September 13, 2019

[Book Review] Song for Alice - Windry Ramadhina

Judul: Song for Alice
Penulis: Windry Ramadhina
Genre: Romance (13+)
Rilis: 29 Juni, 2018
Tebal: 328 halaman
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Roro Raya Sejahtera
ISBN: 9786025129070
Harga: IDR. 85.000
Rate: ★★★½


B l u r b :

SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU
ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.

Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice—perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.

Memang benar, Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.

Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruang tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?

*

Wow, akhirnya keturutan juga baca buku ini. Dah, wow, aku suka sama ceritanya. Beautiful sadness. Dari awal aja auranya sendu banget, bikin aku tahu ke mana arah ceritanya. Meski begitu aku tetap berharap ada keajaiban yang bisa bikin aku senyum di akhir. Tapi harapan cuma harapan, garis takdir Alice dan Arsen tidak seberuntung Elena dan Damon. LOL.

Bisa dibilang aku suka dengan apa yang disuguhkan oleh buku ini. Gaya menulisnya enak untuk dibaca, mengalir, terutama di bagian narasinya, aku suka banget. Sayangnya percakapan di sini agak-agak gimana gitu. Bayangin aja, di Jakarta masak kita masih pakai sebutan aku-kau? Mungkin karena gaya bahasanya mengadopsi novel terjemahan, jadi terbawa. Cuma yah, di Jakarta gitu loh, sounds weird aja kalau pakai aku-kau, apalagi Arsen ini seorang musisi rock yang doyan pesta, terus kerjaannya juga keluar masuk pub. Selain itu, 'suasananya' seperti bukan di Jakarta. Semua itu tercermin dari kebiasaan para tokohnya, misal pilihan makanannya. Di sini aku nggak nemu tuh Alice jajar es potong atau ketoprak. Pokoknya western banget, misal: spageti, sup krim, roti bawang (hal. 90). Baca buku ini berasa bukan di Indonesia—sumpah, Indonesianya maksa banget. Malahan kalau setting tempatnya di luar negeri, aku malah bisa terima.

Kalau dari segi ceritanya sendiri, aku sangat menikmatinya—walau harus pura-pura lupa kalau setting-nya di Jakarta. Aku tersentuh banget sama sosok Arsen. Dia pergi untuk menggapai mimpinya. Lalu saat dia sudah menggapainya, dia seperti kehilangan dirinya sendiri. Sampai sebuah kecelakaan membuatnya sadar, bila hidup bisa berakhir kapan saja, bila ternyata selama ini dia hanya membuang-buang waktu yang dimilikinya. Akhirnya, Arsen memutuskan untuk pulang, memohon kesempatan kedua pada gadis yang dicintainya.

Konfliknya juga cuma konflik internal antara Arsen dan Alice. Arsen yang merasa bersalah dan Alice yang terluka. Sempat aku mikir kalau buku ini pasti tambah seru kalau misalnya Arsen ada afair dengan Mar, hehe. *jahad ya aku*
Nggak. Nggak. Aku tahu kok penulis ingin menyuguhkan cerita yang seperti apa.

Kisah Alice dan Arsen di sini indah. Dalam artian apa yang dilakukan Arsen itu tulus. Malahan aku nggak terlalu respek sama Alice yang kesannya sok jual mahal karena masih terluka karena kepergian Arsen. Tapi kalau aku di posisi Alice, pasti juga akan merasa sulit untuk kembali percaya pada sosok Arsen.

Tapi aku terlanjur cinta sama Arsen, huweee....

Apa buku ini bikin aku mewek?
Ya, bentar doang tapi. Hehe....
Jadi di awal-awal aku sempat membatin, Oh, ini ceritanya tentang ini terus pasti ujung-ujungnya begini. Baru setelah sepertiga bagian terakhir, aku bener-bener tahu ke mana arah ceritanya. Awalnya memang terkesan flat and ordinary, ditambah lagi feel-nya juga belum begitu dapet—mungkin karena percakapan aku-kau itu tadi kali ya?
Tapi saat berhasil menyelami sosok Arsen, aku langsung jatuh cinta.

Jadi kalau kalian suka romance ringan yang nggak kebanyakan drama, tapi ada nyesek-nyeseknya, buku ini adalah pilihan yang tepat. Pertama mungkin terasa biasa aja, terus kalian akan jatuh cinta sama Arsen, memihak Arsen dan sebel sama Alice. Kemudian kalian akan melunak sama Alice, lalu ikut bahagia melihat Arsen dan Alice. Tapi ujung-ujungnya kalian bakalan nangis bersama Alice.

*

Q u o t e s :

Tetapi, aneh. Ada kalanya kebebasan terasa begitu hambar dan tidak memuaskan. [Arsen] - h. 37
"Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh 'maaf' adalah membuatmu merasa lebih baik." [Alice] - h. 94

No comments:

Post a Comment