August 12, 2019

[Book Review] Dark Love - Ken Terate

Judul: Dark Love
Penulis: Ken Terate
Genre: Teenlit
Bahasa: Indonesia
Tebal: 248 halaman
Rilis: 6 September, 2012
Penerbit: GPU
ISBN: 9789792287516
Harga: IDR -
Rate: ★★★★☆


B l u r b :

Usiaku 17 tahun, hampir 18. Kelas 12. Hampir lulus. Dan aku hamil...

Kirana yang cerdas, cantik, dan ceria melihat semua impiannya luruh di depan mata. Hari-harinya mulai dipenuhi rahasia dan kecemasan. Ia nggak mungkin mampu melahirkan dan merawat bayi. Ia juga nggak mungkin mampu menghadapi celaan dari orang-orang di sekitarnya, teman-temannya, guru-gurunya, terutama kekecewaan orangtuanya. Saat ini Kirana berada di ambang jurang keputusasaan. Hidup seolah tidak menawarkan solusi apa pun padanya.

Bagaimana dengan cowok yang menghamilinya? Oh, cowok itu harus tetap sekolah. Dia nggak boleh terlibat. Dia cowok paling tampan dan paling cerdas di sekolah. Masa depannya begitu gilang gemilang. Kirana tidak ingin merusaknya. Siapakah dia? Kirana takkan pernah mau mengakuinya.

*

Masih related sama Dua Garis Biru, novel ini juga mengusung tema kehamilan remaja di luar nikah. Bedanya, tokoh dalam novel ini sama-sama murid cerdas, andalan, kebanggaan sekolah—plus, novel ini udah terbit duluan ya.

Mengambil setting tahun 2009, aku bisa dengan baik merasakan situasinya saat itu. Mungkin karena tahun segitu aku juga SMA kelas 12. Waktu itu yang namanya sex education memang belum seterbuka sekarang. Pendidikan resmi cuma didapat dari pelajaran biologi bab reproduksi, sedangkan yang nggak resmi didapat dari nonton video bokep ato majalah porno. Tahun segitu akses internet masih tergolong seret, orang streaming YouTube di warnet aja nggak boleh—bisa bikin lag komputer lain soalnya.

Sedari awal baca aku udah dibikin penasaran setengah mampus sama si "My Prince" alias bapak biologis dari anak yang dikandung Kirana. Mengambil sudut pandang orang pertama, yaitu Kirana, aku diajak bergalau-galau ria. Bingung, takut, malu. Rasanya campur aduk jadi satu. Sempat sebel juga sih kenapa dia nggak mau mengungkapkan siapa bapaknya. Alasannya sih mereka berdua sama-sama murid populer, dia nggak mau membuat semuanya tambah rumit, toh mereka melakukan 'itu' berdua, tanpa ada unsur paksaan. Padahal "My Prince" siap bertanggung jawab dan nggak meninggalkan Kirana. Speechless juga sih, anak usia segitu bisa mikir kek gini, bukannya saling menuntut dan lepas tanggung jawab.

Karakter favoritku adalah Bu Welas. Pemikirannya luas, nggak terpaku pada sebuah peraturan. Dipandang dari mana pun, hamil di luar nikah memang nggak ada bener-benernya. Tapi berhubung mau UN, harusnya dari pihak sekolah ada usaha untuk menyelamatkan masa depan anak didiknya. Cuma ini pandangan subyektif sih, orang lain mungkin nggak sependapat dengan Bu Welas. Yah, meski akhirnya Kirana dan "My Prince" tetap bisa ikut UN dengan cara lain.

Oh ya, meski cerita ini fokusnya pada kehamilan Kirana, unsur persahabatan masih melekat erat. Aku awal-awal nggak suka sama sifatnya Maria, tapi lama-lama aku nyadar kalo dia itu cuma remaja yang ingin mimpinya direstui kedua orangtuanya. Poin bagus juga sih buat orangtua yang seringnya memaksakan kehendak sama anak. Come on, anak itu bukan objek yang bisa dengan leluasa diatur-atur atau digunakan orangtua demi gengsi atau mendapat pujian.

Aura buku ini dark, tapi menyimpan sejuta pelajaran bagus untuk remaja. Terutama sex education. Seks memang masih tabu untuk dibahas terang-terangan, tapi semakin kita menyembunyikan, anak akan semakin penasaran. Terlebih akses internet zaman sekarang yang gampang banget. Seks itu penting dikenalkan pada anak, bukan untuk dilakukan, tapi agar anak itu tahu risiko yang ditanggung.

Ingat, love is not sex! Ada banyak cara mengekspresikan kasih sayang/cinta. Misalnya dengan kasih cokelat atau melakukan kegiatan positif bersama, misalnya belajar bareng, nonton bareng. Cowok yang mencintai kamu nggak bakal menyuruh kamu, apalagi memaksa kamu untuk melakukan seks. Sebaliknya, cowok itu bakal ngejaga kamu. Buat jaga-jaga kalo ada setan lewat, jangan pacaran di tempat sepi, juga buat batasan-batasan interaksi (sentuhan tubuh) biar nggak kebablasan.

Q u o t e s :

"Pendidikan adalah untuk semua orang. Siapa pun dia. Laki-laki dan perempuan. Miskin dan kaya. Hamil atau tidak. Bila Bapak tidak memberikan hak itu untuk Kirana, Bapak melanggar hukum. Melanggar amanat undang-undang." [Bu Welas] - h. 204
"Lucu ya, di abad dua puluh satu, keperawanan tetap penting. Dan mereka tak mau tahu penyebab kehilangannya." [Bu Welas] - h. 229
Love is not sex.

No comments:

Post a Comment