September 04, 2018

[Book Review] Fireflies in the Midnight Sky - Francisca Todi

Judul: Fireflies in The Midnight Sky
Penulis: Francisca Todi
Halaman: 360 halaman
Genre: Young Adult, Dystopia
Tahun: 2018
Penerbit: GPU
ISBN: 9786020382845, 9786020382852 (Digital)
Harga: IDR 79.000 (P. Jawa)
Rate: ★★★★☆



Kunang-kunang di langit malam
Meskipun kecil, kau pancar terang
Saat hatiku merasa muram
Indah kelipmu kan kukenang

Kunang-kunang di langit malam
Tuntunku pulang sebelum fajar
Walau dunia terasa kelam
Tidak berhenti kau berpijar

~Lagu anak-anak Valestia



Damai tidak ada di kamus negeri penindas ini. -h. 13

B l u r b :

Alyssa bergabung dengan grup gerilya untuk bertahan hidup sejak negerinya diserang meski sebenarnya membenci kekerasan. Di tengah situasi yang semakin genting, Alyssa dikirim dalam misi yang berakhir kacau, lalu akhirnya terdampar dengan kaki terluka di teritori musuh.

Dan saat itulah Alyssa diselamatkan oleh Vigo, pemuda misterius yang merupakan musuh negerinya.

Setelah berhari-hari dalam teritori musuh, Alyssa sadar ternyata Vigo lebih mengerti pergumulan dan trauma gadis itu dibanding teman-teman sebangsanya. Namun, mereka berdua bagaikan air dan api. Saling menjinakkan, juga saling membinasakan. Saat ada percikan kasih sayang antara keduanya, adakah masa depan agar mereka bisa bersatu?

"Mungkin perang... tidak pernah hitam-putih. Ada masa ketika semua menjadi kelabu dan kabur, benar atau salah, teman atau musuh." - h. 136

S t o r y l i n e :

Sebagai mata-mata Valestia, Alyssa mendapat tugas untuk mengintai kemungkinan adanya senjata rahasia dari Sedera untuk membantu Togaro, negara yang membuat Valestia nyaris rata dengan tanah. Padahal Sedera dikenal sebagai negara yang tertutup, tidak mau mengurusi urusan kedua negara tetangganya.

Di tengah-tengah pengintaian, Alyssa diserang oleh pasukan elit Togaro yang membuatnya terpaksa berpisah dengan partnernya, Izolda. Alyssa terluka dan terbangun di tempat yang asing. Ya, Alyssa berada di rumah salah seorang Togaro. Namun bukannya menyerahkan kepada tentara Togaro, pemuda yang menyelamatkannya malah menyembunyikan Alyssa di rumahnya.

Hari demi hari yang Alyssa lalui bersama pemuda bernama Vigo itu akhirnya membuat Alyssa mengerti bila tak semua orang yang Togaro memiliki tujuan untuk membinasakan bangsanya. Namun semua itu tak menolong, apa pun yang terjadi saat ini, suatu saat harus berakhir. Vigo adalah orang Togaro, Alyssa adalah orang Valestia.

Diskriminasi itu terasa begitu absurd, begitu picik. Perang tidak pernah mendiskriminasi. Perang tidak pernah peduli siapa yang benar dan salah. Perang merenggut nyawa siapa pun yang bisa direnggut, menghancurkan siapa pun yang bisa dihancurkan. Perang tidak pernah pedulu dari negeri mana kau berasal. - h. 172


K a r a k t e r :

Rata-rata tokoh dalam buku ini memiliki karakter yang setipe: keras, kejam, cerdik, dan tidak pandang bulu. Sejauh ini menurutku wajar karena mereka tengah dalam situasi perang. Hanya Vigo yang karakternya kelihatan kontras, yang tetap tenang, punya pikiran panjang, bahkan sedikit jenaka.

"Apa pun yang terjadi di masa depan, ingatlah hari-harimu di sini tanpa penyesalan." - h. 227

P e n u l i s a n :

Baru kali ini aku baca karya Kak Francisca Todi dan langsung cocok. Dalam buku ini author menggunakan POV 1, yaitu Alyssa. Bisa dibilang world building-nya oke. Aku bisa dengan gampang bayangin setting tempat dan suasanya. Bahasa yang digunakan bahasa baku, tapi nggak kaku. Untuk typo, masih ada beberapa, tapi okelah aku bisa memaklumi.

"Segelap apa pun malam, kunang-kunang tidak pernah berhenti bersinar. Saat memandang mereka, orang lupa akan kegelapan. Yang mereka lihat hanyalah keindahan." - h. 244




"Perang memang malapetaka, tapi siapa yang tahu apa efeknya di masa depan?" - h. 254 

Yah, meski memiliki ending yang bisa dibilang gantung, secara keseluruhan buku ini tetap seru. Sekelebat, buku ini mengingatkanku pada Divergent Series. Nggak sama, tapi entah kenapa aku ingatnya itu, hehe.... Konflik utama, fall in love with enemy yang diangkat dalam buku ini bisa dibilang sudah pasaran, tapi kisahnya tetap bisa terasa manis dan sempat bikin aku baper lho. Ingat waktu Alyssa dan Vigo harus berpisah, kan? Nah, di situ rasanya hatiku rontok 💔 Apalagi pas baca suratnya Vigo untuk Alyssa.... :(

Kau memiliki kewajiban terhadap negerimu. Aku terperangkap dalam kewajiban negeriku. - h. 285

Sepanjang aku baca, aku terus bertanya-tanya, apakah Togaro dan Valestia akan berdamai, sehingga Vigo dan Alyssa bisa bersama? Atau Togaro dan Valestia akan tetap bermusuhan sehingga Vigo dan Alyssa akan bertemu di medan perang sebagai musuh? Tapi ternyata di akhir cerita aku dibikin nyengir kuda karena perkiraanku nggak ada yang benar. Ending yang ngeselin, tapi realistis.

Akhir kata aku cukup puas dengan buku ini. Apa yang disuguhkan cukup seru, bikin penasaran, dan berhasil bikin aku nggak bisa naruh buku ini sampai selesai dibaca. Perang-perangnya seru, kisahnya Vigo dan Alyssa juga ngena.

Namun, kami tahu betapa cepatnya kehidupan berubah. Aku tak sanggup mengucapkan janji semu yang mungkin tidak bisa kutepati besok. - h. 309
"Bagaimana kalau kau berjanji tetap di sisiku hari ini? Besok, aku akan mengulangi permintaanku dan kau akan berjanji tetap di sisiku hari itu. Begitu seterusnya..." - h. 310 

No comments:

Post a Comment