal-hal menyakitkan semacam itu nggak bisa dihindari." - h. 126

Untuk penokohan, tokoh-tokoh utama di sini sudah kuat. Termasuk El. Tokoh El ini sebenarnya kuat, tapi berasa 'salah tempat'. Gitu....

Untuk penulisan?
Nggak usah diragukan lagi kalau soal ini. Aku rasa Nui lebih menguasai penulisan daripada aku. Hehe.... Dan diksinya itu lho, aku suka banget.


"Hidup bahagia selamanya itu nggak ada, tapi bukan berarti kita nggak bisa bahagia." - h. 137

So, kesimpulannya buku ini sudah bagus, aku suka. Sebetulnya dua poin yang jadi koreksiku itu tadi nggak mengganggu jalannya cerita, hanya bagiku poin-poin itu membuat bobot konfliknya menurun. Oh ya, dari buku ini juga banyak pelajaran yang bisa kita petik. Tentang keluarga, pernikahan, persahabatan, dlsb. Am I recomending this book to you? Yes. If you like such a sweet story, put TMFG on your reading list.

Hidup yang mengajarkan kami bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk cinta. Cinta memang penuh risiko. Cinta bisa menyakiti, bahkan menghancurkan. Namun, karena penuh risiko, cinta itu pantas untuk diperjuangkan. - h. 154

No comments:

Post a Comment