May 24, 2018

[Book Review] Arial vs Helvetica - Nisa Rahmah

Judul: Arial vs Helvetica
Penulis: Nisa Rahmah
Halaman: 243 halaman
Genre: Teenlit
Penerbit: GPU
Tahun: 2018
ISBN: 9786020382630; 9786020382647 (Digital)
Rate: ★★★☆☆


"Nggak ada tutorial minta maaf selain mengakui kesalahan dan mengucapkannya dengan tulus. Serta janji pada diri sendiri untuk nggak mengulanginya." - h. 47

Kalau kalian mengharapkan sebuah cerita cinta monyet yang manis ala-ala hate to love antara Arial dan Helvetica, kalian nggak bakalan nemu. Sebetulnya tema yang diangkat cukup unik, yaitu mengibaratkan karakter seseorang sesuai dengan jenis font. Namun ketika membacanya, aku kok ngerasa kalau cerita ini nanggung banget, kayak nggak bisa fokus ke satu titik gitu ceritanya.

Di sini diceritakan kalau Arial (Arial ya, bukan Ariel NOAH, wkwk) bertemu kembali dengan Helvy setelah tiga tahun. Mereka sebelumnya pernah bertemu di ajang cerdas cermat fisika tingkat SMP, mereka berdua ini rival ya. Lalu terjadi sebuah insiden yang menyebabkan Helvy terluka dan akhirnya kalah, sementara tim Arial keluar sebagai pemenang. Oh ya, insiden itu terjadi karena Arial, nggak sengaja sih dia sebetulnya, tapi Helvy menganggap kalau Arial sengaja membuatnya terluka agar tidak bisa konsen mengikuti cerdas cermat.

Helvy yang bertemu kembali dengan Arial masih saja menyimpan dendam, tapi Arial yang masih merasa bersalah tidak menyerah untuk mendapatkan maaf dari Helvy.

Cerita dalam buku ini beralur lambat dengan jumlah halaman yang sedikit, namun point yang perlu dijabarkan cukup banyak, ini yang aku maksud ceritanya nggak fokus. Beberapa poin yang aku tangkap antaranya sbb:
  1. Helvy yang memiliki cacat permanen pada kakinya akibat kecelakaan.
  2. Helvy yang memiliki trauma terhadap hujan dan naik mobil.
  3. Arial dan ayahnya yang memiliki hubungan buruk.
  4. Arial yang berusaha meminta maaf pada Helvy.
  5. Arial dan Helvy yang sama-sama berjuang untuk jadi yang terbaik demi sebuah pembuktian.
Itu poin yang dominan aja, sebetulnya masih ada beberapa poin lainnya, seperti impian Helvy yang nggak mungkin terwujud, lalu ada Arial yang pura-pura pacaran sama Fanny, dsb. Dan seperti yang aku bilang tadi, nggak ada kisah romantis ala anak SMA seperti yang biasa diumbar dalam novel teenlit. Interaksi langsung antara Arial dan Helvy terbilang sangat sedikit, lebih cenderung ke pergolakan batin masing-masing, jadi memang feel-nya nggak begitu terasa, flat menurutku. Padahal dengan poin-poin yang aku sebutin di atas tadi harusnya cerita ini bisa 'dibumbui' biar agak-agak terasa pedas-manis dikit gitu waktu dibacanya.

P O V :
POV yang digunakan di sini adalah POV orang ketiga, tapi campur. Jadi ada POV orang ketiga terbatas dan POV orang ketiga serbatahu. Hmmm.... Aku mudeng-mudeng aja bacanya, cuma ngganjal aja, berasa nggak rapi waktu dibaca.

K a r a k t e r :
Bolehlah aku ketuaan untuk baca novel teenlit, tapi aku ini tipe orang yang gampang jatuh cinta sama tokoh utamanya. Dan di sini...? Arial sama sekali nggak bisa bikin aku jatuh cinta sama dia. Sikapnya suka PHP-in orang menurutku, nggak tegas. Nggak gentle banget sih menurutku. Setahuku cowok seusia dia (kelas XI) biasanya lagi gencar-gencarnya nguber gebetan. Lucu aja gitu Arial berstatus pacarnya Fanny, tapi sukanya sama Helvy. Mana waktu Fanny ngomong ini itu, dia cuma bisa hooh-hooh aja. *mbleewwww*
Sementara Helvy, aku bisa memaklumi dia.

Arial dan Helvy digambarkan sebagai anak-anak yang cerdas, namun terus terang aku nggak tau mereka itu secerdas apa. Memang mereka punya prestasi di bidang akademik, tapi dalam kesehariannya, aku sama sekali nggak 'merasakan' kecerdasan mereka.

Banyak kalimat yang bikin aku bingung pas baca, kalimatnya belepotan. Ada juga kalimat yang nggak selesai, kata yang kurang imbuhan, dll [bakalan panjang nanti kalau dijabarin di sini], cek TKP aja langsung deh.

Lalu aku agak terganggu dengan kata 'renjana' yang digunakan penulis.
Renjana (KBBI): rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dll) namun bisa juga diartikan sebagai passion. Misal dalam kalimat 'renjana tinggallah renjana', bisa dipakai sih, tapi kok agak-agak gimana gitu. ~> ini pendapatku ya [subjektif].

Terus pada h. 93 ada kata yang menurutku tumpang-tindih, seperti 'mencolek comotan'. ~> ini juga pendapatku [subjektif]

Oh ya, aku juga mau nanya, memang cacat fisik seperti Helvy (pincang) nggak bakalan bisa masuk FK ya? ~> ini seriusan nanya. Yang tau bisa message aku ya. Aku beneran nanya ini.

Sebetulnya temanya bagus lho, unik. Sayangnya eksekusinya kurang maksimal. Saranku kalau mau bikin cerita dengan alur lambat dengan memasukkan unsur-unsur seperti yang udah aku sebutin tadi, paparkan dengan lebih mendetail. Tapi kalau mau bikin sebuah cerita yang lebih sederhana, pilih salah satu dari poin-poin itu untuk diangkat menjadi sebuah inti cerita, untuk poin-poin lainnya cukup dipaparkan secara sederhana saja. Jujur, kalau aku ditanya inti ceritanya, aku bingung.

Nilai plus-plus buat kovernya yang ngegambarin Arial dan Helvy banget. Plus lagi buat tema yang diangkat. Aku juga suka penulisnya menggambarkan sosok Arial dan Helvy. Mereka nggak sempurna. Helvy memiliki cacat fisik, Arial juga bukan cowok perfect macem Jefri Nichol, Arial hanyalah sosok cowok berkacamata yang memiliki passion di bidang desain grafis.

No comments:

Post a Comment